Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Izin Tidak Masuk Kerja karena Sakit dan Langsung Dipecat? Hellaaaw, Situ Sehat?

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
23 Februari 2019
A A
kerja di jakarta.MOJOK.CO

Ilustrasi - Meski baru sebulan kerja di Jakarta, isu lay off sudah tersebar di kalangan karyawan. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Izin tidak masuk kerja karena sakit yang menggunakan keterangan dokter tanpa melampaui 12 bulan secara terus menerus tak boleh membuat karyawan dipecat. Tuh!

Kemarin malam, saya mendadak pingsan setelah berhari-hari cuek setengah mati pada kesehatan tubuh dan pola makan. Pagi harinya saat bangun, badan saya limbung sekaligus berkeringat dingin. Tak punya pilihan, saya langsung menghubungi orang kantor untuk mengajukan izin tidak masuk kerja karena sakit.

Beruntung, saya boleh bekerja dari rumah hari itu.

Sewaktu saya sedang menarik napas lega dan menarik selimut agar badan saya berhenti menggigil, hape saya terlihat menarik. Saya membukanya dan membaca-baca apa yang saya temui di Twitter, lalu berhenti pada sebuah cuitan yang cukup “menampar”.

Smoga ga ada perusahaan yg memperlakukan karyawan seperti ini. Smoga makin banyak perusahaan yg memanusiakan karyawannya. Insha Allah rezeki bisa dicari dimana aja, gaperlu loyal sama perusahaan. Kita sakit/meninggal juga yg ngurus orang terdekat.Perusahaan tinggal cari pengganti pic.twitter.com/fKIh2aJhlq

— Sekyoo (@Fajartriantoro) February 21, 2019

Saya nggak bisa membayangkan apa jadinya pagi itu kalau saya yang bekerja di perusahaan tersebut.

Dari banyak reply yang hadir di cuitan tadi, ada pula sebuah twit yang menarik perhatian saya (lagi).

Kita sama, Mas. Mas nggak sendirian. Saya juga mengalaminya bulan lalu 🙂
Semoga Mas lekas sembuh dan kelak mendapat pekerjaan baru yang lebih baik lagi. Aamiin. pic.twitter.com/pRLM0eK4qA

— F n c (@cocacocat) February 21, 2019

Iya, biar saya menyederhanakan twit kedua dulu untukmu: seorang mbak-mbak disuruh berhenti bekerja oleh pihak kantor karena ia minta izin tidak bekerja saat sedang nyeri haid. Padahal, saya amati, belakangan ini kesadaran soal cuti saat haid mulai meningkat.

Di Indonesia, cuti haid ditemukan dalam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Disebutkan, perusahaan harus memberikan izin cuti pada pekerja/buruh perempuan yang sedang haid hari pertama dan hari kedua. Atau, dengan kata lain, pekerja perempuan ini tidak berkewajiban untuk bekerja.

Bagi sebagian orang, cuti haid mungkin terdengar absurd. Memang, separah apa, sih, haid itu, sampai-sampai harus dikasih cuti segala???

FYI aja, nih, Bapak, Ibu sekalian, menurut penelitian yang dilakukan oleh American Congress of Obstetricians and Gynecologists, lebih dari separuh jumlah perempuan di dunia mengalami nyeri haid setiap bulannya, khususnya di hari pertama dan kedua. Nyeri ini disebut dismenore, dan pada 20% perempuan, hal ini terjadi cukup parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

[!!!!!1!!!11!!!!]

Saya, sih, nggak mau bahas detailnya dismenore karena ini bukan rubrik Penjaskes. Yang ingin saya tekankan di sini adalah pertanyaan mendasar yang bikin dahi saya berkerut sejak awal: memangnya kita nggak boleh, ya, izin tidak masuk kerja karena sakit??? Ini kantor saya doang yang kelewat baik atau memang seharusnya saya juga dipecat kayak mas-mas dan mbak-mbak di atas, sih???

Iklan

Iya, Pembaca yang Budiman—membaca tangkapan layar di atas membuat saya bertanya-tanya apakah seharusnya saya sudah berhenti jadi redaktur per hari ini gara-gara kemarin saya cuma minta izin lewat WhatsApp dan dibolehin untuk tidak datang ke kantor serta memilih bekerja di atas kasur kosan. Lah mau gimana lagi, untuk pergi ke kamar mandi saja badan nggak kuat, apalagi meluncur ke puskesmas yang jaraknya setengah jam dari kosan???

Melalui keprihatinan kisah tragis di atas, saya menemukan data-data yang lain. Nyatanya, masing-masing perusahaan dapat melakukan pengaturan yang bersifat operasional, tapi tidak boleh menetapkan sendiri ketentuan terkait cuti dan izin tidak masuk kerja karena sakit apabila bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.

