MOJOK.CO – Sore di Prambanan, sore yang sendu. Di bawah guyuran hujan, air mata kerinduan Sleman fans kepada PSS Sleman tersamarkan.
Kita sama-sama tahu kalau Jumat adalah hari terbaik selama satu minggu. Menurut hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi, Jumat adalah di mana hari Allah menciptakan Nabi Adam.
“Sebaik-baik hari yang pada hari itu mata hari terbit adalah hari Jumat, pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu ia dimasukkan ke surga dan pada hari itu ia dikeluarkan dari surga dan tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari Jumat.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Entah kenapa, ketika membaca rencana kepulangan PSS Sleman ke “rumah besar” yang merindukannya, hadis itu yang langsung nempel di kepala saya. Suasana haru bakal pecah di Prambanan, ketika para pemain disambut oleh Sleman fans yang sudah menunggu sejak pagi.
Yang saya tahu, PSS Sleman dijadwalkan menempuh perjalanan dari Solo menuju Sleman pada pukul 09.00 pagi di hari Jumat. Sejak pukul 08.30 pagi, saya sudah menemukan unggahan Sleman fans di Twitter. Sudah banyak yang menuju ke Prambanan, baik secara pribadi maupun ampir-ampiran.
Perjalanan dari Solo menuju Sleman adalah perjalanan yang singkat saja. Naik bus, penggawa PSS Sleman hanya membutuhkan paling lama 120 menit saja.
Namun, bagi Sleman fans, menunggu penggawa tercinta menempuh perjalanan dari Solo menuju Sleman adalah penantian panjang. Perjalanan akan kerinduan yang menumpuk dan amarah yang terus membara. Rasa kangen itu akan ditumpahkan di Prambanan, perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Saya membayangkan chant untuk penggawa PSS Sleman akan membahana. Giant flag terbentang gagah. Sleman fans berebut tempat paling ideal untuk bisa melihat lagi “kekasihnya” dari jarak paling dekat. Mereka akan mengabadikan momen itu lewat kamera foto atau merekamnya dalam ingatan.
Sekitar pukul 11.00 siang, jumlah Sleman fans yang berkumpul di Prambanan semakin banyak. Konon, kerumunan ini berusaha “dipecah” oleh polisi, tapi gagal. Satu hal yang bisa memecah kerumunan Sleman fans adalah kepulangan penggawa PSS Sleman untuk kemudian diarak menuju rumah dinas Bupati.
Selepas tengah hari, menjelang pukul 14.00, para penggawa PSS Sleman belum juga beranjak dari Solo. Sleman fans sudah semakin tidak sabar untuk menuntaskan rindunya. Namun, pada akhirnya, menjelang petang, datang kabar bajingan. Kepulangan yang sudah dinantikan itu urung terjadi. Kerumunan yang memendang kerinduan yang sama itu patah hati.
Sebuah potongan percakapan antara Sleman fans dengan Andy Wardhana, Direktur Utama PSS Sleman, bocor ke publik. Andy, yang baru saja menggantikan Marco, menegaskan bahwa kepulangan PSS Sleman terhalang oleh “sebuah tembok”. Andy hanya bisa minta maaf. Sleman fans hanya bisa menelan kekecewaannya.
8jingan#ArthurOut #EffyOut #DejanOut pic.twitter.com/jwj1qz2pU3
— #SAVEPSS (@GK_WARRIORS_) October 29, 2021
Tembok apa yang dimaksud oleh Andy? Tembok seperti apa yang menghalangi penggawa PSS Sleman pulang dan melepas rindu dengan para terkasih di Prambanan? Ahh… saya tahu pembaca sudah paham tembok apa yang dimaksud. Kita sama-sama tahu, hanya enggan, atau sudah muak untuk terus membicarakannya.
Kemarahan Sleman fans sudah sangat transparan. Misi memulangkan Super Elang Jawa ke “rumah besar” bernama Kabupaten Sleman adalah misi bersama. Musuh yang menjadi “tembok” juga sudah sangat transparan.
Silakan pembaca menyusun kalimat sendiri untuk menggambarkan betapa muramnya Prambanan sore kemarin. Apalagi, kerinduan yang sudah menumpuk itu sempat dihantam oleh hujan deras. Banyak dari Sleman fans yang bertahan di bawah hujan, mengorbankan waktu dan tenaga untuk kecintaannya.
Satu hal yang ingin saya tegaskan di sini adalah penderitaan yang mungkin juga dirasakan para pemain PSS Sleman. Banyak dari mereka yang pasti sudah sangat kangen dengan keluarga. Bermain di bawah protokol kesehatan, terpisah jarak sedemikian lama, pasti akan sangat berpengaruh kepada kondisi mental.
Kangen istri, kangen anak, kangen orang tua tersayang, kangen dengan lingkungan yang sangat mencintai mereka di Kabupaten Sleman. Rasa kangen para pemain yang akan dipuaskan di hari Jumat, hari terbaik, dihalangi oleh “tembok jahat” yang menggagalkan perjumpaan di Prambanan. Sangat jahat. Mereka yang jahat pasti masuk neraka. Mereka yang jahat akan disiksa, pantatnya disabet dengan besi panas sejuta kali.
Sore di Prambanan menjadi sore yang sendu. Di bawah guyuran hujan deras, air mata Sleman fans tersamarkan. Namun, kerinduan dan kemarahan mereka sudah sangat transparan. Mau sampai kapan kelakuan zalim dari “tembok” itu akan bertahan? Rusak sudah warisan luhur dari lereng Merapi.
Pada titik ini saya sudah kehabisan kata-kata untuk menggambarkan kezaliman yang terjadi. Saya hanya bisa ikut mendoakan, sebagai fans rival PSS Sleman, saya doakan yang jahat segera tumbang dan cinta murni antara klub dan suporter bisa direstorasi.
Sleman fans, eratkan persatuan, jangan sampai jadi korban adu domba dan perpecahan. Perjuangan boleh berlangsung dalam waktu lama. Namun, saya yakin, cinta suporter yang akan menang pada akhirnya.
Saya tutup tulisan ini dengan sebuah pesan cinta dari Sleman fans untuk PSS Sleman….
Sebuah kehormatan mengawalmu pahlawan
Untuk slalu berjuang mewujudkan harapan
Percaya kita kan rayakan kawan
Demi satu nama kebanggaan di dada
Kan ku beri segalanya
Super elang jawa, jadilah juara
Ku kobarkan segalanya
BACA JUGA Arthur Irawan Kuwi Sopo: Bahaya Masalah Internal PSS Sleman dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.