MOJOK.CO – Makin hari mulai banyak yang menyerah untuk percaya bahwa kita berada di tengah kondisi pandemi. Percaya konspirasi covid-19 lebih gampang sih.
Menyimak bagaimana Anji dan kawan-kawan selebritis membahas covid-19, otak saya langsung ajojing. Sekelebat saya berpikir kalau jangan-jangan covid-19 emang nggak ada wah… konspirasi covid-19 memang punya cara kerja yang bagus buat membius.
Untungnya saya kadang mahal, nggak mudah terbeli. Saya jadi teringat cerita Aruna dan Lidahnya yang pergi inspeksi buat mencari bukti-bukti virus flu burung lalu berakhir pada kesimpulan bahwa pengadaan alat kesehatan dan fasilitas lainnya adalah sebuah akal-akalan busuk buat korupsi. Aruna berakhir jadian sama Faris dan memecahkan kasus kejahatan skala nasional, selamat ya, Run.
Mungkinkah orang-orang jadi mikir konspirasi covid-19 ini juga ada kaitannya dengan kasus korupsi Mbak Pria yang selingkuh sama Faris? Oh, coba keliling Singkawang dulu sembari cari tahu.
Sebenarnya argumen Mas Anji yang bilang foto jenazah covid-19 karya Joshua Irwandi itu bisa jadi akal-akalan buzzer sudah disikat sama Mbak Nyimas Laula yang lebih berpengalaman soal perfotografian.
Buat ngimbangin narasi cocoklogi murahan berdasarkan katanya katanya, tapi udah berani bikin asumsi gak berdasar fakta, gw mau share perspektif dari fotografer/jurnalis, GIMANA sebenernya proses liputan wabah COVID-19. pic.twitter.com/yN8iYMSQkY
— Nyimas Laula (@NyimasLaula) July 19, 2020
Setelah keributan di media sosial ini terjadi, Anji akhirnya bikin penjelasan yang menurut saya lumayan baik. Walau unggahan dia sebelumnya nggak bisa dibenarkan, setidaknya kita jadi tahu Anji bukan antek penyebar konspirasi covid-19, masih mengikuti protokol kesehatan, dan pokoknya yang salah media yang menyebar ketakutan. Ow… Meski keributannya jadi agak kentang, tapi ya sudahlah.
Yang jadi masalah, netizen yang berkumpul di lapak keributan ini pada sok tahu dan bikin kubu masing-masing. Antara yang percaya konspirasi wahyudi di balik covid-19 sama yang memandang realita dengan begitu adanya. Netizen yang percaya konspirasi covid-19 justru terlihat lebih vokal dan ngeyel, banyak yang nantangin dan mengacak-acak logika netizen lainnya.
Beberapa orang yang tadinya bodo amat jadi pengin komentar, orang-orang yang nggak ngerti realitas penyebaran virusnya juga jadi percaya konspirasi wahyudi. Lha iya, teori kayak gini memang lebih mudah dicerna ketimbang menghadapi hidup yang terasa penuh beban.
Begini ya, kalau ada yang mulai mempertanyakan,
“Ah, covid-19 ini aslinya nggak ada, kok bisa ya orang sekitarku nggak ada yang kena? Aku nggak kenal siapa pun yang positif dan meninggal karena covid.”
Keraguan di atas masih berdasar asumsi belaka. Untuk itu kamu harus cari jawabannya dan jangan cuma tanya ke circle-mu aja yang mungkin semuanya sehat dan punya sistem imun bagus. Penduduk Indonesia itu lebih dari 260 juta jiwa, ya kali semua yang positif harus kamu kenal, Nder…
Keraguan ini sebenarnya wajar dan saya sendiri juga pernah mengalami. Kawan-kawan setongkrongan nggak ada yang positif, orang tua mereka juga sehat, saudara juga. Tapi begitu saya tanya ibu saya, beberapa kawannya ada yang positif bahkan wafat karena covid-19. Ibu saya sudah berada pada level deg-degan pol. Lagian masa harus nunggu kenal orang yang positif baru percaya. Sama aja mendoakan pandemi ini makin nyebar.
Coba diperluas ekspansi tanya-tanyanya. Jangan cuma ke teman yang itu-itu aja, maka kamu bakal tahu kayak apa kondisi orang-orang di luar lingkar pertemananmu. Sekalian tanyakan gimana kondisi nakes di tengah pandemi. Mendengar teori konspirasi covid-19 mereka bakal sakit hati banget, pasti.
Apa harus kenal sama yg meninggal krn Covid?
Coach lari.
Teman kuliah ibuku.
Adik teman kuliahku.
Ibu dari staff marketing sekolah anak2.
Udah 4 aja gitu kenalan kerabat yg berpulang.Belum ring terdekat pun cukup utk bikin kami waspada, ambil langkah preventif.
Jaga bacot!
— Ligwina Hananto (@mrshananto) July 19, 2020
Kalau media dibilang menyebar ketakutan, lucu juga karena realitanya masih banyak yang percaya konspirasi covid-19. Kebayang nggak kalau media mulai absen membahas pandemi corona, wah makin banyak yang bodo amat sama protokol kesehatan. Nanti asalannya berubah jadi gini, “Lah, di TV nggak pernah ada yang ngebahas, media online juga nggak ngangkat kok.”
Ngeles aja terooos.
Kenapa nggak manut perkataan Pak Jurgen Klopp aja sih?! Beliau kalau diwawancarai soal pandemi corona aja nggak mau jawab sembarangan, soalnya memang bukan kapasitas dia. Maka paling bijak emang kita yang nggak ngerti apa-apa ini mendengar bagaimana orang yang bekapasitas berbicara. Protokol kesehatan juga apa susahnya ditaati. Sering cuci tangan, pakai masker, mulai pola hidup sehat, melakukan kegiatan ini walau tanpa pandemi aja nggak merugikan. Lha kok sebagian dari kalian malah memilih jalan nyeleneh buat percaya teori konspirasi covid-19. Hadeeeh…
BACA JUGA Waktu yang Tepat buat Mempertanyakan, Kenapa Jokowi Pilih Terawan sebagai Menkes? atau artikel lainnya di POJOKAN.