MOJOK.CO – Dari pertarungan dua kubu capres, sepertinya ada misi rahasia dalam Pilpres 2019. Mungkin, Jokowi dan Fadli Zon sebenarnya sedang merencanakan sebuah antologi puisi.
Suasana politik di Indonesia memanas, persis seperti setrikaan yang dicolok terus-terusan atau air yang dididihkan demi merebus telur. Di musim kampanye seperti sekarang, status Facebook dan twit orang-orang di lini masa pun kian menyebalkan. Lah, kenapa menyebalkan?
Soalnya, bagi orang-orang yang tak tertarik politik dan udah keburu males sama pilpres seperti saya, masih ada banyak hal lain yang lebih menyenangkan, seperti lagu debut solonya Jennie BLACKPINK atau rencana comeback TWICE bulan depan.
Meskipun begitu, tetap saja ada hal menarik yang tak bisa saya abaikan. Dari pertarungan dua kubu—kubu Jokowi dan Prabowo—saya melihat ada ‘misi rahasia’ yang sebenarnya sedang diemban oleh petinggi-petinggi kita.
Pertama-tama, mari ingat pernyataan-pernyataan ‘kocak’ Sandiaga Uno selama masa kampanye awal. Di sebuah kesempatan, ia menyebut bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar membuat uang sebesar 100 ribu rupiah hanya bisa digunakan untuk membeli bawang dan cabai. Kata Sandi, hal ini sudah terbukti oleh seorang ibu bernama Lia di Pekanbaru.
Sebagai sesama perempuan bernama Lia—meski saya belum ibu-ibu dan bukan orang Pekanbaru—saya tergoda untuk melakukan hal yang sama: menghabiskan uang 100 ribu rupiah. Hasilnya? Lumayan, lah. Sebagai anak kos, kenyang sudah perut saya. Kuota internet saya penuh. Beli gincu lokal saja dapat sebiji.
Selain soal 100 ribu, Sandi pernah pula menyebut soal tempe setipis kartu ATM dan harga nasi ayam di Jakarta lebih mahal daripada di Singapura.
‘Kelucuan’ Sandiaga Uno lewat kritikan-kritikan di atas menjadi sorotan utama sebagian orang. Kenapa Pak Sandi ‘selucu’ itu dan menyebut ada tempe setipis kartu ATM padahal mendoan di pinggir jalan aja masih sebesar raket pingpong?
Rasa-rasanya, dari semua pernyataan Sandiaga di atas, terlihat benar misi rahasia yang sesungguhnya sedang diemban beliau. Misi-misi ini cukup mulia, yaitu:
1. mengajak masyarakat untuk berbelanja sendiri agar tahu harga sembako,
2. memopulerkan tempe sebagai makanan asli Indonesia, dan
3. membuat pedagang-pedagang nasi ayam di Jakarta menekan harganya agar lebih terjangkau oleh anak kos!
Kedua, Prabowo Subianto juga tampaknya mengemban misi rahasia yang tidak kita ketahui. Dalam beberapa kesempatan, Pak Prabowo mengeluarkan pernyataan yang tak kalah kontroversial.
Tempo hari, ia pernah menyebut orang-orang dengan ‘tampang Boyolali’ bukanlah tampang orang kaya. Diucapkan dalam konteks bercanda, nyatanya banyak yang merasa tersinggung dan menyerang capres nomor 02 ini.
Tak kalah heboh, beberapa hari lalu ia menyebutkan keprihatinannya terkait banyakan anak lulusan SMA yang langsung menjadi driver ojek online (ojol). Para driver dan pengguna ojol pun sontak bereaksi keras karena tak terima Prabowo merendahkan profesi yang satu ini.
Diberitakan pula Prabowo ‘curhat’ soal keadaannya yang tak punya uang hingga meminta sumbangan kepada relawannya dan tak punya televisi untuk mendongkrak suara. Meski ditanggapi ‘lebay’ oleh politikus Hanura, curhat Prabowo sudah telanjur bergaung lebih dulu.
Padahal, kalau kita mau berpikir dengan sudut pandang yang lain dan baik-baik—seperti sindiran Lord Edy Rahmayadi—siapa tahu Prabowo hanya mengucapkan apa yang memang harus ia ucapkan sebagai bagian dari misi rahasianya.
[!!!!!11!!!!!!1!!!]
