MOJOK.CO – Seorang perempuan yang menjadi karyawan di sebuah kantor merasa tidak nyaman dan tertekan atas perlakuan tidak adil bosnya.
TANYA
Dear Mojok….
Panggil saja saya Ani. Saya langsung curhat saja ya, Jok. Jadi ceritanya, saya baru bekerja di sebuah perusahaan selama dua tahun. Perusahaan kecil yang sifatnya semua masih di-handle oleh anggota kerajaan eh pemilik maksudnya. Kebetulan dalam satu ruangan yang saya tempati ada tiga orang: saya dan dua karyawan lama yang sudah mengabdi puluhan tahun di sana. Nah, yang membuat saya resah adalah perlakuan bos saya sendiri. Jadi, kalau bos saya punya makanan, mereka pasti diberi. Apalagi baru-baru ini beliau baru saja pulang dari luar negeri. Ya, mereka yang diberi oleh-oleh, sedangkan saya tidak. Padahal, karyawan baru di ruangan berbeda saja dikasih.
Saya sebetulnya tidak terlalu ambil pusing andai saja bos saya memberikan hadiah kepada mereka secara rahasia atau sembunyi-sembunyi. Memang, terkadang beliau tidak memberikan makanannya secara langsung. Beliau hanya memberi tahu kepada mereka bahwa ia menyimpan sesuatu di meja atau kulkas dapur, nanti disuruh mengambil sendiri. Kalaupun saya diberi, secara terang-terangan ia menyampaikan jumlah dan besar kecilnya berbeda. Yang bikin saya nggak paham, kenapa kok semua itu nggak diberitahu lewat WA saja, sih? Kan biar sama-sama enaknya~
Setiap kali bos saya sedang melancarkan isyaratnya itu, saya jadi gondok, mangkel, dan iri hati. Saya merasa, lebih baik saya nggak tahu sama sekali. Kira-kira saya mesti bagaimana, ketika menghadapi situasi seperti itu. Intinya, bos saya hanya royal pada karyawan lama dan itu dilakukan dengan jelas di depan saya.
Salam, dari karyawan yang merasa terkucilkan.
JAWAB
Hai Mbak Ani yang merasa sebagai karyawan yang terkucilkan. Pertama-tama, saya turut bersedih atas hal yang bikin sampeyan tidak nyaman. Meski pengalaman ini sungguh tidak mengenakkan, jangan lupa untuk tetap memberi apresiasi pada diri sendiri yang telah kuat bertahan selama dua tahun atas ketidaknyamanan tersebut.
Betul sekali. Terkadang kita merasa tidak perlu tahu tentang sesuatu jika itu hanya akan menyakiti diri kita sendiri. Kejujuran memang tidak selalu bikin bahagia. Seperti kejujurannya yang bilang bahwa di hatinya ternyata bukan hanya ada kita. Namun, dengan ‘kejujuran’ sikap bos sampeyan, bukankah sakit hati sampeyan jadi terlatih, Mbak? Jadi, sampeyan tidak perlu mengalami jatuh dan terpuruk ketika diam-diam dikhianati—oleh bos sendiri?
Mbak Ani, sampeyan nggak sendiri. Banyak karyawan baru—maupun yang udah nggak baru—di luar sana yang juga terjebak dalam situasi: memiliki bos pilih kasih terhadap karyawannya dan dilakukan jelas-jelas di depan mata, seperti yang sampeyan alami. Jika sampeyan betul-betul risih melihat gimmick-gimmick sang bos yang hanya bikin panas hati itu. Hal pertama yang bisa sampeyan lakukan adalah, mencoba mengingat kembali tujuan utama sampeyan kerja di sana untuk apa? Untuk mencari pengalaman kah? Gajikah? Atau menerima hadiah dan perhatian dari bos?
Jika memang hadiah dan perhatian bos menjadi tujuan utama sampeyan berada di sana. Keadaan ini sungguh sangat menyulitkan. Namun, jika memang bekerja di sana adalah untuk mendapatkan pengalaman atau gaji, maka fokus saja pada tujuan tersebut. Anggap segala hal-hal tidak menyenangkan itu sebagai tantangan.
Selanjutnya, jika ternyata sampeyan betul-betul merasa tidak kuat dengan kondisi tersebut, coba konsultasikan dengan pengawas internal di perusahaan. Misalnya datang dan bercerita ke HRD di sana. Atau kalau tidak ada bagian HRD—karena semua pengawasan berada di tangan bos sang pemilik perusahaan. Ceritalah tentang hal yang tidak nyaman tersebut ke karyawan senior yang sampeyan anggap paling bijak dan memungkinkan untuk mendengarkan cerita Mbak.
Hal kedua yang bisa sampeyan lakukan jika betul-betul tidak ada senior yang dirasa bijak dan dipercaya. Coba cari teman-teman yang kira-kira senasib. Bukankah bos sampeyan bakal terang-terangan jika ingin memberikan sesuatu? Tentu hal ini akan memudahkan Mbak untuk mendaftar, siapa saja yang diberi hadiah sama Pak Bos dan siapa saja yang senasih dengan sampeyan—terkucilkan dan tidak diberi perhatian.
Dekati para karyawan lain yang sama-sama mengalami perlakuan berbeda dari Pak Bos. Ajak mereka berbicara dan bercerita. Harapannya, dengan berbagai cerita dari mereka, sampeyan bisa menemukan sebuah benang merah: kenapa kok Pak Bos bisa-bisanya bersikap demikian, secara terang-terangan lagi!
Jika sumber masalah sudah ketemu, tentu masalah sampeyan sudah mulai dapat dipetakan. Pemetaan ini penting, untuk mengetahui apa solusi dari masalah yang cukup pelik ini. Meski saya tahu, menemukan solusi tersebut adalah tantangan yang sebetulnya nggak mudah-mudah amat.
Tetapi, jika ternyata dari hasil pendataan diam-diam sampeyan tersebut, hanya Mbak yang dikucilkan oleh Pak Bos. Ya sudah, Mbak, lebih baik sampeyan pindah kerja saja. Apa yang perlu dipertahankan dengan tetap bekerja di tempat yang tidak membuat nyaman, bikin dongkol, iri hati, dan tidak memberikan kebahagiaan? Iya, kan?
Nah, kalau Mbak memang masih belum yakin-yakin amat untuk melepas pekerjaan tersebut—apalagi belum tahu nanti bisa kerja di mana. Coba ditelisik dengan saksama lagi shio, zodiak, feng shui, weton, dan golongan darah sampeyan. Jangan-jangan, dari perhitungan tersebut, sampeyan memang nggak cocok kerja di sana. Jadi buat apa memaksa bertahan?