MOJOK.CO – Terima kasih, Arsenal, atas keputusan brilian kalian untuk menurunkan tim terbaik di Carabao Cup. Media tercinta jadi nggak kelaparan.
Akhirnya, Arsenal bisa menurunkan tim inti mereka dan memuaskan para fans di segala penjuru dunia. Carabao Cup, seperti kita sepakati bersama, adalah kompetisi paling bergengsi di dunia. FA Cup, boleh menjadi kompetisi tertua di dunia. Liga Inggris, liga paling mahal? Boleh! Namun, tak akan ada se-ikonik Carabao Cup.
Oleh sebab itu, ketika bermain di Liga Inggris, Arsenal tidak pernah menurunkan skuat terbaiknya. Energi harus dihemat. Pemain terbaik harus dijaga kebugarannya. Cedera yang diakibatkan kelelahan tidak boleh terjadi. Apalagi jika kita melihat daftar lawan-lawan The Gunners di Carabao Cup, dibandingkan Liga Inggris.
AFC Wimbledon, lawan Arsenal di Carabao Cup, adalah salah satu klub lawas Britania. Mereka sudah berdiri sejak 2002. Usia mereka sudah 19 tahun.
Saking legendarisnya AFC Wimbledon, klub ini bahkan punya turnamen tenis sendiri. Jangan salah. Kompetisi tenis Wimbledon itu didaulat sebagai turnamen tenis paling bergengsi di dunia. Pemainnya harus pakai pakaian serba putih.
Coba, klub mana selain Wimbledon yang namanya juga dipakai untuk turnamen tenis paling bergengsi di dunia? Nggak ada!
Chelsea? Ah itu turnamen berenang di kubangan minyak? Manchester City? Aduh, mau berkompetisi atau sibuk jadi calo penonton bayaran? Manchester United? Duh, mau berkompetisi atau sibuk masukin setan dekil ke dalam botol?
Tidak ada klub lain di Inggris yang level legendanya bisa menyaingi Wimbledon. Oleh sebab itu, wajib hukumnya bagi Arsenal untuk menurunkan tim intinya. Sekali meremehkan dengan menurunkan Takehiro Tomiyasu dan Gabriel Magalhaes, lini belakang The Gunners pasti jebol.
Oleh sebab itu, Mikel Arteta bermain aman dengan menurunkan duet bek tengah terbaik di dunia saat ini, Rob Holding dan Pablo Mari. Duet bek tengah yang konon menjadi mentor pribadi Raphael Varane. Nggak cuma main bola, termasuk cebok setelah boker.
Keduanya diapit Cedric, bek kanan yang konon punya kemampuan setara Javier Zanetti untuk soal menata rambut. Bek kiri? Nuno Tavarez, bek kiri jelmaan Roberto Carlos, diturunkan.
Untuk lini tengah, Arteta menggunakan skema tiga gelandang, diisi Maitland-Niles, Thomas Partey, dan Sambi Lokonga. Partey terpaksa dimainkan karena gelandang terbaik abad ini, pemain yang fotonya dipampang di ruang latihan La Masia dan menjadi inspirasi Andres Iniesta dan Xavi Hernandez, yaitu Mo Elneny, sedang berhalangan. Konon katanya, Elneny sedang membantu bundanya panen buah kurma. Masya Allah, membantu ibu memang paling utama. Sepak bola itu apa.
Untuk lini depan, trio paling tajam, trio yang membuat trio Messi-Neymar-Suarez seperti sedang bermain semarangan, Martinelli-Lacazette-N’Ketiah akhirnya bisa bermain bersama. Ketiganya sulit sekali bisa bermain bersama karena Martinelli sibuk home schooling, latihan karate, dan kemarin belum vaksin.
Untuk penjaga gawang, Bern Leno, sosok kiper yang membuat Oliver Kahn cuma kayak guru olahraga yang galaknya minta ampun, diturunkan. Dan, semuanya berjalan sesuai skenario.
AFC Wimbledon memang sangat merepotkan. Legenda mereka bukan legenda palsu. Keputusan Arsenal untuk menurunkan tim terbaik perlu mendapat apresiasi.
Inilah bentuk profesionalitas dan niat menghargai lawan berat. Bukan dengan menurunkan tim kedua. Apalagi tim kedua Arsenal diisi pemain-pemain muda belum berpengalaman dan pemain senior yang tidak berguna.
Siapa yang pengin melihat kacauanya Odegaard bermain satu-dua sentuhan dengan Kieran Tierney. Buat apa melihat duet Ben White dan Gabriel yang hobi bikin blunder. Bukayo Saka? Smith Rowe? Mereka belum berpengalaman. Apalagi Bukayo Saka, bermain di Piala Eropa saja belum pernah. Nanti kalau sudah pernah main di final dan kerah bajunya ditarik Chiellini, baru layak main.
Pada akhirnya, terima kasih, Arsenal. Atas keputusan brilian kalian untuk menurunkan tim terbaik di Carabao Cup. Media-media tercinta di Nusantara tidak kehabisan bahan untuk konten. Kalau nggak bahas Arsenal, sedikit sekali Retweet dan Likes yang mereka dapat. Coba Arsenal itu kayak tim semenjana lainnya kayak Manchester United atau Chelsea, pasti media-media tercinta sedang kelaparan.
Terima kasih The Gunners. Kalian memang selalu konsisten menghidupi jargon mulia yang bunyinya: “Mangan ora mangan asal Arsenal, engko lak mesti mangan. Ora usah khawatir. Rame, wis. Senggol sik kene.”
Sebuah jargon yang bikin saya terharu….
BACA JUGA Nggak Arsenal Nggak Makan di Tengah Status Pengangguran Lionel Messi dan artikel menyebalkan lainnya dari Yamadipati Seno.