MOJOK.CO – Emile Smith Rowe, adalah protagonista bagi Arsenal. Catat dengan huruf kapital. Seperti Kaka bagi Milan, keberadaannya bisa menjadi pembeda, penentu sebuah laga.
Ada banyak hal yang bisa dibaca ketika seorang pemain muda dipanggil ke timnas senior. Salah satunya adalah pengakuan akan potensi, perkembangan, dan kontribusi nyata kepada klub masing-masing. Berbahagialah fans Arsenal, tiga hal itu mengendap di dalam diri Emile Smith Rowe.
Saya rasa hal ini perlu ditulis dengan huruf kapital. Ditegaskan dengan jelas, tentang pentingnya keberadaan Emile Smith Rowe bagi Arsenal. Tentang seorang gelandang serang yang bisa menentukan hasil akhir sebuah laga. Seorang pembeda yang setiap klub besar pasti memilikinya.
Sebelum dan sesudah Emile Smith Rowe dipanggil timnas Inggris, makin banyak analis sepak bola membagikan pandangannya tentang pemain berusia 21 tahun itu. Mereka merasa Smith Rowe punya potensi untuk bermain seperti Kaka.
Kaka adalah seorang protagonista yang pernah membela AC Milan selama enam tahun. Dia satu-satunya pemain yang bisa merusak dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi di panggung pemain terbaik pada masanya. Dia adalah seorang goal scoring midfielders.
Kenapa Emile Smith Rowe dianggap bisa bermain seperti Kaka? Hal ini perlu dicatat dengan huruf kapital. Smith Rowe tidak mungkin menjadi “Kaka”-nya Asenal. Postur, bangunan fisik, dan kekuatan tubuh bagian atas mereka sangat berbeda. Mau fitnes sampai tipes? Nggak mungkin bisa sama.
Para analis yang membagikan pendapatnya merujuk kepada cara berpikir di atas lapangan. Cara seorang goal scoring midfielder berpikir dan mewujudkanya di atas lapangan. Tentang seorang gelandang pencetak gol yang sangat penting bagi sebuah tim.
Kaka, di puncak jaya, adalah gelandang #10 yang unik. Bermain di “formasi pohon cemara” rancangan Carlo Ancelotti, Kaka berduet dengan Clarence Seedorf sebagai double #10. Kaka sendiri banyak bermain lebih ke kiri (halfspace kiri) untuk kemudian bergerak ke dalam ketika menyerang.
Tinggi badan Kaka adalah 186 sentimeter. Tinggi, tubuh bagian atasnya kokoh. Selain dua hal itu, kelebihan lain dari Kaka adalah langkahnya yang lebar. Jadi, meski terlihat bongsor, dia bisa berlari dengan cepat sembari menggiring bola.
Kaka sangat suka melewati lawan dengan memadukan kekuatan fisik dan kecerdasan mempertahanan bola. Bermodal daya dobrak seperti itu, Kaka bisa mencapai kotak penalti lawan dengan mudah. Mau pakai tendangan jarak jauh atau menerobos ke kotak penati, Kaka bisa melakukannya.
Selama enam tahun membela AC Milan, dia adalah gelandang pencetak gol terbaik di kolong langit. Lantas, bagaimana Emile Smith Rowe “menduplikasi Kaka” untuk Arsenal?
Perlu dicatat dengan huruf kapital bahwa Emile Smith Rowe tak mungkin bermain untuk Arsenal dengan cara mendobrak. Bisa jadi tubuhnya yang terempas ketika bertemu lawan-lawan seperti Fabinho atau Kante. Smith Rowe bisa seperti Kaka dengan mempertajam kelebihannya.
Emile Smith Rowe adalah salah satu pemain cerdas yang dimiliki Arsenal. Indikasinya? Dia sangat pandai mencari ruang di sepertiga akhir lapangan. Gol yang dia cetak selama ini banyak yang diawali dengan pengambilan posisi.
