MOJOK.CO – Mojok Institute mengisahkan laporan pandangan mata dari jalannya pertandingan tim Cristiano Ronaldo vs timnas Jepang yang dipimpin Kapten Tsubasa.
Saat ini, Real Madrid adalah tim terbaik di Eropa. Dua kali menjuarai Liga Champions secara berturut-turut menegaskan klaim tersebut. Musim ini pun, Los Blancos masih terlalu tangguh bagi Juventus. Babak semifinal Liga Champions 2018 sudah di depan mata setelah unggul agregat 3-0 di leg pertama. Tak adakah yang bisa menghentikan Real Madrid?
Sebetulnya, ada satu tim yang menurut kabar angin bisa sangat merepotkan tim asuhan Zinedine Zidane tersebut lewat pertandingan tertutup, yang dilaksanakan di tempat rahasia. Hasil pertandingannya pun dirahasiakan. Semua pemain menutup mulutnya. Enggan berkomentar.
Namun yang pasti, para pemain selalu terlihat gugup, cemas, dan insecure ketika awak jurnalis bertanya soal pertandingan rahasia itu. Muka-muka mereka terlihat tegang. Rambut Cristiano Ronaldo yang biasa klimis seperti dioles minyak kelapa, mendadak kisut dan lepek. Bulu hidung Sergio Ramos berdiri, tanda-tanda perasaan tidak aman.
Hampir tak ada perwakilan media yang bisa hadir di pertandingan rahasia itu. Stadion tempat pertandingan dihelat dijaga ketat. Ada TNI, polisi, pemadam kebakaran, penjinak bom, Pemuda Pancasila, hingga FPRM (Forum Pecinta Real Madrid). Bahkan ditempatkan pula para sniper di atap-atap stadion yang waspada dengan drone para jurnalis yang berusaha mengintip lewat langit.
Sungguh sulit untuk mendapatkan kebenaran jalannya pertandingan superrahasia itu. Namun, tentu saja tak semua media gagal menerobos berikade pengamanan. Adalah Mojok.co, lewat agen Mojok Institute, berhasil menjadi satu-satunya media yang lolos kurasi dan boleh meliput.
Pertandingan rahasia ini sebenarnya sudah dihelat sejak lama, sebelum musim 2018/2019 digelar. Pihak panitia pelaksana (panpel) sendiri yang mewanti-wanti, menahan Mojok untuk tidak mempubliksikan hasil pertandingan terlebih dahulu. Takutnya, moral tim Madrid bisa betulan anjlok. Maklum, hasil pertandingan betul-betul menyerang mental mereka.
Inilah alasan mengapa performa Madrid sempat ambruk di awal musim. Bahkan, Ronaldo menjadi sering gagal mencetak gol di paruh pertama musim 2018/2019. Tubuhnya menjadi kaku, lidahnya kelu, kakinya bau.
Dan, satu tim yang berhasil menghadirkan momok bagi Real Madrid adalah timnas Jepang dari semesta Kapten Tsubasa. Bukan Barcelona, Bayern Muenchen, Manchester United, Manchester City, Arsenal, apalagi AS Roma, tim papan cucian Serie A itu. Tim Jepang inilah yang berhasil menundukkan Real Madrid, sang jawara Eropa.
Jalannya Pertandingan Tim Kapten Tsubasa vs Real Madrid
Pihak panpel sendiri kembali mengingatkan awak Mojok yang datang ke pertandingan untuk tidak melukiskan pertandingan secara mendalam, terutama menyinggung ekspresi para pemain Madrid. Pihak panpel ingin awak Mojok mengulas pertandingan secara mendalam dari sisi taktik saja. Biar tulisannya menjadi lebih “mendalam” dam tidak diprotes netizen-mahabenar itu.
Baik tim Tsubasa maupun Real Madrid kebetulan menurunkan tim dengan formasi yang sama, yaitu 4-3-1-2. Real Madrid menurunkan pemain-pemain terbaiknya, yang menjungkalkan Juventus di babak final Liga Champions tahun lalu.
Kiper Madrid adalah Keylor Navas. Barisan pertahanan diisi Dani Carvajal, Raphael Varane, Sergio Ramos, dan Marcelo. Di tengah, ada trio terbaik di dunia saat ini; Casemiro, Luka Modric, dan Toni Kroos. Sementara itu, di belakang duet penyerang, Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo, ada Isco Alarcon yang bangkit setelah Gareth Bale cedera.
