MOJOK.CO – Spanyol dan Ferran Torres mendominasi. Jerman kembali diingatkan bahwa mereka akrab dengan angka setan: 6 gol, 66 tahun kekalahan!
Baru pada 11 November yang lalu saya bicara soal kebetulan di sepak bola. sekarang, 18 November 2020, yang namanya kebetulan kembali terjadi. Kali ini panggungnya bernama UEFA Nation League. Spanyol membantai Jerman dengan skor akhir 6-0. Sebuah kebetulan yang “manis” terjadi di sini.
Hanya ada satu kata untuk mendeskripsikan laga Spanyol vs Jerman, yaitu dominasi. Spanyol unggul di semua catatan statistik kecuali pelanggaran. Mereka unggul 70 berbanding 30 persen di penguasaan bola. Melakukan 23 kali usaha tembakan ke gawang, sementara Jerman cuma bikin dua. Tembakan tepat ke arah gawang, Spanyol 10 kali melakukannya berbanding nol untuk Jerman.
Catatan statistik seperti ini bisa terlihat di laga-laga David vs Goliath. Misalnya Spanyol vs Andorra, Jerman vs Kepulauan Faroe, atau Bahrain vs Indonesia. Namun, catatan fantastis ini terjadi di laga besar dan Bastian Schweinsteiger menjelaskan alasannya dengan tepat.
Jerman tidak punya kontrol terhadap laga. Para pemain tidak saling mengingatkan. Di atas lapangan, hanya terdengar para pemain Spanyol yang saling berkomunikasi, memeriksa pemosisian kawan, mengingatkan akan potensi ancaman yang mungkin terjadi. Intinya, Jerman kalah di semua aspek pertandingan,
Dan… kebetulan yang menyenangkan itu terjadi. Spanyol membuat 6 gol. Ini menjadi kekalahan terbesar Jerman setelah 66 tahun. Pada 1954, ketika masih bernama Jerman Barat, mereka kalah dari Hungaria dengan skor 8-3. Ketika kalah lagi di 2020, Ferran Torres, penyerang sayap Spanyol membuat 3 gol.
Banyak unsur angka “6” di sana. Bahkan saya sendiri dibuat terhenyak melihat skor akhir pertandingan di pukul 06.00 pagi setelah bangun tidur. Tiga gol yang dibuat Ferran Torres adalah separuh dari “angka 6”. Sementara itu, Jerman membuat “3 gol” ketika kalah 66 tahun yang lalu. Bayangan soal “angka setan” membayangi. Apakah ini pertanda Jerman akan bernasib suram di Euro 2020 yang digelar pada 2021?
Tentunya ini pertanyaan absurd. Sepak bola, terkadang, tidak bisa diukur hanya dari satu pertandingan saja. Ketika kalah 66 tahun yang lalu dari Hungaria, Jerman Barat tetap bisa melaju hingga babak final Piala Dunia. Di final, mereka melawan Hungaria lagi dan bisa menang dengan skor 3-2… lagi-lagi ada unsur “angka 6” di sana.
Ada trivia menarik lainnya terkait Jerman dan “angka 6”. Saat ini, mereka sudah memenangi Piala Eropa sebanyak 3 kali (separuh angka 6). Salah satu kemenangan terbesar yang pernah mereka catatkan adalah membantai Brasil dengan skor 8-2. Jika 8 dikurang 2, hasilnya 6!
Tunggu dulu, perihal “angka 6” masih berlanjut! Sejak peringkat dunia FIFA dibuat, rata-rata peringkat Jerman adalah 6 dengan 1607 poin! Rata-rata usia pemain di skuat mereka saat ini adalah 26 tahun! Satu lagi, angka kematian karena Covid-19 di Jerman pernah menyentuh angka 1607 orang!
Nah, silakan, para pakar judi togel untuk menggelar rapat….
Sekali lagi, kebetulan di sepak bola itu sangat menarik untuk menjadi bahan dasar perhitungan judi togel. Ahh, maksud saya, untuk bahan tulisan.
Ferran Torres dan kejelian Manchester City
Manchester City memang “sialan”. Tim transfer mereka sangat detail ketika mengamati situasi pemain, terutama soal kontrak. Ketika Ferran Torres dibeli City, kontraknya bersama Valencia tinggal menyisakan satu tahun saja. Ada beberapa klub yang tertarik, namun City sudah satu langkah lebih cepat melakukan pendekatan.
Salah satu keuntungan yang didapat ketika membeli Ferran Torres dengan situasi kontrak tinggal satu tahun adalah harga diskon. City hanya perlu membayar 20 juta paun saja untuk Ferran Torres yang masih berusia 20 tahun. Dulu, langkah ini dianggap langkah latah karena Leroy Sane ingin segera dijual ke Bayern Munchen.
Selama beberapa bulan mengenakan seragam City dan performa Ferran Torres ketika mengalahkan Jerman, dunia tahu kalau Pep Guardiola memang sudah menemukan pengganti Sane. Lebih “sialan” lagi, City mendapatkan pemain muda yang sudah matang, sudah berkualitas, dan masih bisa berkembang lebih jauh!
Pemain seperti Ferran Torres di timnas Spanyol memang banyak. Banyak penyerang sayap dengan kemampuan mencetak gol. Namun, tidak banyak penyerang sayap dengan kecerdasan menentukan timing untuk memilih ruang berbahaya di kotak penalti lawan. Ini mungkin pendapat yang tidak populer.
Namun, silakan simak lagi beberapa pertandingan City di Liga Inggris. Meski memulai laga dari sisi kiri, Ferran Torres pandai menentukan kapan dan secepat apa dia berlari untuk masuk ke wilayah berbahaya.
Penentuan timing ini biasanya terbentuk oleh pengalaman panjang. Ketika pemain berusia 20 tahun sudah bisa melakukannya, kita menjadi saksi pemain kelas dunia sedang berkembang. Jika Ferran Torres bisa menambahkan unsur konsistensi di sana, bukan tidak mungkin di usia 25 tahun, City sudah mendapatkan world class winger di dalam skuat mereka.
Kejelian City dan kemampuan mereka mematangkan Ferran Torres akan sangat menguntungkan Spanyol. Ini juga menjadi bukti bahwa selain Prancis, angkatan muda Spanyol juga sangat berkualitas.
BACA JUGA Santi Cazorla: Legenda Arsenal dan Pengingat Beratnya Sebuah Proses Kebangkitan dan tulisan-tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.