Dari kontroversi-kontroversi di atas, Prabowo sepertinya sedang mengajarkan pada kita semua untuk tidak judge a book by its cover. Meski dirinya harus di-bully, Prabowo tetap berusaha sabar dan seolah mengajak kita untuk mengingat pesan-pesan yang muncul di film Warkop DKI tempo dulu: Tertawalah, Sebelum Tertawa Itu Dilarang.
Perihal keprihatinannya terkait driver ojol, Prabowo bisa saja memiliki maksud lain. Besar kemungkinan, ia telah memprediksikan kontra yang muncul terhadap pernyataan ini. Dengan demikian, akan ada lebih banyak orang yang bakal lebih menghargai driver ojol karena—oh, ayolah—beberapa orang jelas masih kurang menghargai mereka. Siapa tahu, berkat pernyataan Prabowo, driver ojol akan lebih sering mendapat order-an atau bahkan tip dari mereka-mereka yang ingin ‘melawan’ perkataan Prabowo.
‘Curhat’ Prabowo soal keterbatasan dan dan tidak memiliki televisi pun bisa dipahami. Lewat posisinya sebagai capres, ia seolah ingin berkata: “Siapa saja bisa menjadi sobat miskin, mylov!” sekaligus membesarkan hati kita semua. Hah, kita???!!!
Ketiga, misi rahasia sepertinya benar-benar dilakukan oleh Jokowi dan Fadli Zon. Jokowi, Presiden Indonesia saat ini sekaligus capres pada Pilpres 2019 mendatang, tentu memegang peran penting dalam kehidupan politik. Artinya, segala pernyataannya akan langsung menjadi sorotan semua masyarakat, tak terkecuali oleh Fadli Zon, Wakil Ketua DPR-RI.
Selama masa kampanye berlangsung, Jokowi terhitung telah mengeluarkan beberapa pernyataan tegas dan berbau sindiran pada tokoh-tokoh politik, mulai dari istilah sontoloyo, politik Genderuwo, hingga keinginannya untuk menabok orang yang menyebar isu PKI. Yang terakhir, Jokowi mengomentari keadaan politik yang memanas karena banyak ‘kompor’.
Tanggapan yang muncul beragam; ada yang mendukung Jokowi, ada pula yang balas menyerang. Dalam hal ini, Fadli Zon muncul kelewat kreatif. Sindiran baliknya untuk Jokowi diberikan secara konsisten lewat karya sastra: puisi.
[!!!!!11!!!!!!1!!!]
Hingga saat ini, Fadli Zon tercatat telah membuat 8 puisi saat Pilpres 2014, 4 puisi tahun 2016, 7 puisi tahun 2017, dan 5 puisi tahun 2018. Segala pernyataan pedas Jokowi pun diramunya dalam bentuk puisi, mulai dari Sontoloyo, Ada Genderuwo di Istana, Petruk Jadi Raja, hingga yang terbaru adalah puisi berjudul Mau Saya Tabok, yang berbunyi:
Mau Saya Tabok Rasanya
Mau saya tabok rasanya
ketika kau enteng berdusta
soal dana gempa hingga esemka
Mau saya tabok rasanya
ketika kau seenaknya naikkan harga
menyusahkan jutaan rumah tangga
Mau saya tabok rasanya
ketika kau impor beras dan gula
petani hancur panen derita
Kini kau gadai lagi negara
ekonomi makin liar liberal buta
asing caplok semua bidang usaha
Mau saya tabok rasanya
agar kau lihat realita
bukan fatamorgana
Fadli Zon, Perjalanan Jakarta-Balikpapan, 24 Nopember 2018
Sembari menunggu puisi fadli Zon terbaru bertema Kompor, bisalah kita lagi-lagi mengasumsikan adanya misi rahasia di antara kedua tokoh ini. Siapa tahu, di akhir tahun nanti, Fadli Zon meluncurkan buku antologi puisi. Siapa tahu pula, selama ini Jokowi berperan sebagai pemberi teaser kepada kita semua mengenai tema puisi Fadli Zon berikutnya.
Lagi pula, dalam sebuah kesempatan, Jokowi menyebut bahwa puisi Fadli Zon untuk dirinya adalah sebuah hiburan rakyat.
Wainiiii, tinggal kita tunggu saja antologi puisinya, mylov~