Tim Kapten Tsubasa sendiri berisikan pemain-pemain terbaik, para rival dan sahabat Tsubasa Ozora. Di bawah mistar gawang, berdiri kiper jenius yang mengenakan topi Supremie bernama Genzo Wakabayashi. Barisan pertahanan? Diisi pemain-pemain bermental baja dalam diri Ryo Ishizaki, Hiroshi Jito, Hikaru Matsuyama, dan Makoto Soda. Sebagai deep playmaker, ada Jun Misugi yang diapit oleh Singo Aoi dan Taro Misaki. Di belakang penyerang, memainkan peran trequertista, siapa lagi kalau bukan Tsubasa yang merangkap sebagai kapten. Duet penyerang diisi Kojiro Hyuga dan Shun Nitta.
Skema bermain yang sama membuat pertandingan berjalan seimbang di lima pertama. Pemain-pemain Madrid tampak sedikit congkak lantaran baru saja memecahkan rekor juara Liga Champions dua kali berturut-turut.
Namun, dagu mereka melorot ketika Singo Aoi, sang pemain naturalisasi berdarah Italia itu, merangsek dari sisi kanan. Dengan kemampuan feint yang tajam, Singo melewati Kroos dan Marcelo dengan mudah. Bergerak secara diagonal ke dalam kotak penalti, Singo melihat Hyuga mendekat meminta bola. Namun, pergerakan Hyuga ternyata hanya kecohan saja.
Singo mengoper ke depan kotak penalti, yang mana Tsubasa berdiri tidak terjaga karena Casemiro juga berusaha mengejar Singo. Dengan sekali sentuh yang halus sekali seperti teknik Mesut Oezil, Tsubasa mencungkil bola melewati kepala Varane. Bola ditujukan kepada Misaki yang coming from behind seperti Aaron Ramsey. Pergerakan Misaki tak terdeteksi. Dengan sundulan sambil meluncur, Misaki mengarahkan bola ke tiang jauh. Gol! Jepang 1-0 Madrid.
Para pemain dari tim Tsubasa bersorak kegirangan, memamerkan gigi-gigi mereka yang putih seperti lumrahnya komik berwarna. Para pemain Madrid tersentak dan sadar bahwa harga diri mereka tengah dipertaruhkan.
Zidane menginstruksikan para pemain Madrid untuk mengeksploitasi sisi lapangan, terutama dari sisi kanan di mana Ishizaki menjadi titik lemah. Cara bermain inilah yang membuat Madrid bisa menjadi juara Liga Champions. Memaksimalkan umpan silang cepat dan teknik finishing Ronaldo yang semakin tajam.
Sepanjang babak pertama, cara itulah yang dicoba Madrid. Marcelo banyak naik membantu serangan. Olah bola yang mumpuni dari pemain asal Brasil itu merepotkan Ishizaki. Meskipun terlihat culun, namun Ishizaki mewakili ciri khas orang Jepang, yaitu pantang menyerah. Beberapa kali ia melakukan tekel yang gagal, namun langsung bangkit lagi untuk mengejar Marcelo.
Marcelo, salah satu bek kiri terbaik di dunia, dibuat kerepotan. Meski berhasil lolos dari sergapan Ishizaki, tak sampai dua detik, Marcelo kembali ditekan oleh pemain yang sama. Stamina Marcelona benar-benar dikuras. Lapangan menjadi nampak lebih luas.
Ia berlari menyisir sisi kiri, namun gawang tak tampak juga. Yang ada hanya efek dramatis, yaitu muncul dari kejauhan, mulai dari kepala terlebih dahulu, seperti berlari di atas bola. Tak sampai-sampai juga setelah berlari begitu lama. Lelah menggiring bola, Marcelo menurunkan kecepatannya. Itulah saat-saat yang ditunggu Ishizaki yang berlari dengan penuh semangat.
Ishizaki menerjang Marcelo dari belakang. Wasit tidak meniup peluit tanda pelanggaran karena berada terlalu jauh dari kejadian, ya kira-kira 5 kilometer jika melihat lari Marcelo yang tak habis-habis. Berhasil menguasai bola, Ishizaki langsung melihat Tsubasa melambai-lambai dari kejauhan meminta bola. Tanpa pikir panjang, Ishizaki mengirim umpan jauh.
Bola berhasil dikontrol Tsubasa dengan dada dan langsung berbalik menghadap gawang Madrid. Ia berlari dengan cepat, melewati Casemiro, lalu Ramos, lalu Varane, lalu… ia masih berlari, lari, dan lari tak sampai gawang juga. Entah ini pertandingan sepak bola atau maraton Jogja-Surabaya. Jauh dan serasa tak sampai-sampai.
Luka Modric sendiri menyadari bahaya yang mengancam. Sedari tadi ia mengawasi Tsubasa sambil berteriak kesetanan, “Tidak akan kubiarkan kamu, Tsubasa. Dendam ini pasti kan kubalas!”
Dengan iringan doa dan teriakan itu, Modric menerjang Tsubasa menggunakan tekel dua kali. Tekel berbahaya! Namun, dasarnya Tsubasa jago, ia langsung melompat sembari mengirimkan umpan terobosan kepada Hyuga yang bermain sambil menggulung lengan bajunya. Ternyata bajunya kebesaran satu nomor.