Pemain cerdas seperti Smith Rowe akan sangat efektif memanfaatkan kesempatan. Kalau memang harus menggiring bola melewati lawan, dia akan melakukannya dengan sekali tarikan napas saja. Maksudnya, dia akan melewati lawan, tapi tidak mau terlalu sering mungkin karena risikonya lebih tinggi dibandingkan aksi mengumpan.
Dia masih akan dan bisa melewati satu atau dua pemain lawan. Namun, setelah itu, dia akan langsung memberikan umpan. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggiring bola, Emile Smith Rowe sudah punya rencana. Dia selalu berkikir two steps ahead.
Jadi, jika dirangkai dalam satu “gerakan utuh”, gambarannya akan seperti ini:
Emile Smith Rowe mengontrol bola di dekat lingkaran tengah sebelah kiri. Kita bayangkan Lacazette mendekat untuk meminta bola. Sementara itu, Nuno Tavarez, bek kiri, melakukan overlap dengan cepat. Di sisi kanan, jalur umpan antara Smith Rowe ke Partey dan Saka ditutup lawan.
Terdesak, dia melihat Laca dikuntit pemain lawan sehingga tercipta ruang kosong di dekat kotak penalti. Bagaimana caranya dia bisa sampai ke ruang kosong itu?
Langkah pertama, dia akan langsung mengoper ke arah Laca. Operannya keras dan cepat ke arah kaki kiri Laca. Ingat, di sepak bola, setiap umpan harus selalu membawa informasi. Misalnya, umpan ke kaki kiri teman, artinya, lawan ada sisi kanan. Kalau pas ke tengah, di antara dua kaki teman, artinya tidak ada lawan.
Paham dengan informasi yang dikirim Emile Smith Rowe lewat bola, Laca mengontrol bola sedetik. Setelah mengoper, Smith Rowe berlari ke arah sisi kaki kiri Laca yang mengontrol bola. Smith Rowe “meminta balik” bola dari kaki Laca.
Laca yang paham dengan rencana Smith Rowe, sedikit menggeser bola menjauhi kaki kirinya. Terbuka sebuah ruang, Smith Rowe menyambar bola dari Laca dan merangsek ke ruang kosong di depan kotak penalti. Proses pass and move itu masih belum usai.
Ketika merangsek ke depan kotak penalti, pemain bernomor punggung 10 itu bisa saya lansung menembak. Namun, probabilitasnya kecil untuk jadi gol. Maka, dia memanfaatkan decoy run Aubameyang yang bergerak dari sisi kanan sambil menyeret bek tengah sebelah kiri lawan.
Sekali lagi, sebuah ruang terbuka. Smith Rowe memanfaatkan ruang itu untuk terus melaju lebih dalam ke kotak penalti. Kini, pandangannya ke gawang lebih lega. Dia bisa leluasa membidik tiang jauh dan gol tercipta untuk Arsenal.
Proses imajinatif di atas menggambarkan kecepatan berpikir seorang goal scoring midfielder. Sikap positif untuk berani menggiring bola dan menembak ke gawang membuat Smith Rowe semakin penting bagi Arsenal. Seperti huruf kapital, dia adalah penegasan manis untuk perkembangan Arsenal.
Satu hal menyenangkan bagi fans Arsenal adalah goal scoring midfielder bukan Emile Smith Rowe seorang. Masih ada Bukayo Saka dan Martin Odegaard. Keduanya bukan kreator murni seperti Mesut Ozil. Mata Saka dan Odegaard juga selalu lapar menatap gawang.
Emile Smith Rowe, dari pemain dengan statistik nol koma, menjadi protagonista bagi Arsenal. Catat dengan huruf kapital. Seperti Kaka bagi Milan, keberadaannya bisa menjadi pembeda, penentu sebuah laga.
BACA JUGA Arsenal: Ledakan Nol Koma Emile Smith Rowe dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.