MOJOK.CO – Sudah betul kalau Lionel Messi bermain dengan Marcus Rashford saja ketimbang Neymar yang saat ini nasibnya seperti menggelinding menuju kesusahan.
Sampai paruh awal Juni 2019, Barcelona baru resmi mendapatkan tanda tangan Frankie De Jong. Gelandang muda berusia 22 tahun itu dibeli Barcelona dari Ajax Amsterdam dengan banderol 75 juta Euro. De Jong akan bergabung per Juli 2019.
Nah, selain memang sibuk memilah untuk kemudian membeli pemain, Barcelona juga harus menjual pemain. Terutama para pemain yang tidak memberi kontribusi nyata di musim 2018/2019 yang lalu. Salah satu nama yang santer dikabarkan akan dilego adalah Philippe Coutinho.
Pemain yang sebetulnya masih bau “bubble wrap” itu sangat mengecewakan. Didatangkan dengan nilai transfer menyentuh 140 juta euro, dibarengi drama ketika “memaksa” dijual oleh Liverpool, Coutinho gagal. Bisa dikatakan gagal total. Pemain asal Brasil ini gagal memberikan kontribusi, baik ketika diharapkan bisa menjadi penerus Andres Iniesta, maupun ketika dipasang lebih menyerang.
Salah satu alasan Coutinho digeser lebih ke depan adalah karena cederanya Ousmane Dembele. Selain itu, aura “anak kesukaan” dari Ernesto Valverde, pelatih Barcelona, menjadi salah satu sebab. Namun, meski menyiratkan menjadi anak kesukaan pelatih, tekanan dari fans membuat masa depan Coutinho dianggap tak lagi bersama Blaugrana.
Selain itu, Coutinho dianggap tidak cocok dengan Lionel Messi. Atau, dengan kata lain, pemain berusia 26 tahun itu gagal mengurangi beban Messi di lini depan. Kamu harus tahu, Messi yang sekarang bukan Messi yang dulu. Oleh Valverde, bersama Luis Suarez, Messi diizinkan tidak ikut menekan lawan. Usia dan kebutuhan menjaga stamina menjadi alasan.
Santer terdengar kabar kalau Coutinho ingin kembali ke Liga Inggris. Lantas, jika penjualan si pemain akhirnya terjadi, siapa yang akan datang sebagai pengganti?
Messi sudah tahu pengganti Coutinho: Marcus Rashford!
Lionel Messi dan para pemain lainnya sudah tahu siapa pengganti Coutinho. Apakah Neymar? Memang, ada berita yang menyebutkan bahwa, ketimbang Antoine Griezmann, Messi lebih suka manajemen memulangkan Neymar saja.
Griezmann membawa terlalu banyak drama. Apalagi ketika musim lalu, Griezmann sampai bikin video yang intinya hanya ingin bilang “menolak Barcelona”. Oleh sebab itu, ketimbang mendatangkan aktor telenovela Spanyol, masih mendingan memulangkan Neymar. Namun, tunggu sebentar, yang diproyeksikan manajemen Barcelona untuk menggantikan Coutinho justru bukan Neymar.
Messi dan para pemain lainnya sendiri sudah tahu nama pemain ini. Ia adalah Marcus Rashford, penyerang Manchester United, yang bisa bermain di semua lini menyerang. Ia dianggap punya potensi besar, masih muda (21 tahun), dan akan cocok dengan Barcelona.
Memang, niat untuk mendatangkan Rashford ini masuk akal. Kontrak pemain asal Inggris ini akan berakhir pada 2020 nanti. Artinya, jika Barca bisa meyakinkan si pemain untuk hengkang, Manchester United tidak punya pilihan selain mendengarkan tawaran. Selain itu, United tidak bisa mematok banderol terlalu tinggi. Risikonya adalah kehilangan si pemain secara gratis di akhir masa baktinya.
Dilansir Transfermarkt, nilai pasar Rashford adalah 80 juta euro. Mempertimbangkan fluktuasi harga pemain saat ini, mashih masuk akal kalau harga si pemain menyentuh 100 juta euro. Jika bisa menjual Coutinho bisa mendatangkan uang di antara 80 hingga 100 juta euro, Barcelona akan punya cukup modal untuk segera membeli Rashford.
Skema pertukaran pemain juga bisa menjadi opsi. Coutinho ingin balik kucing ke Inggris, United bisa menjadi tujuan, dan Barcelona menginginkan Rashford. Salah satu kesulitannya adalah Coutinho itu mantan pemain Liverpool, rival alami United. Mau di Spanyol, mau di Inggris jika gabung United, Coutinho akan tetap mendapat rundungan dari fans.
Alasan kedua ketertarikan Barca memang masuk akal adalah kemampuan si pemain untuk bermain di semua posisi di lini depan. Barca butuh penyerang “nomor 9” sebagai pelapis (atau penerus) Luis Suarez. Rashford bagus sebagai “nomor 9”, meski di United, Romelu Lukaku lebih mendapatkan kepercayaan.
Cara bermain pun akan cocok dengan Messi. Suarez dan Messi sukses menjadi duet karena punya komunikasi yang bagus. Siapa yang harus membuka ruang, siapa yang harus menjadi decoy atau umpan menarik pemain lawan. Keduanya dinamis dan bisa saling melengkapi. Demikian juga potensi yang terlihat di duet Messi dan Rashford.
Messi butuh rekan yang rajin melebar atau turun ke bawah untuk ikut bertahan (menekan lawan yang membangun serangan dari bawah). Messi juga butuh rekan yang paham caranya melakukan lari diagonal untuk menarik bek lawan. Atribut itu ada pada diri Marcus Rashford.
Pilihan ini juga bijak mengingat Neymar sudah banyak berubah. Sejak kalah dari Manchester United di Liga Champions, Neymar seperti kehilangan kontrol diri. Menyerang fans, kasar kepada pemain muda Brasil, hingga kasus pemerkosaan. Memang, pemain ini, jika tak bisa dikontrol, menjadi banyak tingkah.
Di luar lapangan banyak tingkah, di atas lapangan banyak gaya. Dokter timnas Brasil, Rodrigo Lasmar, mengungkapkan bahwa gaya bermain Neymar jadi penyebab gampang cedera. Neymar akan absen di Copa America 2019 karena cedera ketika Brasil mengalahkan Qatar 2-0 dalam laga uji tanding.
“Karena pergerakan yang sama, ketidakberuntungan, dan juga gaya bermainnya. Dia dilanggar, coba menghindar saat dilanggar, dan akhirnya berujung dengan cedera di bagian kaki,” ujar Lasmar seperti dilansir oleh cnnindonesia.com.
Jika kembali ke Barca, Neymar bakal menghadapi masalah yang sama, yaitu bersaing dengan kebintangan Messi. Sebuah situasi yang konon bikin Neymar angkat kaki dari Barca menuju PSG. Ia ingin menjadi pusat gravitasi, menjadi satu-satunya bintang di dalam tim.
Well, sudah betul kalau Messi bermain dengan Rashford ketimbang Neymar yang saat ini nasibnya seperti menggelinding menuju kesusahan.