Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kaum Ngapak Sedunia, Bersatulah!

Arienal Aji Prasetyo oleh Arienal Aji Prasetyo
7 Februari 2016
A A
kaum ngapak

Ilustrasi - Orang Ngapak Melawan Rasisnya Warga Jakarta: 'Bukan Dielek Ndeso, Aneh, Keras, Apalagi Bahasa Alien' (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Apa yang pertama kali terlintas dalam benak masyarakat Indonesia–di Jawa pada umumya–ketika mendengar kata ‘Ngapak’?

‘Ngapak’ adalah sebutan untuk dialek yang dianut oleh orang Banyumasan, seperti di Kebumen, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, sebagian wilayah Wonosobo, Tegal, Brebes, Pemalang, Pekalongan, sebagian kecil daerah Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. dan tentu saja di Banyumas. Dialek ‘Ngapak’ cenderung terdengar medhok, dan karenanya kerap mengundang gelak tawa orang yang mendengarnya.

Saya sendiri sering bertanya-tanya, mengapa kalau ada orang Jawa non ‘Ngapak’ sering tertawa atau bahkan sinis ketika kami orang ‘Ngapak’ tengah berkomunikasi? Padahal tidak ada niatan sedikit pun dari kami untuk melucu, melawak, atau sok melucu dan sok melawak. Nanti kami malah disangka merebut lahan rezeki para pelawak yang tenar sekarang macam Juergen Klopp pula, kan malah menimbulkan masalah.

Tentu saja hal tersebut dirasa cenderung tidak adil bagi kami. Mengapa jika orang Jogja, Solo dan sekitarnya, atau arek-arek Jawa Timur berbicara, kalian tidak tertawa? Kami pun juga tidak, karena kami tahu tidak ada yang perlu ditertawakan. Mereka juga sedang tidak melawak. Namun ketika inyong berbicara dengan bahasa ‘Ngapak’ kami yang ekspresif dan penuh semangat itu, justru mereka yang mendadak tertawa, seolah-olah kami hadir untuk menghibur mereka. Bedebah.

Tapi, yah, bagi kami orang ‘Ngapak’, ditertawakan begitu sih cuek saja. Sebab sejak sebelum lahir, kami sudah ditanamkan sebuah prinsip hidup yang luar biasa: ora ngapak ora kepenak.

Kami memang tak pernah punya masalah jika ditertawakan. Akan tetapi, bukannya tidak ada momen yang membuat kami jadi salah tingkah. Salah satunya adalah ketika kami berkenalan dengan orang non ‘Ngapak’, kemudian orang tersebut meminta kami untuk berbicara dalam dialek asli. Walah, rasanya aneh, wagu. Niatnya ingin bercakap-cakap, jadinya malah tampak seperti alien yang tersedak subwoofer. Diguyu maning.

Satu “mitos” lain yang beredar di masyarakat tentang ‘Ngapak’ adalah: jika ada perempuan cantik yang berbicara dalam dialek ‘Ngapak’, niscaya kecantikannya akan meluntur.

Halooowww, kecantikan seorang perempuan tentu saja tidak dapat diukur lewat dialek yang digunakan. Coba lihat Kartika Putri. Cantik, putih, seksi, dan makin bikin greget justru ketika berbahasa ‘Ngapak’. Ada lagi Vicky Shu. Doi kurang ‘Ngapak’ apa coba? Buktine ayune ora luntur. Terus itu Dian Sastro, Nadya Hutagalung, Maria Selena, Natalie Portman, dan Monica Bellucci. Kalian pikir mereka kalau bicara pakai bahasa apa? Ya bukan ‘Ngapak’, sih.

Btw, para pembaca Mojok yang terhormat mungkin pernah melihat acara Stand Up Comedy Indonesia melalui televisi atau Youtube dengan memanfaatkan wi-fi gratisan. Nah, beberapa bulan lalu ada satu nama yang mencuat, namanya Wira Nagara. Pasti tahu ‘kan Wira Nagara? Ya kalau enggak tahu juga enggak masalah, sih.

Lewat salah satu materi lawakannya, entah disadari atau tidak, Wira sejatinya telah memperluas khazanah wawasan per-‘Ngapakan’, lho. Dengan dialek ‘Ngapak’ yang sengaja dibuat lebay tiap tampil, Wira sempat menyebut cara berbicara orang ‘Ngapak’ itu agak mirip dengan orang Jepang. Saya sendiri sih sebagai orang ‘Ngapak’ tulen tidak merasa seperti itu. Tapi namanya dia sedang melawak, dan barangkali dianggap lucu, saya tak masalah.

Sudah, ya. Pesan saya kepada warga ‘Ngapak’ di seluruh alam semesta, kita sebagai warga ‘Ngapak’ jangan pernah mengubah dialek asli kita. Tanamkan terus prinsip hidup itu terus menerus, kalau perlu tularkan kepada orang lain, bahwa ora ngapak ora kepenak. Seperti lagu Bang Iwan Fals: “Biar mereka tertawa, orang ‘Ngapak’ tinggal makan kuaci.” Kaum ‘Ngapak’ sedunia, bersatulah!

Sementara bagi mereka yang sering tertawa atau mengejek kami bangsa ‘Ngapak’, saya ingin bertanya:

Pernah enggak sih kalian membayangkan bagaimana Jenderal Sudirman–yang notabene berasal dari Purbalingga–mengomandoi pasukanya dengan bahasa ‘Ngapak’? Atau penyanyi legendaris Indonesia, Ebiet G. Ade–yang kelahiran Banjarnegara itu–menyanyi dengan logat ‘Ngapak’ khas Banjarnegara?

Sudah, tertawa saja sebelum tertawa itu dilarang.

Terakhir diperbarui pada 2 Januari 2019 oleh

Tags: banyumasjawaJogjangapaksolostand up comedy
Arienal Aji Prasetyo

Arienal Aji Prasetyo

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur
Video

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.