MOJOK.CO – Harga Es Krim Viennetta tak semahal yang kita duga, mari kita membalas dendam. Rakyat mantan miskin bersatu, tak bisa dikalahkan.
Salah satu cara terbaik menurut saya untuk merayakan kemapanan finansial setelah bertahun-tahun hidup dalam kemiskinan adalah dengan membeli barang-barang yang dulu tidak pernah mampu untuk kita beli. Bagi saya, kemiskinan itu layaknya dendam, ia harus dibalaskan.
Sejauh ini, saya memang belum layak jika disebut sebagai orang yang mapan finansial, tapi setidaknya, honor saya sebagai penulis sudah lebih cukup untuk sekadar membalaskan dendam-dendam kecil masa lalu saya.
Ada banyak dendam yang, puji Tuhan, sudah berhasil saya tuntaskan.
Celana dalam, misalnya. Dulu sewaktu kecil, celana dalam yang biasa saya pakai adalah celana dalam murahan yang harganya dua ribu lima ratusan (ceban dapat empat).
Namanya juga celana dalam murahan, maka jangan heran kalau kualitasnya juga murahan. Desainnya tidak aerodinamis, panas, tidak elastis, dan bahan kainnya pun tipis ngaudubillah setan. Saking tipisnya, kulit pantat saya sampai bisa ketahuan warnanya kalau diterawang. Kalau ketetesan air setetas saja, maka basahnya akan langsung melebar dalam radius yang lumayan luas. Bedebah.
Kelak, setelah saya sudah mulai punya pundi-pundi penghasikan yang lumayan, saya mulai hobi memborong celana dalam yang agak mahal. Tiap kali ke Indomaret, saya seringkali mengangkut sekotak celana dalam GT-Man yang bentuknya estetique dan warnanya sangat skandinavian style itu.
Bagi saya, inilah saatnya untuk memanjakan “si kecil” dengan sarang yang adem, anti selip, dan aerodinamis.
Pada kali yang lain, saya membalaskan dendam saya pada roti tawar.
Dulu sewaktu kecil, saya sangat-sangat ingin bisa makan roti tawar. Tapi ternyata itu hanya bisa menjadi harapan belaka, sebab ekonomi keluarga saya tak memungkinkan saya untuk bisa membeli roti tawar yang harganya tidak masuk akal itu. Setidaknya bagi akal keluarga saya.
Maka, sekarang saya pun juga hobi membeli roti tawar lengkap dengan mentega dan meses coklatnya.
Saya juga mulai bisa menuntaskan dendam-dendam lain kepada pasta gigi Close-Up, susu L-Men, Yakult, dan aneka produk dendam-able lainnya.
Nah, dendam lain yang tampaknya bakal segera saya balas dalam waktu dekat ini tentu saja adalah es krim Viennetta, es krim lawas yang pada awal April lalu secara resmi dirilis kembali secara terbatas oleh Wall’s.
Balas dendam terhadap Viennetta bukanlah balas dendam yang biasa. Dari sederet merek es krim yang beredar di pasaran, ia adalah salah satu jenis yang punya kasta tertinggi. Dulu, kalau orangtuamu bukan dokter, juragan tanah, kepala sekolah, atau makelar kelas jempolan, maka jangan harap kamu bisa menikmati es krim ini.
Bagi saya dulu, es krim saja sudah merupakan barang mahal, apalagi es krim dengan embel-embel Viennetta.
Dan tampaknya, khusus untuk es krim ini, bukan saya saja yang ingin membalas dendam. Ada banyak orang lain yang punya dendam serupa.
Bayangkan, demi bisa menikmati Viennetta, orang-orang yang, mungkin sekarang sudah tajir, sampai bikin petisi online kepada Wall’s agar mereka kembali memproduksi es krim yang iklannya dulu sangat provokatif dan sampai bikin banyak anak-anak menjilati layar televisi ini.
Di Change.org, petisi bertajuk “Kembalikan Es Krim Wall’s Vienetta ditandatangai oleh lebih dari 70 ribu orang.
Besarnya animo dan semangat balas dendam itulah yang kemudian menggedor-gedor pintu perasaan para petinggi Wall’s sampai akhirnya mereka bersedia menuruti keinginan orang-orang pendendam itu.
Sangat beralasan jika banyak orang yang dendam dengan es krim eksklusif ini. Maklum, di masa jayanya, ketika es krim stik biasa harganya sekitar 1.000 – 2.000 rupiah, es krim Viennetta dengan sangat congkak pasang harga 30 ribu rupiah. Kurang keparat gimana, coba?
Nah, jika dihitung dengan parameter harga es krim stik sekarang yang umumnya 5 ribu rupiah, maka kemungkinan harga es krim Viennetta saat ini adalah sekitar 150 ribu.
Tapi puji Tuhan lagi, Wall’s tampaknya paham betul bahwa membantu membalaskan dendam seseorang adalah hal yang kadang diperlukan. Mangkanya mereka sekarang tidak mematok harga yang kelewat tinggi.
Harga Es Krim Wall’s Viennetta saat ini tercatat berada di kisaran angka 50 ribu rupiah. Harga yang tentu saja sangat-sangat terjangkau bagi banyak kaum berduit.
Sebagai salah satu orang yang juga menyimpan dendam, saya sudah meniatkan diri untuk segera membeli es krim keparat ini.
Sebagai seorang penulis berhonor lumayan, uang 50 ribu bukanlah angka yang besar (Uhuk!) Saya bahkan berencana mau beli 2 atau 3 atau 4 sekaligus. Biar semakin mantap balas dendamnya.
Beberapa tahun lalu, saya sudah membalaskan dendam saya pada es krim contong Cornetto, sekarang saatnya membalas dendam pada saudaranya yang bernama Viennetta yang sudah beredar lagi sejak tanggal 1 April lalu.
Tapi bedebah, ternyata sampai sekarang, stok Viennetta ini masih sangat jarang dan terbatas. Saya sudah mencari ke beberapa Indomaret dan Alfamart, dan belum dapat juga. Dendam saya masih belum terbalaskan.
Ini memang jahat, kalau sampai dalam bulan ini saya belum juga mendapatkan Viennetta, maka bukan tak mungkin saya bakal menyumpahi agar Wall’s jatuh pailit dan kemudian terpaksa banting setir menjadi pabrik pembuatan genteng dan batu-bata. Bodo amat.
Saya paham, balas dendam, sesederhana apa pun itu, memang selalu butuh proses. Tapi mbok ya jangan lama-lama.