MOJOK.CO – Manajemen Arsenal bekerja dengan kecakapan yang tidak terduga dengan mendatangkan Nicolas Pepe. Mereka sukses menipu perkiraan pasar transfer, Gooners sedunia, dan tim-tim rival.
Pasar transfer tadinya memperkirakan Arsenal tidak bakal bisa mendatangkan pemain-pemain dengan level tinggi. Gooners juga sudah hilang harapan. Dugaan itu muncul setelah tersiar kabar dana belanja Arsenal cuma 45 juga paun.
Angka itu kecil sekali bagi sebuah klub yang katanya mau menyiapkan skuat yang masuk empat besar Liga Inggris. Namun, di awal Agustus ini The Gunners malah membakar uang hingga 75 paun demi mendapatkan tanda tangan Nicolas Pepe. Pemain asal Pantai Gading itu menjadi pembelian termahal Arsenal sepanjang sejarah, mengalahkan nilai transfer Pierre-Emerick Aubameyang (65 juta paun).
Berbekal pemain mahal, apa langkah lanjut Unai Emery untuk memaksimalkan kualitas Nicolas Pepe? Berikut analisis Mojok.
Nicolas Pepe akan bermain seperti biasanya
Seperti biasanya, posisi paling ideal untuk permain 24 tahun ini adalah winger kanan. Namun, meski disebut sebagai winger kanan, Nicolas Pepe tidak bermain layaknya winger tradisional yang ruang geraknya terbatas di koridor lapangan sebelah kanan, yang mana tugas spesifiknya ialah menyediakan width (berdiri melebar berdekatan dengan garis tepi).
Nicolas Pepe adalah advance winger, namun saya memilih menyebutnya dengan istilah saya sendiri: hybrid winger. Istilah ini saya pakai untuk menjelaskan bahwa wilayah permainan si pemain sebetulnya sangat luas. Kalau hanya bermain dari sisi kanan lalu melakukan cut inside, tugasnya seperti terbatas sebagai inverted winger. Padahal, kenyataannya gaya bermainnya lebih kompleks.
Nicolas Pepe akan banyak mengokupasi halfspace kanan. Tugas spesifik di sepertiga akhir lapangan ada dua, seperti ditunjukkan nomor 1 dan 2 di gambar. Tugas nomor 1 itulah yang berkaitan dengan arah lari Aubameyang dari sisi kiri. Yang ia incar bola-bola diagonal ke kotak penalti.
Penjelasan soal halfspace bisa kamu baca di sini.
Tugas ini membutuhkan atribut spesifik dari pemain, misalnya kemampuan menahan bola (la pausa) untuk menunggu kawan masuk ke ruang yang disasar. Nicolas Pepe, meskipun dikenal sebagai pemain dengan akselerasi tinggi, sebetulnya punya kemampuan untuk mengubah sebuah tempo serangan secara mendadak.
Lawan punya persepsi bahwa pemain ini bakal sering berlari dengan bola. Nicolas Pepe memanfaatkan persepsi itu dengan baik. Ia pandai memperkirakan tempo pemain lawan. Ia tidak akan bergerak sebelum “detik terakhir” lawan menjulurkan kaki. Ketika lawan mati langkah, Pepe baru akan bergerak. Didukung kemampuan akselerasi dari kondisi (hampir) diam, pemain ini hampir selalu unggul dalam situasi satu lawan satu. Teknik yang sama bisa kamu temukan di dalam diri Lionel Messi dan Mo Salah.
Mampu menurunkan tempo serangan secara mendadak membuat kawan lebih mudah menempati posisi yang diinginkan. Aubameyang adalah satu dari sedikit striker yang punya kemampuan membaca tempo dan maksud serangan. Ia punya akselerasi tinggi yang akan bermanfaat ketika Pepe mulai masuk ke tengah untuk mengirim umpan diagonal ke belakang barisan bek lawan.
Nah, selain kemampuan tersebut, Nicolas Pepe juga pandai memanfaatkan kondisi sekitarnya, terutama posisi kawan. Ini berkaitan dengan tugas nomor 2, yaitu melakukan permainan kombinasi. Alexandre Lacazette, meski bertubuh kecil, punya kemampuan menjadi pemantul bola yang baik. Permainan kombinasi yang ditunjang kemampuan akselerasi akan berguna ketika menghadapi lawan dengan blok pertahanan rendah.
Ketika bermain untuk Lille, Pepe banyak mendapatkan ruang untuk bermain. Lille memang lebih “bertahan” ketimbang Arsenal. Oleh sebab itu, ketika bermain untuk Arsenal nanti, yang akan sering terjadi ialah Pepe tidak bisa terus-terusan mengandalkan akselerasi di momen serangan balik. Arsenal lebih nyaman menguasai bola. Jadi, kemampuan umpan pendek dan permainan kombinasi ini yang akan menentukan.
Perhatikan panah yang mengarah ke bawah di dalam gambar. Ketika bertahan, Pepe akan bergerak, kira-kira, mendekati ruang yang dipakai Lucas Torreira ketika bertahan. Posisi itu memang menguntungkan. Ketika mendapatkan momen serangan balik, Pepe sudah ada di dalam ruang yang memungkinkan dirinya melihat ke depan atau ke sisi kiri lapangan. Jadi, opsi mengumpan akan semakin bervariasi.
Skema 4-3-3 ini akan dengan mudah berubah menjadi 4-2-3-1 ketika Dani Ceballos naik mengisi ruang di belakang Lacazette. Punya kemampuan bertahan lebih bagus ketimbang Mesut Ozil, bisa jadi Emery akan banyak memainkan Ceballos sehingga perubahan skema di tengah pertandingan bisa dilakukan lebih cepat dan tidak perlu sampai mengganti pemain.
Ketika Arsenal bermain dengan sistem tiga bek
Meskipun persentase kemenangan lebih rendah, musim lalu Emery cukup sering menggunakan sistem tiga bek dalam formasi 3-4-2-1 dan 3-5-2. Nicolas Pepe punya kemampuan untuk bermain sebagai second striker dalam sistem tersebut.
Ruang bermainnya masih sama, yakni di halfspace sebelah kanan. Namun, secara spesifik ada yang berbeda. Ketika bermain dengan sistem ini, Nicolas Pepe (kemungkinan) bakal lebih sering masuk ke kotak penalti. Selama ini Arsenal sudah terlalu banyak bergantung pada Aubameyang dan Lacazette untuk bikin gol. Pepe bisa menjadi sumber gol ketiga.
Musim 2018/2019 bersama Lille membuat Pepe berhasil menaikkan levelnya. Ia menjadi lebih efisien memaksimalkan peluang. Musim lalu ia membuat 22 gol dan 11 asis dari posisinya sebagai advance winger dan second striker. Sebuah catatan yang membuat Pepe menemani Messi sebagai pemain yang bisa mencetak gol dan asis sebanyak dua digit.
Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi Emery untuk tidak mencoba menduplikasi tugas spesifik Pepe seperti di Lille dulu. Sistem ini juga memungkinkan Emery merotasi Aubameyang dan Lacazatte. Keduanya bisa berganti-gantian bermain karena tidak perlu lagi menyediakan opsi bikin gol dari lini kedua.