Lantas, sejauh mana izin tidak masuk kerja karena sakit dapat diterima?

Saya pernah membaca, hal ini sebenarnya tergantung pada kesepakatan perusahaan. Di tempat kerja saya saat ini, misalnya, kami menyadari sakit bukanlah hal yang diinginkan atau direncanakan. Jadi, ketika hari pertama badan tiba-tiba jatuh lemas dan gemetar, kami bisa mendapatkan izin untuk menyelesaikan pekerjaan dari rumah asal komunikasi tanggungan kerja tetap dilakukan.

Lebih ketat lagi, keadaan “sakit” yang semestinya membuat karyawan dapat menggunakan izin adalah sesuai dengan penjelasan pasal 93 ayat (2) huruf b Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu sakit menurut keterangan dokter. Selanjutnya, tergantung perusahaan: apakah surat ini harus disertakan sejak hari pertama izin atau diberi tenggang waktu hingga tiga atau sekian hari.

Terus, apa kabar dengan bosnya mas-mas yang dipecat tadi???

Entahlah, tapi rasa-rasanya, beliau lupa pada Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 153 Ayat 1. Menurut ayat ini, sakit yang menggunakan keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara terus menerus tak boleh membuat karyawan dipecat dari pekerjaannya. Dengan kata lain, silakan-silakan aja kita (hah. kita???) sakit, tapi jangan lebih lama dari satu tahun, atau perusahaan bakal memecat kita. Gitu, loh, Gaes-gaesku.

Selesai mengumpulkan informasi-informasi ini kemarin, saya yang sempat terduduk shock di tengah gubetan selimut, sedikit merasa lega. Sungguh, kantor saya baik sekali. Saya harap, kantor-kantor lain bisa memperlakukan karyawannya dengan lebih manusiawi.

Bukan apa-apa, sih, tapi kekhawatiran saya soal “memaksakan diri masuk kantor selagi sakit” ada alasannya. Saya takut merepotkan orang lain karena saya memang aneh kalau lagi sakit, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Saat kedinginan sampai menggigil, saya biasanya akan meracau tak jelas. Saat sakit perut, saya bakal jongkok-jongkok sendiri di ujung ruangan. Paling parah, kalau kepala saya berat luar biasa, saya bisa pingsan tiba-tiba.

Saya jadi ingat, dulu sekali, waktu SMA, saya pernah pingsan di tengah pelajaran Sosiologi. Sayup-sayup, saya bisa mendengar suara heboh teman-teman cowok yang langsung tanggap mengambil tandu dan membopong saya ke UKS, sebelum saya benar-benar tak ingat apa yang terjadi.

Lantas, apakah saya cuma takut merepotkan orang lain kalau sampai pingsan di kantor kelak? O, tunggu dulu, cerita saya belum selesai.

Sehari setelah saya pingsan di sekolah, saya langsung merasa sehat. Maka, keesokan paginya, saya berangkat sekolah dengan ceria, dengan tekad mengucapkan terima kasih pada cowok-cowok di kelas.

Tapi sayang, baru saja sampai pintu kelas, salah seorang dari mereka—sebut saja namanya Lampu Taman—langsung terkejut melihat saya dan berseru, “Kamu kok udah masuk? Emang udah sehat?”

Saya sempat GR, mengira dia perhatian pada saya, sebelum akhirnya dia berkata, “Kalau belum sembuh mending jangan masuk dulu. Kalau pingsan lagi, haduuuuh, kamu tu berat, Li. Anak-anak aja pada ngomel, tuh, kemarin!”

Teman-teman cowok saya sontak menyahuti, “Iya, Li, jangan pingsan lagi, lah. Berat!”

Kurang ajar, batin saya sambil cengengesan. Hehe.

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2019 oleh

Tags: dismenoreizin tidak masuk kerja karena sakitketenagakerjaannyeri haidpingsanundang-undang nomor 13 tahun 2003
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Penjaskes

Keseringan Minum Obat Nyeri Haid, Bahaya Nggak sih?

7 April 2019
Penjaskes

Kenapa Masa PMS Terasa Sakit dan Menyebalkan?

12 Februari 2019
Atasi Nyeri Haid dengan 5 Langkah Mudah Ini
Pojokan

Atasi Nyeri Haid dengan 5 Langkah Mudah Ini

5 Oktober 2018
myotonic goat
Hewani

Kambing Pingsan, Sebab Kambing Juga Berhak untuk Semaput

5 Juli 2017
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.