Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kamu Pikir Ngerjain Skripsi Susah? Udah Ngerasain Pas Nggak Ada Laptop dan Internet?

Audian Laili oleh Audian Laili
30 Juli 2019
A A
skripsi internet laptop MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ngerjain skripsi aja udah ribet. Bisa dibayangin pas nggak ada laptop dan internet, susahnya kayak gimana?

Nggak heran kalau generasi bapak-ibu kita, sering menyebut kalau generasi kita ini manja. Mungkin, mereka berpikir dengan kemudahan fasilitas seperti saat ini, selain menjadi bucin sejati yang nekat falling in love with people can’t have, urusan skripsi menjadi sumber kegalauan yang sering dikoar-koarkan.

Pakdhe-Budhe saya, sering kali “menyombongkan” usahanya waktu nggarap skripsinya dulu. Katanya, apa yang kami-kami perjuangkan itu nggak ada apa-apanya. Lha wong fasilitas laptop dan internet sudah memudahkan semuanya.

Iya, sih. Saat saya ngerjain skripsi dulu, saya merasa skripsi sebegitu ribetnya. Tapi, saya nggak pernah mikir: Bagaimana generasi orang tua saya dulu harus bertahan dengan drama-drama skripsi tanpa laptop dan internet? Suatu fasilitas yang sungguh-sungguh memudahkan akan tetapi jarang saya syukuri penuh keberadaannya. Seolah-olah keduanya memang seharusnya ada di situ untuk membantu saya.

Ibu teman saya pernah cerita, kalau pada mesin tik lah, mereka berusaha menyelesaikan salah satu syarat kelulusan itu. Ya, hanya bisa mengandalkan mesik tik untuk menyelesaikan skripsi.

Bayangkan saja bagaimana rasa sakit hati itu hadir berkali-kali lipat saat sedang bimbingan. Saya saja yang mengerjakannya dengan laptop, sering kali masih harus merasa sakit hati saat melihat draft skripsi itu dicoret-coret sama dosen pembimbing. Lha, bagaimana dengan mereka yang harus mengerjakannya dengan mesin tik dan mendapati kenyataan kalau skripsinya itu dicoret-coret dengan penuh rasa jumawa—seolah merasa berkuasa penuh atas skripsi kita?

Dengan laptop, coretan itu memang menyakitkan. Padahal sistem di laptop kita kan masih merekam data skripsi tersebut hingga kita hanya perlu membenarkan yang salah saja. Kita pun masih bisa mengedit tulisan dengan suka-suka. Lha kalau pakai mesin tik? Berarti harus ngetik ulang, kan? Yang literally ngetik ulang?

Belum lagi, kepemilikan mesin tik orang dulu tidak sama dengan pemerataan kepemilikan laptop generasi kita. Bukan hanya soal kepemilikan perorangan. Akan tetapi, tidak semua keluarga punya alat ini. Jadi, perihal semangat ngerjain skripsi nggak lagi dipengaruhi mood seperti yang biasa kita lakukan. Mbel gedes soal mood. Yang penting mesin tik yang bisa dipinjam ada dulu.

Tidak hanya soal nggak-ada-pilihan-lain-selain-pakai-mesin-tik, zaman itu juga belum ada sinyal internet. Padahal sinyal internet ini betul-betul memudahkan kita untuk mengakses e-book atau jurnal tanpa ribet-ribet ke perpustakaan dan tanpa susah-susah nenteng banyak buku ke mana pun kita pergi.

Di zaman yang belum ada akses internet itu, perpustakaan menjadi sumber primer bagi referensi tulisan. Kalau punya uang berlebih ya, bisa bertamasya ke toko-toko buku. Tapi, kalau nggak ya, mengandalkan hubungan sosial dengan pinjem atau tanya-tanya ke kakak angkatan.

Dengan kemudahan fasilitas saat ngerjain skripsi—dibandingkan zaman generasi orang tua kita, saya nggak tahu apa yang membuat makin banyak mahasiswa merasa paling susah sedunia.

Apakah karena memang mental kita yang tidak kuat menerima tekanan? Atau karena orang tua dan lingkungan memberi tuntutan berlebih yang membuat kita semakin tertekan? Ataukah karena “ikut-ikutan” merasa terbebani karena temannya di media sosial juga merasa demikian?

Terakhir diperbarui pada 30 Juli 2019 oleh

Tags: Internetlaptopmesin tikrevisiskripsi
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Penyesalan ikuti kata kating/senior kampus yang aktif organisasi mahasiswa. Ngopa-ngopi dan diskusi, lulus tak punya skill MOJOK.CO
Kampus

Muak sama Kating Kampus yang Suka Ajak Ngopa-ngopi, Cuma Bisa Omong Besar tapi Skill Kosong!

24 September 2025
Laptop, Acer Aspire One.MOJOK.CO
Ragam

Acer Aspire One, Netbook Mungil Kenangan Besar: “Spek Kentang”, tapi Mengajari Mahasiswa Arti Berjuang

23 September 2025
Kuliah PTN demi kejar sarjana tanpa biaya orangtua. DO menjelang skripsi karena gagal bayar UKT MOJOK.CO
Kampus

Mati-matian Kuliah PTN Sambil Kerja hingga Makan Lauk Cabai, Malah Di-DO Pas Tinggal Skripsi Gara-gara UKT

28 Agustus 2025
Kenangan bersama laptop ASUS: laptop bobrok yang tuntaskan skripsi untuk jadi sarjana hingga bekerja MOJOK.CO
Catatan

Laptop ASUS: Meski Busuk dan Bikin Malu sama Orang Berlaptop “Apel Kroak”, Tapi Saksi Banyak Orang Tuntaskan Skripsi hingga Cari Cuan

16 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.