MOJOK.CO – Klasemen Liga 1 menjadi bukti. Bukti pengelolaan Bali United yang profesional, baik dari sisi teknis di atas lapangan dan sisi bisnis. Sebuah pelajaran dari Pulau Dewata.
Kalau menengok klasemen Liga 1, banyak orang yang bilang sudah saatnya memberi selamat kepada Bali United. Mengumpulkan 56 poin dari 25 pertandingan, Bali United sudah tidak mungkin degradasi. Yang justru akan, mungkin segera, terjadi adalah Liga 1 Indonesia punya juara baru bernama Bali United.
Laskar Tridatu dibangun dengan kesadaran penuh akan masa depan. Mereka tidak lagi hanya memikirkan “bertahan” di Liga 1 semata. Bali United tengah mengejar kestabilan, terutama dari sisi ekonomi. Tidak jarang, ada klub papan atas klasemen Liga 1 yang masih bermasalah dengan dana berkompetisi, bahkan kesulitan membayar gaji. Sebuah situasi yang coba dihindari oleh Bali United.
Uang memang bukan segalanya dalam kehidupan, termasuk sepak bola. Namun, ada satu hal yang sederhana tak sederhana. Jika gajimu lancar dibayarkan, hati yang riang dan perasaan mantap untuk berjuang setiap tiga hari sekali pasti terpancar. Di kultur sepak bola Indonesia, masalah ini sangat fundamental. Banyak pemain pro yang terpaksa ikut tarkam demi menyambung hidup keluarganya.
Rasa nyaman di atas lapangan membuat pemain Bali United sadar akan apa yang sedang diperjuangkan. Tengok klasemen Liga 1 dan kamu akan menemukan mereka baru tiga kali kalah musim ini. Salah satu hal menarik perhatian saya, yaitu Bali United baru kalah satu kali saja dari 18 pertandingan!
Laga tandang, yang biasanya menjadi sumber jebloknya peringkat tim di klasemen Liga 1, bisa dilewati dengan baik.
Justifikasi kemuncak klasemen Liga 1
Saya ngobrol dengan Aun Rahman, jurnalis Fox Sports Indonesia, salah satu penulis sepak bola lokal terbaik saat ini. Dari Aun Rahman, saya mendapatkan banyak insight soal performa Bali United di atas lapangan, terutama cara mereka mempertahankan eksistensi di papan atas klasemen Liga 1 saat ini.
“Yang paling krusial. Bali bikin target berjangka. Target mereka musim ini. adalah 18 win. Sekarang udah 17. Seingetku cuma mereka yang ngungkapin target dengan detail kayak gini,” kata Aun perihal sumber motivasi pemain.
Bagi pesepak bola, target itu penting. Banyak tim besar punya target yang klise. Misalnya, “Target kami adalah menjadi yang terbaik di klasemen Liga 1!” atau “Tentu saja target kami adalah juara!”
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah mental. Masing-masing pemain punya meteran mental yang berbeda. Jika manajemen terlalu keras mendorong para pemain untuk menjadi juara dan akhirnya sulit terwujud, beban di pundak pemain akan terlalu berat. Ujungnya, mereka akan merasa “tidak mampu”. Merasa inferior sebelum bertanding sama saja dengan kalah.
Mengapa Bali bisa menguasai klasemen Liga 1? Bali United punya skuat bagus. Dijaga juga dengan kedalaman yang memuaskan.
Namun, baik Teco Cugurra, pelatih Bali United, dan manajemen punya target yang spesifik. Mereka menetapkan target 18 kemenangan. Seperti disampaikan Aun, kini Bali sudah mengantongi 17 kemenangan dari 25 laga jika kamu menengok klasemen Liga 1.
Menetapkan target kemenangan artinya pemain bisa memecah fokus ke setiap pertandingan secara proporsional. Fokus itu mahal harganya. Setiap kemenangan bakal menjadi bahan bakar paling dibutuhkan untuk menjalani kompetisi yang panjang. Kepercayaan diri yang semakin terbangun dari setiap kemenangan membuat Bali bisa melewati laga-laga sulit tanpa kekalahan.
Bicara kedalaman, Bali punya tiga kiper dengan kualitas “siap main” untuk Liga 1. “Mereka adalah Wawan Hendrawan, Samuel Reimas, dan Diky Indriyana,” jelas Aun. Di lini depan, mereka punya Ilija Spasojevic. Jika Spaso absen, Bali masih punya Aldino Herdianto dan Mohammad Fahmi Al-Ayyubi. Bisa juga Irfan Bachdim digeser ke depan.
Di lini tengah, mereka punya Fadil Sausu, salah satu gelandang yang paling enak ditonton bagi saya. Fadil ditemani oleh Brwa Nouri, salah satu gelandang bertahan yang jago membagi bola. Keduanya membuat aliran bola Bali menjadi mulus. Cadangannya, ada Taufiq dan Ahmad Agung.