Hyuga menyambut umpan manis dari Tsubasa sambil tertawa. Kakinya sudah gatal ingin mencoba teknik yang ia pelajari di Pantai Parangkusumo dengan iringan karaoke dari bibir pantai berpasir cokelat tua itu. Ia sudah menyiapkan senjata andalannya.
Ketika berhasil mengontrol bola, masih sangat jauh dari gawang, Hyuga mengangkat kaki kanannya tinggi-tinggi. Navas, kiper Madrid, menelan ludah, khawatir dengan apa yang akan ia hadapi. Benar saja, lecutan kaki Hyuga menimbulkan suara merobek angin, membuat rumput stadion seperti terpangkas.
Bola melaju sangat deras, berubah menjadi emas, terasa ada kelebat macan yang berlari di atas lapangan. Itulah tembakan andalan Hyuga. Tembakan pemecah-ombak-serangan-netizen! Navas tak berdaya, jala gawang Madrid dibuatnya robek!
Pertandingan ditunda 10 menit untuk memperbaiki rumput lapangan dan mengganti jala yang robek. Panpel mengingatkan Hyuga untuk tidak lagi menggunakan tembakan andalannya lantaran pertandingan tertutup, maka tak ada penonton, jadi tidak ada pemasukan dari tiket. Artinya, tidak ada dana operasional dan perawatan lapangan. Dan perbaikan rumput, jala, dan sewa lapangan akan dibayar oleh tim yang kalah.
Tertinggal 2 gol, para pemain Madrid semakin lesu. Namun, mata mereka masih membara. Mental juara masih tersisa. Di sisa babak kedua, Madrid semakin gencar mengirim umpan silang ke dalam kotak penalti tim Tsubasa. Namun, sia-sia saja lantaran Hiroshi Jito dan Matsuyama sangat kompak seperti duet Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Di belakang mereka, ada kiper jenius, Wakabayashi.
Suatu kali, umpan silang dari Carvajal berhasil lolos dari pengawasan Jito. Ronaldo sudah mengincar momen ini. Ia melompat sembari memunggungi gawang, hendak melepaskan tembakan salto tersohor itu. Namun, tiba-tiba, gerakannya terhenti di udara. Ronaldo kaget, tubuhnya melayang di udara tak bisa digerakkan. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri. Ia bingung.
Ternyata, Wakabayashi tengah masuk mode flashback. Ia mengingat kembali latihan-latihan berat yang ia jalani. Menangkap bola rugby dan bola tenis yang diarahkan kepadanya. Wakabayashi juga ingat ketika susah payah, penuh lebam, menahan tendangan salto andalan Tsubasa yang diajarkan Roberto Hongo. Maka, setelah 12 menit flashback dan jeda iklan, Wakabayashi melompat, menghalau bola di udara menggunakan tinjunya! Ronaldo kaget, terjatuh dengan keras.
Bola halauan Wakabayashi terbang ke depan, melewati lapangan yang luasnya tak habis-habis itu. Kok, bisa? Namanya juga kiper jenius. Kali ini, Kapten Tsubasa berdiri di sekitar lingkaran tengah ketika menerima bola. Tiga pemain Madrid sudah waspada dan langsung melakukan tekel bersama-sama. Satu pemain Madrid berhasil menghalau bola, berbenturan dengan kaki Tsubasa, bola melenting ke atas.
Tsubasa bergerak lebih cepat! Ia melompat! Tembakan salto! Satu pemain Madrid juga hendak melompat menghalau, namun gerakannya terhenti. Flashback terjadi. Tsubasa mengingat kembali latihan-latihan berat yang harus dijalani ketika hendak menguasai tembakan salto yang diajarkan Roberto Hongo. Panas dan hujan, terik dan gigil sudah dilalui Tsubasa.
Kali ini flashback hanya berjalan 7 menit. Tembakan salto penuh kenangan lebih hebat ketimbang saltonya Pak Tua Ronaldo. Bola melesat, masuk ke gawang Madrid sembari menyerempet pipi Navas. Ada sedikit darah mengucur dari pipi Navas, bukti tajamnya sepakan salto Tsubasa.
Skor akhir sebenarnya adalah 6-0. Kapten Tsubasa masih mencetak tiga gol lagi. Namun, awak Mojok sudah tak sampai hati lagi melihat Madrid dipermalukan dan memutuskan pulang. Kekalahan yang masih berbekas di hati Ronaldo dan kawan-kawannya. Sebuah legenda yang belum pernah diceritakan.
Bagikan kisah ini, supaya menjadi pengingat bahwa ada tim yang pernah mempermalukan Madrid! Dan tim itu adalah tim sepak bola sebuah sekolah dasar di Jepang!