MOJOK.CO – Italia menyimpan dendam atas Spanyol. Api dendam atas Final Euro 2012 bakal coba dituntaskan malam ini. Laga semifinal rasa final Euro 2020.
Alief Maulana: “Dendam itu bakal tuntas malam ini.”
Ada yang unik dari catatan timnas Italia. Sejak 2000, mereka memiliki siklus 6 tahunan. Tiap 6 tahun, mereka selalu lolos ke babak final turnamen.
Pada 2000, mereka lolos ke final Euro. Enam tahun kemudian, menjadi jawara Piala Dunia. Pada 2012, mereka kalah di laga puncak Euro dari Spanyol. Hanya pada 2018, mereka gagal lolos ke partai puncak. Ya karena gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2018.
Final Euro 2012 menjadi pertandingan yang cukup mengejutkan dan menyakitkan bagi Italia. Mereka datang dengan status tak diunggulkan. Spanyol jelas diunggulkan karena menjadi juara bertahan sekaligus juara Piala Dunia 2010.
Di laga pertama, Italia sukses menahan imbang sang juara bertahan dengan skor 1-1. Kembali imbang di laga kedua, Azzurri lolos setelah mengalahkan Irlandia dengan skor 2-0.
Saat itu, mereka sudah ditunggu Inggris di babak perempat final. Di laga ini, penalti panenka yang dicetak Andrea Pirlo menjadi momen tak terlupakan. Melalui adu penalti, mereka lolos ke babak selanjutnya.
Italia telah ditunggu Jerman di babak semifinal. Di pertandingan ini, Mario Balotelli menjadi bintang. Tendangan jarak jauh, disusul dengan selebrasi ikonik menutup perjalanan Jerman.
Spanyol menjadi lawan selanjutnya di partai puncak.
Italia tertinggal 2 gol di babak pertama. Spanyol terlalu kuat bagi Italia.
Memasuki babak kedua, Cesare Prandelli melakukan beberapa perubahan. Antonio Di Natale dan Thiago Motta. Keduanya diharapkan bisa mengubah pertandingan.
Sialnya, nama terakhir harus cedera. Lebih sial lagi, Italia tak bisa melakukan perubahan karena di babak pertama, Federico Balzaretti lebih dulu masuk menggantikan Giorgio Chiellini yang cedera. Italia harus bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-60 dan tertinggal 2-0.
Bencana usai? Oh, jelas belum.
Memasuki menit ke-80, Italia kebobolan 2 gol lagi. Skor akhir 4-0 sekaligus mengakhiri perjuangan Gianluigi Buffon dan kawan-kawan. Dendam atas Spanyol lahir di hari itu.
Setelah menunggu 8 tahun, Italia akhirnya bersua lagi dengan Spanyol. Kali ini bukan di laga puncak, tapi semifinal.
Mata dibalas mata. Nyawa dibalas nyawa. Meski terkesan jahat, namun bagi Italia, mengalahkan Spanyol malam nanti adalah balas dendam terbaik.
Leonardo Bonucci dan Chiellini masih bisa merasakan sakitnya kekalahan dari Spanyol. Daniele De Rossi yang kini membantu Roberto Mancini dari kursi kepelatihan masih ingat luka yang diberikan para pemain Spanyol.
Ingat, jangan pernah meremehkan manusia yang menyimpan dendam.
Ganesha Arif: “Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.”
Kalimat yang jadi buah pikiran Tan Malaka itu mengajarkan untuk tidak pernah menyerah dan berusaha berjuang sampai apa yang kamu inginkan terjadi.
Tentu, sosok Tan, yang bahkan orang Indonesia pun banyak yang tidak tahu, tak mungkin diketahui oleh orang Spanyol. Namun, buah pikirannya tercermin nyata di perjalanan Spanyol di Euro 2020.
Spanyol terbentur, bahkan sebelum Euro 2020 dimulai. Kapten mereka, Sergio Ramos, mengalami cedera. Pria yang ditunjuk untuk menggantikan Ramos, Sergio Busquets, positif covid-19 dan dinyatakan tak akan tampil di 2 laga perdana.
Ketika turnamen berlangsung, La Furia Roja kembali terbentur. Mereka sanggup mengkreasikan banyak peluang, tapi hanya 1 gol yang tercipta di 2 laga perdana, melawan Swedia dan Polandia. Rasanya seperti keberuntungan tak menaungi mereka.
Spanyol masih terus terbentur. Akibat performa yang kurang oke di 2 laga perdana, pasukan Luis Enrique dihujat publik sendiri. Sang striker, Alvaro Morata, jadi sorotan karena kerap membuang peluang.
Kiprah Spanyol yang buruk itu, ditambah persiapan tak karuan, membuat banyak orang menjadi ragu. Ragu apakah mereka mampu lolos dari fase grup. Namun, karena benturan-benturan itulah Spanyol terbentuk.
Di laga pemungkas fase grup, yang jadi laga penentuan buat Spanyol, juara Euro 2012 itu menggasak Slovakia 5 gol tanpa balas. Memasuki babak 16 besar, giliran Kroasia yang menjadi korban. Lini depan Spanyol, yang sebelumnya mandul, berhasil menciptakan 10 gol di laga terakhir fase grup dan babak 16 besar.
Teranyar, Swiss ditaklukkan di babak perempat final. Pertandingan melawan Swiss mungkin tak semulus 2 laga sebelumnya, tapi Spanyol berhasil menunjukkan mentalitas yang luar biasa untuk menang via adu penalti.
Spanyol kini jelas Spanyol yang beda dengan di awal Euro 2020. Kini, permainan mereka lebih matang, pressing mereka rancak, dan ofensif mereka tajam. Semua itu, tentu, terjadi karena benturan-benturan yang mereka hadapi.
Nah, di semifinal, lawan yang mereka temui adalah Italia, yang sejauh ini melaju dengan mulus. Mereka memang begitu tangguh. Mulai dari Turki, Wales, Austria, hingga Belgia, yang bertabur bintang, mereka bekuk.
Dari situ, dengan segala kemewahan yang mereka miliki, wajar apabila Italia lebih diunggulkan. Meskipun demikian, sudah banyak kisah di mana yang berkelimpahan kalah dari dia yang terus berjuang. Saya percaya kisah itu akan terulang di semifinal nanti.
BACA JUGA Inggris Solid, Primbon Keberuntungan Jadon Sancho, dan Perburuan Sejarah Ukraina dan ulasan Euro 2020 lainnya.