MOJOK.CO – Ketika Juventus berhasil menemukan keseimbangan dari trio Dybala, Ronaldo, Ramsey, ditambah titik lo spirit Juve, Scudettto belum akan pindah tangan.
Mungkin akan lebih ideal jika saya menyematkan tanda tanya di belakang judul. Sampai pekan ke-6, Juventus boleh dikatakan belum menemukan cara bermain paling ideal dan titik mental terbaik. Maurizio Sarri masih disibukan oleh cedera pemain dan kesulitan mengintegrasikan Paulo Dybala ke dalam tim sejak pekan perdana Serie A.
Kecenderungan Sarri menggunakan skema dasar 4-3-3 memang praktis meminggirkan Dybala. Pelatih asal Italia itu lebih banyak bertumpu kepada Douglas Costa dan Juan Cuadrado. Sedikit masalah terjadi ketika bek sayap Juventus harus absen dengan alasan berbeda. Danilo cedera, sementara Alex Sandro harus kembali ke Brasil setelah ayahnya meninggal. Innalillahi….
Ditambah dengan cederanya Douglas Costa, Sarri dipaksa melakukan penyesuaian. Cuadrado digeser ke bek sayap kanan. Untuk lini depan, Sarri mengubah pendekatan dengan memainkan Dybala, Aaron Ramsey, dan Cristiano Ronaldo bersama-sama ketika melawan SPAL.
“Kami punya masalah di pos bek sayap, tetapi punya banyak gelandang serang. Tentunya akan sangat bijak jika kami bisa menggunakan semua sumber daya kami,” ucap Sarri seperti dikutip oleh usadailynews.com.
Dan itulah yang terjadi ketika Juventus melawan SPAL. Skema dasar diubah, dari 4-3-3 menjadi 4-3-2-1. Skema yang sama, yang digunakan Juve di kandang Brescia. Ronaldo berduet dengan Dybala di depan, sementara Ramsey menyokong mereka di pos #10. Orang Italia menyebutnya trequartista.
Sejak melawan Brescia, Sarri sudah terkesan dengan performa Ramsey. Di mata Sarri, mantan pemain Arsenal itu memang yang paling cocok menempati posisi “tiga perempat” atau trequartista itu.
Sebagai trivia, sejatinya, Ramsey adalah tipe pemain #8 (gelandang sentral) yang unik. Meski sering dianggap sebagai box to box, atau pemain yang tugas spesifiknya lari-larian membantu serangan dan bertahan secara seimbang, Ramsey justru semakin berbahaya ketika zona bermainnya lebih sering dekat dengan kotak penalti. Saya menyebutnya sebagai advance #8.
Mengapa begitu? Ramsey adalah salah satu pemain paling cerdas dalam urusan melihat ruang di pertahanan lawan. Pemain asal Wales itu punya kemampuan late run atau coming from behind yang berbahaya. Kemampuan ini tidak akan maksimal tanpa kemampuan reading the game dan menemukan tempo paling ideal untuk masuk ke kotak penalti. Tanpa kecerdasan, seorang pemain akan langsung menerjang ke kotak penalti ketika punya kesempatan.
Ramsey juga seorang passer yang baik. Lingkungan Arsenal era Arsene Wenger yang menekankan permainan kombinasi cepat menggunakan bola datar menjadikan Ramsey fasih bermain satu-dua sentuhan.
Kombinasi antara kecerdasan, kemampuan melihat ruang, dan teknik passing membuat pos trequartista sangat cocok Ramsey emban. Apalagi, dengan mengemban role tersebut, dia jadi lebih banyak bermain di depan. Sebuah ekosistem paling sempurna untuk kebangkitan seutuhnya bagi Ramsey.
Ekosistem yang cocok untuk Ramsey dimanfaatkan secara cerdik oleh Sarri. Meski bermain dengan skema dasar 4-3-1-2, Ronaldo dan Dybala tidak bergerak seperti layaknya striker kembar. Sarri menegaskan kalau Ronaldo bukan jenis striker yang statis. Dia akan banyak bergerak ke samping, mencari celah di antara bek tengah dan bek sayap lawan.
Sementara itu, Dybala akan menempatkan diri di antara Ronaldo dan Ramsey seperti layaknya second striker. Posisi Dybala sangat cair, dinamis, menempatkan dirinya sedemikian rupa supaya lebih mudah menerima umpan-umpan pendek dari Ramsey atau gelandang lainnya. Ketika Dybala turun ke bawah dan Ronaldo bergerak ke sisi, Ramsey yang masuk ke kotak penalti.
Fleksibilitas lini depan Juventus yang dipicu oleh cedera pemain dan kegemaran Sarri melakukan rotasi berbuah baik. Saya rasa, inilah titik di mana Juventus hampir menemukan komposisi dan cara bermain paling ideal: mengakomodasi Dybala dan Ronaldo, memaksimalkan potensi Ramsey, dan lebih stabil untuk pertahanan.
Saya juga melihat Juventus tidak akan terlalu bersusah payah mengejar estetika cara bermain. Pola 4-3-1-2 bisa memberikan keseimbangan. Dan, bagi tim-tim di Italia, bukan estetika cara bermain yang dikejar, melainkan keseimbangan, kemenangan, dan juara. Juventus tidak sedang ikut acara kontes kecantikan, mereka sedang mencari pijakan paling mantap untuk membunuh lawan.
Mungkin, proses pencarian keseimbangan itu akan segera usia. Ketika Juventus sudah menemukan titik keseimbangan mereka, yang bisa dilakukan pesaing seperti Inter Milan hanya terus berlari. Paksa kaki-kaki Inter Milan yang mulai kebas itu untuk terus berlari. Karena hanya dengan konsisten berlari, Inter Milan bisa mengalahkan Juventus pada akhirnya di perlombaan Scudetto.
Hanya dengan memaksa diri terus berlari, Inter Milan bisa terus berharap. Terutama ketika saatnya nanti, ketika keseimbangan itu tercapai, Juventus juga menemukan titik lo spirito Juve, kondisi mental di mana mereka percaya kekalahan selalu bisa dihindari. Ketika situasi itu terjadi dan Inter Milan lengah, gelar Scudetto belum akan beralih.
BACA JUGA Potensi Kombinasi Dybala dan Ramsey Untuk Ronaldo di Juventus atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.