Selain kedalaman, Teco Cugurra seperti punya “mantra” untuk menghidupkan lagi kualitas dari pemain lawas yang sudah dianggap habis. Ketika membawa Persija Jakarta menjadi juara Liga 1, Teco me-restart ulang karier Maman Abdurrahman. Kini, Teco membangkitkan Leo Tupamahu, Michale Orah, dan Dias Angga.
“Teco membuat Maman lebih tenang ketika mengawal lini pertahanan. Padahal sebelumnya Maman tersohor sebagai pemain bertahan yang rusuh dan cenderung tergesa-gesa untuk menyapu serangan lawan. Maman juga sering langsung mengambil bola yang sifatnya masih spekulatif. Atau kebiasaan lain, yaitu kecenderungan Maman untuk langsung menyapu bola ke depan, padahal ia memiliki pilihan untuk memegang bola lebih lama,” tulis Aun di laman Fox Sports.
Second coming itu punya pengaruh besar untuk pemain, terutama mereka yang senior. Dengan bekal pengalaman dan motivasi baru, para pemain senior bisa menjadi unsur yang krusial dalam keberhasilan sebuah klub. Pelatih seperti Teco yang bisa mebangkitkan karier pemain senior tidak akan kesulitan mencari saka guru sebuah tim, menjadi pengawal perkembangan pemain muda.
Sisi bisnis Bali United
Stadion bukan sekadar sebuah bangunan tempat sepak bola digelar. Stadion adalah bisnis. Juventus langsung membangun stadion ketika mereka menetapkan visi dan misi jangka panjang. Uang yang besar dari tiket dan iklan papan di dalam stadion merupakan pemasukan penting. Sponsor akan sangat tertarik jika stadion adalah tempat yang ramah untuk penonton.
Bali United memang belum punya stadion sendiri. Mereka masih menyewa Stadion Kapten I Wayan Dipta. Namun, mereka menyewanya dengan skema jangka panjang. Sebuah sounding yang bagus kepada sponsor bahwa mereka serius dengan bisnis yang dijalankan.
Selain stadion dengan kontrak jangka panjang, Bali United juga membangun beberapa “nilai tambah”. Misalnya, hanya Bali United yang punya VIP Lounge, sebuah restoran berkelas di mana pengunjung bisa menikmati sajian menu bintang lima sambil nonton bola. Sepak bola sudah menjadi tontonan berkelas tak ubahnya pementasan opera.
Bali United juga sudah membangun toko khusus untuk penjualan pernak-pernik klub. Mungkin, di Indonesia, hanya Persib Bandung dan Bali United yang punya konsep “store” sangat modern. Keduanya mirip dengan konsep Manchester United Megastore.
Laskar Tridatu juga punya visi jangka panjang untuk training center mereka. Pada 2020, Bali United akan membangun pisat pelatihan di tepi Pantai Purnama. “Secara bertahap seluruh kegiatan tim akan terpusat di Pantai Purnama. Mulai dari lapangan latihan dan mess pemain,” kata Yabes Tanuri, pimpinan Bali United seperti dilansir Indosport.
Luas pusat pelatihan di Pantai Purnama mencapai 7 hektar. Di dalamnya akan menjadi pusat kegiatan klub, misalnya 4 lapangan latihan, pusat kebugaran, kantor klub, dan mess pemain. Saya rasa, jika fasilitas ini selesai dibangun, tidak ada pemain pro yang tidak tertarik berseragam Bali United.
Juni 2019 yang lalu, lewat PT Bali Bintang Sejahtera Tbk., saham Bali United sudah bisa diperdagangkan di BEI. Bali United menjadi klub pertama di Indonesia yang sahamnya sudah go public.
Manajemen bisnis Bali sangat rapi, profesional, dan transparan. Profit yang bagus bakal datang dengan sendirinya. Keuntungan yang besar membuat mereka bisa menyediakan gaji tinggi untuk pemain bagus. Prestasi, salah satunya, dibangun oleh komposisi pemain. Prestasi bagus sama depan profit bagus. Siklus yang bakal membuat Bali United bisa menguasai klasemen Liga 1.
Sebuah pelajaran tersiar dari Pulau Dewata. Bali United seharusnya menjadi model bisnis semua klub Indonesia. Sepak bola tidak selalu soal siapa yang mencetak gol paling banyak. Ada sisi bisnis yang perlu dipikirkan secara matang dan dikelola secara profesional. Klasemen Liga 1 menjadi bukti. Langkah Bali United adalah langkah guru yang perlu ditiru.
BACA JUGA Beto dan Lilipaly, Nyawa Timnas Indonesia di Tangan Dua Pemain Senior atau tulisan YAMADIPATI SENO lainnya.