MOJOK.CO – Mewakili netizen yang butuh kewarasan, please Mas Anji dan para influencer jangan gaduh lagi ya. Soalnya kami selalu gatal pengin komen kalau lihat kebodohan.
Belakangan jadi malas buka Twitter dan Instagram, apalagi Facebook. Lagi-lagi nontonin keributan. Jauh sebelum ruang publik Jurgen Habermas bermodelkan web 4.0 begini, saya menikmati banget bagaimana rasanya ngerubungin orang jualan obat di pasar malam dan mengklaim obatnya terbuat dari bisa ular, bisa menyembuhkan penyakit apa saja. Si penjual koar-koranya pakai TOA, sungguh catchy dan menggelitik terlepas dari saya yang tetap nggak beli dan nggak percaya.
Mas Anji dan influencer itu ibarat si penjual obat. Pakai TOA semua, walau ada yang suaranya lebih nyaring (karena followersnya lebih banyak) dan ada yang suaranya mentok sampai radius 5 meter.
Kalau ruang virtual dan media sosial adalah pasar malamnya, maka sekarang sudah penuh sesak, berjubel dan gaduh. Saya jadi ingat kalau Pak Marshall McLuhan pernah bikin teori tentang Global Village saat scholars lagi kaget-kagetnya sama fenomena internet. Ternyata sampai sekarang masih relate. Izinkan saya menukil teori ini dan bilang kalau iklim media sosial di Indonesia adalah Global Pasar Malam.
Dear Mas Anji, Anda mungkin sekarang sibuk banget meng-cover segala tuduhan miring netizen, rasanya pengin menampik anggapan kalau Anda misleading bin sesat kan? Penginnya turut bersuara soal covid-19 walau Anda adalah musisi yang kariernya lumayan bercuan kan? Iya, adalah hak segala bangsa untuk bersuara. Tapi saya yakin hak segala bangsa untuk menutup telinga saking gaduhnya. Makanya saya minta tolong, rehatlah sejenak. Kami pusing nih.
Jujur aja, walau followers Twitter saya cuma seperseribu tujuh ratusnya followers Mas Anji dan influencer top lain, saya nggak berani bikin statemen aneh-aneh terkait kondisi terkini. Mendingan saya shitposting yang walau nggak berguna tapi harmless. Nggak bikin satu per satu followers saya itu ilfeel. Saya nggak mau menghancurkan nama saya yang sebelumnya memang nggak baik-baik amat. Saya memilih behave.
Sikap ini sudah terbentuk semenjak menjelajahi Global Pasar Malam bahwa sepintar-pintarnya saya pasti ada netizen yang lebih ngotak dan jenius, sebodoh-bodohnya saya juga ada netizen yang lebih ngawuran kayak Ferdian Palekka dan Sarah Keihl. Saya sadar betul kalau saya nggak pengin cari ribut di Pasar Malam. Kalau pun saya harus bersuara, saya bakal memastikan apakah khalayak butuh, bukan karena saya pengin bersuara aja sih. Harusnya semua influencer begini.
Saya mengenal Mas Anji gara-gara mantan saya ngeshare lagu Drive yang judulnya “Melepasmu” dengan kata lain, mantan saya lagi selingkuh waktu itu tapi saya nggak sadar. Tapi saya nggak pernah langsung cancel Mas Anji walau kesel juga dengan awal kemunculan Mas Anji di YouTube dengan bendera “Keep Smile” alias jangan memaksa saya tersenyum waktu saya pengin baku hantam, yah, Mas!
Sampai Mas Anji komen soal foto jenazah covid-19 itu, okelah, geram-geram santuy sedikit. Nah kalau sekarang Mas Anji ngobrolin obat covid-19 sampai kayaknya mau gabung kubu Jerinx, ngapunten, nyerah saya. Netizen medioker lain pun merasakan hal yang sama.
Kami nggak bisa menahan hasrat untuk nonton keributan, layaknya orang-orang yang mengerumuni penjual obat di pasar malam. Awalnya hanya penasaran, lama-lama geregetan dan ikutan komentar. Rubah ekor sembilan bisa mendadak muncul walau kami bukan Naruto. Mbok udah sih, Mas. Influencer misleading lain juga tolonglah, nggak usah bikin sensasi di tengah pandemi. Sesepi-sepinya job kalian, masih lebih sepi hatinya Jokowi.
Semua orang memang lagi bosan, banyak yang butuh piknik tapi tempat wisata belum dibuka. Banyak yang pengin jalan-jalan tapi sadar diri soal covid-19. Cara memecah kebosanan nggak harus dengan keributan, apalagi ributnya soal cobid-19. Tambah mendidih ini otak.
Lagian, Mas Anji dan influencer misleading kesayangan umat apa nggak sayang sama nama baik kalian sendiri? Followers Anda-anda semua memang bakal nambah, engagement makin indah, tapi di kemudian hari kami bakal mengingat nama kalian sebagai orang yang… ya begitulah. Kayaknya Ahmad Dhani aja udah cukup. Sekeren apa pun lagu “Roman Picisan” penciptanya bakal dikenang sebagai orang yang ngebet politik.
Terakhir, meme buat Mas Anji dan influencer misleading lain yang koar-koar.
IYA KAA PENGEN TAK HIIIH pic.twitter.com/GD9WK12xXN
— Evelynnnn (@vevelynnnn) July 28, 2020
BACA JUGA Kasus Anji Merupakan Potret Keberhasilan Program Ekonomi Kreatif Era Jokowi atau artikel lainnya di POJOKAN.