Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Rame List

Terima Kasih Sistem Zonasi Sekolah, 5 Peribahasa Ini Jadi Nggak Relevan Lagi

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
25 Juni 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Merayakan sistem zonasi sekolah dengan peribahasa-peribahasa yang nggak relevan, kenapa nggak?

Sistem zonasi sekolah untuk menentukan tempat pendidikan tingkat lanjut bagi para siswa kini sedang jadi perbincangan. Lewat aturan ini, mereka diharapkan bakal masuk ke sekolah dalam jarak prioritas alias dekat dengan tempat tinggalnya.

Tapi—hellaaawwww—apakah Permendikbud Nomor 51/2018 soal penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2019/2020 ini bisa diterima dengan mulus-mulus saja oleh semua orang??? Tunggu dulu~

Sistem zonasi sekolah ini diam-diam menimbulkan banyak patah hati dalam hal akademis. Soalnya, zonasi sekolah ini nantinya bakal “mengikis” predikat sekolah favorit. Yah, mau sefavorit apa pun sekolah itu, kalau letaknya berjarak tiga jam dari rumah, sih, kayaknya mending di-bhaaaay aja~

Menanggapi fenomena sistem zonasi sekolah yang harus dihadapi dedek-dedek gemes ini, Mojok Institute Cabang Pendidikan pun akhirnya turun tangan. Melihat kegelisahan siswa yang tetap dituntut untuk bersikap profesional sebagai peserta didik, kami akhirnya merilis…

*JENG JENG JENG*

…daftar peribahasa yang tidak lagi relevan dengan sistem zonasi sekolah!!!!!11!!11!!!

1. Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri China

Ungkapan yang satu ini sungguh populer—menggambarkan betapa upaya belajar semestinya terus berlangsung di mana saja, ke mana saja, tanpa dikekang jarak.

Saya ulangi lagi: di mana saja, tanpa terkekang jarak.

Hahaha. Hahaha. Hahaha.

Monmaap, nih, tapi gimana caranya, ya, mau menuntut ilmu tanpa dibatasi jarak kalau untuk daftar sekolah aja udah kepentok sistem zonasi sekolah??? Hmmm???

2. Dunia Tak Selebar Daun Kelor

Daun kelor, di dunia nyata, berukuran kecil. Ia merupakan daun majemuk di mana dalam satu tangkainya terdapat lebih dari satu helai daun. Kalau dibandingkan sama buku tulis Sinar Dunia, ya jelas nggak ada apa-apanya.

Itu sebabnya, peribahasa “Dunia tak selebar daun kelor” ini berarti “dunia itu tidak sempit”. Padahal, duh please, deh, kalau dunia itu nggak sempit, kenapa pilihan sekolah kini malah kain mengecil karena adanya sistem zonasi sekolah, coba???

3. Gajah di Pelupuk Mata Tak Tampak, Semut di Seberang Lautan Tampak

Peribahasa yang satu ini dipakai untuk menjelaskan bahwa kesalahan diri sendiri sering kali tidak disadari, tapi kesalahan orang lain malah lebih enak buat di-juld-in. Pasalnya, peribahasa ini kurang lebih mengisahkan tentang apa yang sesungguhnya ada di hadapan kita sering kali malah tidak diperhatikan, padahal kita segitu keponya akan hal-hal yang jauh dari diri sendiri.

Iklan

Ya, ya, ya, alasan kenapa peribahasa ini tidak relevan dengan zonasi sekolah adalah karena—hellllaaaaw, nggak mungkin, lah, sekarang kita bisa secuek itu sekolah yang ada di dekat kita. Suka atau nggak suka, sekolah-sekolah itulah yang kelak jadi sekolah kita, mylov~

4. Jauh di Mata, Dekat di Hati

Ungkapan yang satu ini mungkin terdengar romantis, khususnya buat para pejuang LDR. Walaupun tidak bertemu secara langsung dengan seseorang atau sesuatu, hati kita bakal tetap merasa dekat.

Tapi—tunggu dulu. Apakah makna peribahasa ini bakal sama saja bagi para siswa di Indonesia? Hmmm?

Nyatanya, makna ini sungguhlah makna yang ra mashoook bagi sistem zonasi sekolah. Ya gimana lagi—sekolah dekat rumah mah nggak mungkin jauh di mata. Jalan kaki aja sampe—atau minimal naik ojek online bayarnya empat ribu.

5. Di Atas Langit Masih Ada Langit

Peribahasa yang satu ini sebenarnya cocok digunakan sebagai pengingat agar hati lebih lapang dan tidak bersombong diri. Versinya banyak, salah satunya: “Di atas langit, masih ada Hotman Paris”. Tapi, pada dasarnya, maknanya sama: Di atas orang kaya/sukses/pintar, ada orang yang lebih kaya/sukses/pintar.

Tapi, yaaah, berkat zonasi sekolah, peribahasa ini jadi nggak sesederhana itu lagi. Maknanya pun bukan sekadar “di atas orang pintar, masih ada orang yang lebih pintar lagi” sekarang. Alih-alih makna tersebut, bagi para siswa “korban” zonasi sekolah, kayaknya lebih cocok kalau peribahasa ini dimaknai dengan…

…”di atas orang pintar, masih ada orang yang rumahnya lebih deket sama sekolah inceran.”

Yaaah, namanya juga hidup, Dik~

Terakhir diperbarui pada 25 Juni 2019 oleh

Tags: jauh di mata dekat di hatiLDRperibahasaPermendikbud Nomor 51sistemsiswa baruzonasi sekolah
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Pejuang LDR Jogja-Jakarta makin nelangsa karena harga tiket kereta api mahal. MOJOK.CO
Ragam

Nelangsa Pejuang LDR Jogja-Jakarta, Tersiksa karena KAI dan “Hengkangnya” Sri Mulyani

11 September 2025
Uneg-uneg dari Guru yang Melihat 'Zonasi Buatan' demi Sekolah Favorit. MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg Guru yang Melihat ‘Zonasi Buatan’ demi Sekolah Favorit

19 Agustus 2023
Curhat Keluarga Pegawai Pajak: Suami, Istri, dan yang Anak Terpisah. MOJOK.CO
Geliat Warga

Curhat Keluarga Pegawai Pajak: Suami, Istri, dan Anak yang Terpisah

22 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.