Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

WhatsApp Sekarang Jadi Medsos yang Bikin Capek Lahir Batin

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
16 Mei 2020
A A
whatsapp bikin capek buka whatsapp menyeramkan notifikasi bejibun grup whatsapp alumni kampus ingin menghilang dari peradaban aplikasi paling menyebalkan mojok.co

whatsapp bikin capek buka whatsapp menyeramkan notifikasi bejibun grup whatsapp alumni kampus ingin menghilang dari peradaban aplikasi paling menyebalkan mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tiada aplikasi perpesanan dan media sosial lain yang melelahkan begini. WhatsApp bikin capek lahir dan batin. Membayangkan membuka pesan baru saja seram.

Di pertengahan pandemi, seorang kawan saya tiba-tiba ngajak bicara ngelantur. “Eh, aku pengin menghilang deh selama sebulan.” Tentu saya kaget sampai menebak raut wajahnya yang ternyata serius. Katanya dia benar-benar bosan dengan dunia medsos 4.0 dan ingin hidup di desa, tanpa diketahui siapa pun.

Saya pikir ini akan mustahil jika kita bawa smartphone karena kemana pun kalian pergi, masih bisa dilacak pakai GPS. Saya juga nggak membayangkan sepulang dia dari acara ‘menghilang’ betapa rimbun notifikasi ponselnya. Sebulan sebelum mengutarakan ingin menghilang, si kawan saya memang tipe orang ilangan yang susah dihubungi. Dia bilang sendiri kalau dia muak buka WhatsApp. WhatsApp bikin capek, katanya.

Tentu acara pengin menghilang dan hidup di desa itu adalah titik kulminasi dari stresnya pekerjaan dan kehidupannya yang terintegrasi dengan ruang virtual.

Mendengar itu saya tidak bisa mengelak pernyataan bahwa betapa stresnya membuka aplikasi WhatsApp belakangan. Notifikasinya selalu banyak, grupnya juga banyak, belum lagi ajakan telepon dan video call yang nggak pernah berakhir. Saya juga merasa capek perlahan-lahan.

Beberapa hari yang lalu ponsel saya mengalami problem yang sampai sekarang nggak bisa teratasi: notification bar tidak muncul. Kabarnya, satu-satunya jalan adalah dengan factory reset yang tentu saja sama dengan meribetkan diri sendiri. Awalnya saya terganggu dengan ini. Saya jadi nggak rajin buka email dan jadi nggak tahu kalau ada yang kirim pesan ke WhatsApp.

Lama-lama saya nyaman sendiri karena WhatsApp yang bikin capek itu, sekarang nggak berisik lagi. Saya hanya membukanya sesekali saat standby kerjaan dan ada janjian. Hidup terasa agak lite walau hanya sepersekian persen saja.

Sebelumnya, saya pernah ditegur sama kolega di WhatsApp grup hanya karena saya nggak pernah muncul. Padahal grup yang isinya lintas usia itu dikuasai sama boomer-boomer yang kalau saya maksa nimbrung justru bakal kikuk. Nggak tanggung-tanggung saya juga dikatain anak muda nggak proaktif, apatis, dan generasi penerus yang kurang tanggap. Cuma karena nggak pernah muncul di grup, Lur, fakta! Gimana nggak bikin capek lahir batin?!

Begini ya, bukannya saya antisosial dan nggak mau akrab sama orang-orang. Saya senang kok kalau ada kawan tanya kabar meski hanya via WhatsApp. Tapi bayangkan kalau yang nanya sampai seribu orang, kan PR juga balasnya. Kalau ada yang nggak dibalas nanti ngambek dan memutuskan tali pertemanan. Hilih, padahal definisi pertemanan nggak sesederhana ngobrol via WhatsApp tanpa konteks begitu sih.

Belum lagi kalau tiba-tiba ada yang telepon, tiba-tiba video call tanpa janjian sebelumnya. Woy, saya lagi ngabuburit sambil baca thread di Twitter tentang berita ‘Jokowi Kaget‘, mau ngangkat juga nanggung banget nih lagi on fire. Jelas akhirnya saya reject dengan rasa bersalah.

Nggak kebayang kalau ada yang lagi yang-yangan diteror video call sama kawan-kawannya. Duh, kepret aja Mz temennya. Aturan mah ngabarin dulu mau telepon, mau video call, mau ngobrol. Boleh apa nggak sama enaknya jam berapa. Gitu lho, Kisanak.

Tapi sungguh sulit meninggalkan aplikasi WhatsApp walau bikin capek nggak karuan. Jujur saja, saya kadang dapat duit ya dari WhatsApp. Nagih duit utangan juga lewat WhatsApp. Jadi meski sebenci dan secapek apa pun, saya selalu kalah.

Satu-satunya kekuatan yang tersisa adalah dengan mematikan jaringan untuk aplikasi WhatsApp saja lalu tetap scroll Twitter dan bukain Instagram Story teman yang nggak penting-penting amat. Biar nggak bikin capek.

Mungkin suatu saat kalau keadaan sudah lebih baik, kalau kerjaan saya nggak melulu haru via WhatsApo, saya bakal puasa medsos. Hidup dengan nontonin film, baca buku, dan masak. Betapa sederhananya sebuah ketenangan.

Iklan

BACA JUGA Sebutan Jamet Kuproy, Jawir, Pembantu Jawa, dan Labelling Kurang Ajar Lainnya atau artikel AJENG RIZKA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2020 oleh

Tags: grup whatsappmedia sosialwhatsapp
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial MOJOK.CO
Kilas

Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial

9 September 2023
Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. MOJOK.CO
Kilas

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads

7 Juli 2023
Bahayanya Jika Menggunakan WhatsApp Pihak Ketiga. MOJOK.CO
Tekno

Bahayanya Jika Menggunakan WhatsApp Pihak Ketiga

13 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.