MOJOK.CO – Visi Mesut Ozil dan keluwesan Shkodran Mustafi bakal jadi bangunan bagi Arsenal. Semoga konsistensi bisa mereka panen, ketika kepercayaan sudah lama tersemai.
Beberapa hari yang lalu, Mikel Arteta berbicara kepada setiap pemain Arsenal secara empat mata. Arteta menyampaikan niat manajemen Arsenal untuk memotong gaji para pemain sebagai respons pandemi corona. Dibantu Hector Bellerin, usaha tersebut dapat diterima dengan baik, meskipun belum tercapai sebuah keputusan yang bulat.
Setelah pertemuan itu, kabar soal penjualan beberapa pemain menyeruak. Bukan hanya satu atau dua pemain saja yang dikabarkan akan dijual. Konon, ada “beberapa” yang akan dilego demi sebuah usaha membangun skuat baru. Kita mengenalnya sebagai sebuah aksi “cuci gudang”. Ketika sebuah klub menjual banyak pemain dalam satu kesempatan.
Bagi saya, niat cuci gudang ini baik adanya. Kita semua, terutama fans Arsenal, sangat tahu kalau skuat yang ada sangat tidak seimbang. Sudah tidak seimbang, beberapa pemain di dalamnya punya masalah yang sama. Apa itu? Banyak pemain yang tidak bisa mempertahankan konsisten. Masih pula ditambah masalah ego yang sulit sekali ditekan.
Nah, jika cuci gudang memang betulan terjadi, saya mau menitipkan pesan untuk manajemen Arsenal. Pesan itu berbunyi: tolong pertahankan dua pemain, yaitu Mesut Ozil dan Shkodran Mustafi.
Untuk lini depan, nama Alexandre Lacazette akan dijadikan bargaining chip untuk membeli Thomas Partey dari Atletico Madrid. Harga pasaran Partey menyentuh 50 juta euro. Ketika menyertakan Lacazette, manajemen The Gunners berharap harga Partey bisa diturunkan. Ini strategi pembelian yang menarik.
Selain Lacazette, Arsenal masih pada tahap “gamang” terkait masa depan Pierre-Emerick Aubameyang. Pemain asal Gabon itu belum mau memperpanjang kontrkanya. Meski tidak lagi muda, peminat Aubameyang masih cukup banyak. Tampaknya, jika tawaran yang menarik tiba-tiba masuk, Arsenal tidak akan menghalangi kepergian Aubameyang.
Untuk lini depan ini, terlepas masa depan Laca dan Auba, saya harap Ozil tidak ikut dijual. Alasannya?
Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah pendapat subjektif saya saja. Bagi saya, Mesut Ozil tidak pernah mendapatkan “keadilan” di Arsenal. Maksudnya begini:
Di tahun-tahun awal kariernya bersama The Gunners, Mesut Ozil tidak diberi “kemudahan” oleh manajemen. Kemudahan yang saya maksud adalah keberadaan rekan-rekan yang kompatibel. Terlalu sering, visi Ozil tidak bisa diikuti oleh pemain semacam Olivier Giroud hingga Theo Walcott. Keadaan sedikit membaik Ketika Alexis Sanchez masuk.
Ozil adalah pemain kelas dunia Ketika dia “dipersenjatai”. Biar gampang, kamu bisa melihat skuat Real Madrid Ketika Ozil mencapai puncak performa di sana. Saya tahu, Arsenal tidak mungkin mengumpulkan pemain berkaliber besar seperti Madrid. Namun, setidaknya, bekali Ozil dengan kemudahan.
Padahal kita tahu, Ketika Mesut Ozil datang, keuangan Arsenal sudah lebih sehat. Ketika ada fans yang bilang kalau klub ini tidak punya ambisi, saya setuju sekali. Di pasar transfer, klub ini terlalu lemah. Seperti tidak punya pijakan yang kokoh. Bukan hanya soal pemilik klub yang bajingan betul, banyak aspek yang tidak elok lagi kita bahas di sini.
Ketika era Arsene Wenger berakhir dan Unai Emery masuk, manajemen “seenaknya saja” membeli pemain. Beberapa pemain yang diinginkan Emery tidak diluluskan. Emery lebih memilih Wilfried Zaha supaya tidak bermasalah dengan adaptasi, tetap manajemen membeli Nicholas Pepe. Emery ingin Harry Maguire, manajemen tak berdaya.
Bagi saya, secara tidak langsung, skuat yang tidak seimbang pasti berdampak kepada performa pemain lain. Ditambah ekspektasi dan hujatan yang tidak perlu, kondisi mental pemain pasti kacau. Ozil hampir selalu menjadi kambing hitam. Fans menuntut Ozil selalu tampil istimewa karena gajinya tinggi. Namun, yang sering terjadi adalah banyak fans seperti enggan memahami isi hatinya.
Saya berharap banyak kepada era Mikel Arteta. Ketika Arteta membela Mustafi dengan begitu keras, kita melihat sebuah pelajaran penting tentang cara membangun kepercayaan. Dan fans Arsenal bisa melihatnya dengan jelas. Ketika kepercayaan itu berbuah manis. Ketika Mustafi, secara perlahan kembali ke performa terbaik.
Proses mengembalikan performa Mustafi ini memang panjang. Ada banyak blunder yang menyertai. Namun, proses yang panjang tapi khidmat, jauh lebih berharga ketimbang sebuah cambukan penuh amarah demi hasil instan. Setelah Mustafi mampu mendekati level performa terbaik, kita seperti melihat sosok yang berbeda.
Cuci gudang di lini belakang mungkin akan menyasar kepada Sokratis, Rob Holding, David Luiz, dan kelak Calum Chambers (menunggu kesembuhan). Kedatangan William Saliba dan potensi satu bek tengah lagi membuat nama-nama tersebut layak untuk dijual. Harapan saya, jika cuci gudang betulan terjadi, Mustafi jangan ikut dijual.
Bersama Ozil, saya mulai yakin kalau Mustafi akan jadi lebih baik di era Mikel Arteta. Pelatih yang tegas, tetapi penuh rasa sayang kepada pemainnya. Dia “Bapak” yang baik. Bakal tegas, bahkan galak ketika si pemain merajuk manja. Namun, ketika kesusahan datang, Arteta akan menjadi Bapak yang melindungi anak-anaknya dengan punggungnya yang lebar.
Visi Ozil dan keluwesan Mustafi bakal jadi bangunan penting di era Arteta. Semoga konsistensi bisa mereka panen, ketika kepercayaan sudah lama tersemai.
BACA JUGA Aksi Mesut Ozil Mencium Roti, Aksi Kemanusiaan yang Terkadang Dilupakan atau tulisan-tulisan lainnya dari Yamadipati Seno di rubrik BALBALAN.