MOJOK.CO – Euro 2020 Grup F | Jerman vs Hungaria | Demi memanaskan mesin, Jerman perlu menang dengan nyaman. Demi 16 besar yang sudah di depan mata.
Apet: “Jerman harus menang meyakinkan ketika hadapi Hungaria.”
Memorabilia puing-puing tersohornya The Magical Magyars sebagai tim hebat agaknya sudah hilang dari peradaban kontemporer. Masa kejayaan Hungaria dari pada medio 1950 hingga 1956 hanya tersisa kenangannya saja. Ya, minimal dengan nama Ferenc Puskas sebagai penyerang terbaik Hungaria saat itu diabadikan sebagai nama penghargaan goal of the years dari FIFA.
Selepas itu, sepak bola juga cuma naik turun, walau lebih banyak turunnya. Di Euro 2020, Hungaria yang cuma tim “kemarin sore” memang sudah sedari awal kena nasib buruk. Dibanding pendahulunya, jika harus ditandingkan dengan tiga negara lain di Grup F, saat ini Hungaria juga cuma remahan rempeyek. Renyah sekali untuk dikunyah.
Satu-satunya hal yang bisa dibanggakan Hungaria hanyalah memori kehebatan The Magical Magyars sebagai kesebelasan peringkat pertama All-time highest ratings national team berdasarkan Elo Rating System dengan 2230 poin tahun 1954. Selepas itu, ya, cuma medioker kelas bawah.
Kalau mau yang paling baru, paling yang bisa dibanggakan hanyalah stadion mereka yang penuh sesak. Pun kalau itu bisa dimasukkan dalam kategori “prestasi”.
Setengah dekade berlalu, kalau prestasi usang tadi dibandingkan dengan Jerman yang punya rekor minimal selalu menembus semifinal, saran saya mending Hungaria mawas diri dalam laga ini. Mbok, yasudah. Beri saja tiga poinnya ke Jerman. Daripada berjuang untuk lolos, setelah itu kalah lagi ya buat apa?
Sudah tahu, kalau di grup ini jadi kurcaci, daripada mencoba untuk berjuang tapi ujung-ujungnya kalah juga seperti ikut benteng takeshi buat apa. Selalu ada jalan memang. Tapi, jalannya kan nggak harus selalu menang. Bisa saja kan untuk segera pulang.
Mahir Pradana: “Realita indah setelah trauma Keajaiban Bern.”
Hungaria akan menjalani laga terakhirnya di Grup F Euro 2020. Pasukan Marco Rossi ini memang membuat kejutan dengan menahan imbang Prancis 1-1 di laga kedua. Namun, orang waras mana pun pasti tak akan berani menjagokan mereka menang atas Jerman, terutama setelah melihat performa spektakuler Thumas Mueller dkk., ketika menghajar juara bertahan Portugal 4-2.
Laga Hungaria dan Jerman di masa modern ini memang pasti akan selalu menyisakan kesan berat sebelah. Sejarah mencatat kemenangan terakhir tim Magyar atas Die Mannschaft terjadi pada 2004, itu pun hanya di laga uji coba. Namun, andai membahas topik ini pada dekade 1950-an, pasti kita membicarakan dua tim yang berkekuatan nyaris setara.
Saat itu, Hungaria memang tim kuat di Eropa, bahkan dunia, selama setengah abad ke-20. Nama-nama Ferenc Puskas, Sandor Kocsis, dan idola para hipster sepak bola, Nandor Hidegkuti, adalah jaminan kedigdayaan. Kemenangan 4-2 atas Brazil dan Uruguay di babak-babak sebelumnya membuat mereka diunggulkan menjadi juara Piala Dunia 1954. Namun, Puskas dkk menyerah 2-3 kepada Jerman Barat di laga final, padahal mereka telah membantai habis tim itu di babak penyisihan dengan skor 8-3. Laga final yang berlangsung di kota Bern, Swiss, itu akhirnya dikenang sebagai ‘Keajaiban Bern’.
Saya jadi teringat salah satu serial favorit saya, ‘The Man in the High Castle’. Serial produksi Amazon Prime yang disadur dari novel Phillip K. Dick ini menceritakan dunia alternatif di mana Nazi memenangi Perang Dunia II, sehingga seluruh dunia pun berada di bawah cengkeraman Jerman. Serial ini membuat saya membayangkan realita alternatif: bagaimana jika seandainya Keajaiban Bern tak pernah terjadi?
Yang pertama, Hungaria pasti tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pemenang Piala Dunia. Namun pertanyaan pengandaian yang paling penting, bisakah negara ini bisa jadi salah satu kekuatan utama di sepak bola dunia menyaingi Jerman? Padahal Hungaria tak pernah berhenti melahirkan talenta-talenta hebat, setelah era Puskas dkk berakhir. Sepak bola Eropa telah diwarnai talenta mendiang Miklos Feher, captain fantastic Balázs Dzsudzsák, hingga penjaga gawang yang selalu percaya diri dengan gaya fashion uniknya, Gabor Kiraly. Lantas, kenapa sepak bola Hungaria seolah tertidur selama lima dekade lebih setelah Keajaiban Bern?
Yakinlah, orang Hungaria pun akan bingung menjawab pertanyaan itu. Bahkan mungkin mereka tidak mau ambil pusing, mengingat era kehebatan Puskas dkk sudah terlalu klasik untuk dikenang, dan sebagian besar dari warga Hungaria belum lahir pada saat itu. Toh, Euro 2020 sudah menjadi kenangan manis, mengingat mereka mencapainya setelah melewati kemenangan dramatis di laga play-off melawan Islandia. Turnamen ini juga menjadi lanjutan mimpi indah Euro 2016 ketika mereka sukses melaju ke babak 16 besar.
Jadi, apa pun hasil laga terakhir Hungaria melawan Jerman di partai terakhir grup F Euro 2020, warga Hungaria pasti sudah memiliki realita indah baru untuk dikenang selama beberapa generasi ke depan. Apalagi jika Adam Szalai dkk sukses membungkam Jerman, mereka tak perlu lagi tenggelam dalam trauma Keajaiban Bern.
BACA JUGA Portugal vs Prancis: Dendam 2016 dan Usaha Menyumpal Mulut Mourinho dan ulasan Euro 2020 lainnya.