Sebagai tempat hiburan menengah ke atas, bioskop kerap menjadi gambaran paling sederhana untuk menunjukkan sebuah panggung kemewahan. Di sana, kita bisa temukan lelaki dan perempuan dengan penampilan-penampilan terbaik mereka. Dengan minyak wangi yang paling harum, dengan sisiran rambut yang paling klimis, dengan model baju yang paling spekulatif, dan kadang dengan hotpants yang paling kimcil.
Sebagai sebuah penanda peradaban, bioskop menjadi tempat di mana banyak hal bisa ditemukan. Salah satu yang paling mudah ditemukan tentu saja adalah kegoblokan.
Ini serius. Di bioskop, orang goblok bisa dengan mudah ditemukan. Hal ini mungkin karena memang kemewahan dan tak berbanding lurus dengan kecerdasan. Keduanya berjalan pada lintasan yang berbeda, lintasan yang kerap tak pernah punya pertautan.
Menurut hitungan saya, setidaknya ada lima jenis orang goblok di bioskop.
Mari kita ulas satu per satu.
Orang goblok jenis pertama bisa ditemukan di dalam antrean pembelian tiket di depan loket.
Mereka adalah orang-orang yang tidak mempersiapkan uang tunai di tangan saat antrean tiba. Sudah tahu antrean panjang, banyak yang menunggu di belakang, eh mereka malah menyibukkan diri dengan mengambil uang di dompet saat sudah berada di depan petugas tiket. Lebih parah lagi kalau ternyata dompet itu disimpan di dalam tas sehingga butuh waktu yang lebih lama.
Tidak bisakah mereka menyiapkan uang di tangan (sukur-sukur uang pas) saat masih mengantri dan kemudian tinggal membayarkannya langsung begitu sudah di depan loket? Bukankah harga tiket sudah jelas-jelas tertera di layar?
Oh iya, lupa, mereka kan orang goblok.
Orang goblok jenis kedua tak beda jauh dengan jenia pertama. Bedanya, jika jenis pertama terlalu banyak memakan waktu karena sibuk mengambil duit dari dompet, maka golongan kedua ini terlalu banyak memakan waktu karena begitu sampai di depan loket, mereka malah bimbang dan bingung mau nonton film apa.
Lebih bajingan lagi kalau ternyata di depan loket malah berdebat dengan pacar atau kawan nontonnya soal film apa yang mau ditonton.
“Nonton Yo Wis Ben aja beb, film bagus, penuh muatan lokal, gimana?”
“Ah, enggak, mau nonton Love for Sale aja, pengin liat pantatnya Gading Marten nih…”
“Pokoknya Yo Wis Ben.”
“Nggak mau, aku maunya Love for Sale, titik!”
Hashhh, kntl.
Orang goblok jenis ketiga keberadaannya sudah tidak lagi di depan loket, tapi sudah di dalam teater.
Orang goblok jenis ini adalah mereka yang mengajak serta anaknya yang masih kecil untuk menonton film yang ratingnya seharusnya untuk penonton usia dewasa.
Orang goblok jenis ini sungguh sangat menyebalkan. Dan sialnya, saya berkali-kali bertemu dengan mereka.
Kemarin misalnya, saat nonton sebuah film dengan rate R13, pas asyik nonton, baru saya sadar kalau ternyata di deretan bangku di depan saya, ada sepasang orangtua muda yang membawa serta anaknya yang masih kecil ikut nonton.
Ketika ada adegan semi, si ibu langsung kaget dan terlihat sibuk menutupi mata anaknya.
Rasanya ingin sekali saya datangi si ibuk dan kemudian saya bisiki kupingnya dengan mesra, “Mbak, eh bu, yang patut ditutupi seharusnya bukan mata anakmu, tetapi ketololanmu.”
Orang goblok jenis keempat adalah kaum yang sungguh tak tahu diuntung. Orang goblok jenis ini adalah mereka yang sibuk bermain hape di dalam teater saat film sudah diputar. Entah sekadar main game, buka wasap, atau yang paling keparat, instagram stories-an.
Entah mereka ini sadar atau tidak bahwa sinar layar yang terpancar dari hape mereka itu begitu mengganggu dan mendistraksi penonton yang lain, utamanya yang berada di posisi belakangnya. Yang jelas, mereka sungguh egois.
Ketika diingatkan, tak jarang mereka membela diri dengan argumen yang menjijikkan, “Bukannya tidak ada larangan untuk bermain hape di dalam teater? Yang dilarang kan cuma merekan film dan menaikkan kaki di kursi.”
Kalau sudah begini, rasanya ingin sekali saya misuh dan membalasnya dengan argumen yang jauh lebih menjijikkan pula: “Lha mbok sekalian bikin kemah dan api unggun di dalam teater, kan tidak ada larangannya.”
Wahai kaum goblok jenis keempat, kalau dikau memang ingin bermain hape, jangan nonton bioskop, cukup nonton Big Movies Global TV saja.
Orang goblok jenis kelima, saya merasa tak perlu terlalu banyak meng-eksplore. Sebab orang goblok jenis ini adalah saya sendiri.
Gimana nggak goblok, sudah tahu kalau di bioskop banyak orang goblok yang bikin emosi, eh, masih saja tetep suka mampir ke sana.
Kurang goblok gimana, coba?