MOJOK.CO – Gareth Bale dan Ousmane Dembele adalah rival yang berbagi nasib. Dibeli oleh Real Madrid dan Barcelona dengan harga yang mahal, yang didapat adalah berita cedera. Tapi mereka hanya berbagi nasib cedera, bukan kejayaan.
Fans Real Madrid pasti paham satu hal: Gareth Bale susah diandalkan. Mulai dari rentan cedera, hingga performa angin-anginan. Jika Real Madrid tidak mempertimbangkan kontribusinya di laga penting penentu gelar, Bale sudah lama dijual. Bahkan terakhir, jika Florentino Perez tidak turun tangan, Bale bakal “berakhir” di Liga China.
Barcelona juga masalah yang sama. Masalah itu bernama Ousmane Dembele. Cedera membuat Dembele lebih sering melihat lapangan dibanding berlari di atasnya. Barcelona membeli pemain dengan harga fantastis, tapi nasibnya miris. Ekspektasi besar belum terwujud. Bisa kembali ke performa lama saja sudah bagus.
Real Madrid dan Barcelona adalah rival hingga akhir zaman. Namun, untuk konteks Bale dan Dembele, keduanya berbagi nasib. Keduanya dibeli dengan harga mahal. Bale dan Dembele diberi gaji yang tinggi. Seiring tingginya gaji, datang ekspektasi. Kini, apakah karier mereka sudah bisa dikatakan habis? Optimis akan adanya perbikan boleh saja, tetapi ada batasnya.
Meskipun keduanya sial betul untuk urusan cedera, Bale dan Dembele punya perbedan level yang sangat jelas. Mereka tidak bisa diperbandingkan begitu saja. Harga transfer dan tingginya gaji boleh sama, tetapi level kesadaran mereka sebagai atlet sangat berbeda.
Sebagai pemain Real Madrid, sangat wajar kalau nama Bale menjadi incaran wartawan untuk ditulis. Dari sana, muncul “kontroversi” yang tidak sepenuhnya benar. Padahal, kehidupan pribadi Bale sangat jauh dari kata glamor.
Kalau standar glamormu adalah mobil mewah, ngapunten, semua pemain Real Madrid dapat jatah mobil Audi. Bale tidak hanyut dalam kehidupan di luar sepak bola yang sebetulnya tidak penting. Pemain asal Wales itu amat jarang membuka media sosial. Hidupnya tenang.
Gaya hidupnya terjaga dan dia sebenarnya membangun relasi yang baik dengan para pemain Real Madrid. Singkatnya, Bale bahagia di Real Madrid. Jika yang kamu dengar sebaliknya, media Spanyol memang kejam padanya semenjak menginjakkan kaki di tanah Spanyol.
Sifat sombong dan lembek kepada diri sendiri sangat rentan menjangkiti pemain muda yang punya price tag sangat tinggi. Apalagi ketika kamu dianggap sebagai pemain dengan potensi tinggi. Namun, perlu kamu ingat, kesalahan akan selalu mengintai di bali tirai. Ousmane Dembele menjadi pemain muda kesekian yang tidak bisa keras kepada diri sendiri.
Dembele sangat tidak disiplin. Pemain asal Prancis itu terlalu sering melanggar aturan di Barcelona. Bukan hanya satu kali saja. Sudah terlalu sering Dembele melanggar. Mulai dari kedisiplinan pola makan dan mengatur pola tidur. Hidupnya sangat tidak sehat. Banyak bungkus junk food berserakan di dalam rumahnya.
Lebih parah lagi, Dembele kecanduan game dan sering bermain hingga larut. Untuk atlet, tidak ada cara yang lebih baik untuk menunjukkan betapa dirimu tidak disiplin selain begadang dan makan junk food.
Barcelona sempat memberi ultimatum kepada Dembele. Ketika masih melatih Barcelona, Ernesto Valverde sempat kehabisan kesabaran. Valverde pernah tidak memasukkan nama Dembele di dalam skuat. Bagaimana tidak sabar, ketika rutin bermain, Dembele bermain buruk dan malah cedera. Gaya hidup dan ketidakdisiplinan itu membuatnya rentan cedera.
Oleh sebab itu, Perbedaannya jelas. Gareth Bale dan Ousmane Dembele sama-sama pemain berkualitas. Ketika Bale sadar harus bekerja keras, Dembele justru tidak professional.
Kesadaran untuk menjadi profesional itu terwujud di atas lapangan. Bale adalah big game player untuk Real Madrid. Mulai dari sprint yang menghancurkan karier Marc Bartra, mantan bek Barcelona, hingga tendangan salto yang bikin Loris “Lord” Karius terbang menangkap angin.
Yang tersisa untuk Bale dan Dembele
Level profesionalitas Bale dan Dembele memang berbeda, tetapi mereka punya satu kesamaan. Baik Bale dan Dembele harus menemukan fokus dan konsistensi. Terutama ketika tidak cedera dan diberi jatah menit bermain oleh Real Madrid dan Barcelona.
Terutama untuk Dembele, yang masih terhitung muda. Kariernya masih bisa diselamatkan. Tentu tidak lucu ketika dia menjadi seperti Philippe Coutinho. Menjadi pembelian gagal Barcelona ketika dana transfer yang besar sudah kadung dibakar. Jika gagal disiplin dan menemukan fokus, dia hanya akan berakhir menjadi pemain medioker.
Tapi, yah, meski sudah menjadi medioker, Dembele tidak perlu terlalu bersedih. Masih ada klub yang hobi memelihara para medioker, yaitu Manchester United. Dembele bisa menjadi rekan nge-dance Jesse Lingard di panggung Britain’s Got Talent, kok.
Jebul enak tenan ngece MU.
Untuk Bale, kabar transfer yang beredar hingga saat ini lagi-lagi hanya rumor. Meski sering tidak dipakai Real Madrid, nyatanya dia tetap dipertahankan. Apalagi Bale tetap bahagia di Real Madrid menurut sang agen. Ketika tidak cedera, Bale kudu sadar kalau konsistensi itu penting. Tidak selamanya dia bisa menjadi penentu di laga penentuan juara, bukan.
Pada akhirnya, memang bukan urusan mudah bagi Real Madrid dan Barcelona untuk menjual keduanya. Selain gaji tinggi, inkonsistensi itu membuat banyak klub sulit tertarik. Terutama Dembele, masih ditambah sikapnya yang “merusak” yang sudah terlihat sejak masih bermain untuk Borussia Dortmund.
Satu hal yang pasti, meski sama-sama mesra dengan cedera, kelas Bale dan Dembele sangat berbeda. Real Madrid masih bisa menarik napas lega dan bersyukur. Barcelona harus mencari cara untuk, sebaiknya, menjual salah satu pemain yang “merusak” itu.
BACA JUGA Resep Liverpool dan OG Untuk Jadi Juara: Statistik dan tulisan menarik lainnya di BALBALAN.