MOJOK.CO – Antara pengin nabok atau pengin peluk. Berkat drakor Netflix, semakin banyak orang kena racun drakor dan rela nontonin maraton. Kami haus, Oppa!
Sebelum tahun 2020 dimulai, saya punya stigma ngawur pada penggemar drakor dan pencandu oppa-oppa. Seringnya mereka punya kegilaan yang menggebu dan bucin banget sama hal-hal yang berbau kekoreaan. Parahnya lagi, banyak yang nontonin drama sampai sesenggukan, emosi berlebihan, dan berujung ngepoin akun-akun Instagram si aktor atau aktrisnya untuk memenuhi hajat penasaran.
Jangan lupa, Han Sohee yang berperan sebagai pelakor juga pernah kena labrak netizen yang kebanyakan energi itu. N666eri. Saya sempat mual-mual kalau melihat kolom komentar aktor Korea dipenuhi dengan netizen Indonesia halu. Hadeeeh. Berharap apa sih, Mbak, Mas?
Tapi saya kayaknya kena karma gara-gara keseringan ngejek. Meski sampai sekarang saya masih nggak suka sama konsep fans diehard, saya sudah menyukai tontonan mereka.
Awalnya saya menolak nonton drakor sekalipun itu telah tersedia di Netflix (dukung streaming legal!). Bukannya saya anti drakor, saya pernah kok nonton Reply 1988 sebelum akhirnya jadi terkenal lagi seperti sekarang. Itu drama keluarga terbaik, tauk! Saya cuma takut bakal ketagihan dan nggak bisa berhenti nonton, lalu mengubah avatar Twitter saya jadi fotonya Lee Minho.
Apalah daya akhirnya terjadi juga. Hari-hari di mana saya kembali mantengi oppa-oppa dan deretan eonni cakep di layar Netflix. Bermula dari iseng nonton serial Kingdom yang kata teman-teman, walau isinya orang Korea tapi vibes-nya saya banget. Ya elah, emangnya saya mayat hidup? Serial itu bagus, adrenalinnya juga lumayan deras mengalir saat nontonin zombi-zombi brutal. Cakep lah, rating 8/10.
Setelahnya saya terlalu penasaran sama drama Crash Landing on You cuma perkara meme kocak yang beredar di media sosial. Ternyata lucu juga ya walaupun jelas, Korea Utara nggak sebegitunya seperti yang ditampilkan di drama.
Drakor Netflix berikutnya yang berhasil menarik perhatian adalah The King. Walau saya kecewa dengan plotnya yang ternyata agak ngehek di akhir episode, visualnya Lee Minho dan Wo Dohwan emang nggak ada obat. Saya pernah sekali waktu cerita ke teman yang merupakan dedengkotnya fans drama Korea, dia hampir kaget karena akhirnya saya kelihatan feminin juga dengan nontonin drama Korea. Bisa ngefans oppa-oppa dan follow media sosial mereka.
Ternyata racun drakor Netflix nggak cuma menjangkit saya yang tadinya cuma suka serial berantem kayak The Punisher dan Daredevil. Teman cowok saya tiba-tiba ngetwit dan minta rekomendasi drakor saat itu juga. Bahkan kawan yang tadinya nggak betah nontonin serial karena males nungguin episodenya pun kini terjun, terjerembab dalam jurang penuh oppa-oppa yang bilang saranghaeyo sambil pamer tatapan lembut.
Malah ada lagi seorang teman yang merupakan aktivis tawuran semasa SMA, tiba-tiba merekomendasikan Itaewon Class yang katanya soal perjuangan mencapai kesuksesan. Sungguh saya pengin menggugat Netflix kalau begini, makin menyeluruh aja racun drakornya. Teman saya itu sekarang jadi suka dengerin lagunya Chanyeol tuh!
Netflix kayaknya sengaja banget bikin gelombang Hallyu jilid dua. Untuk memenuhi hasrat gemas fans drakor dan seluruh bucinnya, muncul The Swoon Netflix, sebuah dedikasi untuk bagi-bagi dopamin buat siapa aja yang mau. The Swoon kerap menghadirkan aktor dan aktris drama untuk bermain dalam segmen games sambil dihujani pertanyaan random. The Swoon juga menghadirkan rekomendasi drama Korea sekaligus cuplikannya yang bikin iman semakin goyah. Fans-fans medioker macam saya jelas terbantu.
Dear Netflix yang sengaja menempatkan dakor di daftar rekomendasi tontonan saya. Tolong, jaebal, lanjutkaaan!
((Ditulis sembari tidak sabar menunggu kelanjutan It’s Okat to Not be Okay.))
BACA JUGA 10 Rekomendasi Film Netflix buat Pelengkap Rebahan Akhir Pekan atau artikel lainnya di POJOKAN.