MOJOK.CO – Juaranya Liverpool atau Manchester City ditentukan oleh detail-detail kecil pemain andalan mereka. Virgil van Dijk atau lini depan City yang rajin bikin gol.
Sudah bertebaran di media bahwa Liverpool berhasil memenahi lini paling krusial bagi mereka, yaitu lini pertahanan. Lini ini seperti menjadi batu kripton, menjadi “pencegah” mereka bertarung sampai garis akhir di Liga Inggris.
Bukan hanya soal kualitas, lini pertahanan Liverpool adalah semacam komedi yang lama-lama tidak lagi lucu. Blunder menjadi semacam kebiasaan, seperti kentut yang super bau setelah makan ubi, atau seperti sambat luar biasa setelah kamu ditolak gebetan. Sombat-sambat. Fuck sambat!
Kamu pikir The Reds gagal juara Liga Champions karena Mohamed Salah “dikerjai” Sergio Ramos? Tentu saja tidak. Kegagalan di final Liga Champions, kalah dari Real Madrid itu berkat kombinasi sempurna dari blunder Loris Karius dan buang-buang peluang lini depan mereka. Di depan raksasa Eropa, The Reds kembali ke jati diri mereka: kalahan.
Jurgen Klopp tahu kalau investasi besar perlu dilakukan untuk memangkas kebiasaan blunder lini pertahanan mereka. Tunggu dulu, ini bukan berarti komposisi mereka musim lalu itu jelek amat. Bukan. Siapa yang meragukan bek terbaik di dunia dalam diri Dejan Lovren? Hehe. Siapa yang meragukan kualitas Joel Matip, bek super tangguh itu? Hehe. Siapa pula yang berani berdebat soal kualitas kelas dunia dalam diri Simon Mignolet, kiper setara Dino Zoff dan Rene Higuita itu? Hehehe.
Masalah Liverpool adalah isi kepala mereka, bukan soal kualitas pemain, pelatih, atau fans maha sabar itu tentu saja. Dan “isi kepala”, di sepak bola, adalah investasi paling besar. Berapa harga yang bisa dibayarkan dunia kepada Barcelona untuk memboyong Lionel Messi? Bukan soal harga, tepai nilai keberadaannya yang tidak bisa dinominalkan.
Di atas kertas, Messi bisa dibanderol 200 juta euro. Namun, di atas lapangan, di antara rekan-rekannya, keberadaan Messi tidak ternilai. Ia tidak mengangkat total nilai pasar sebuah skuat. Keberadaan pemain seperti ini menaikkan level “isi kelapa” dan tentu saja: mental tim. Berapa kali Messi menyelamatkan Barcelona dari kekalahan?
Nilai seperti itulah yang dicari Klopp dari seorang Virgil van Dijk. Jika bicara peningkatan level lini pertahanan Liverpool, tentu kita harus menyandingkan van Dijk dengan Alisson Becker. Hanya dengan dua pemain saja, ditambah membaiknya performa Andrew Robertson, Liverpool menjadi sebuah tim yang benar-benar baru.
Virgil van Dijk bek terbaik di dunia untuk saat ini? Tentu klaim itu bisa diperdebatkan jika kita tidak memasukkan Sergio Ramos atau Gerard Pique ke dalam perhitungan. Namun, bagi fans The Reds, van Dijk adalah yang terbaik. Tentu saja, terbaik untuk skuat mereka saat ini. Artinya, keberadaan Virgil van Dijk, dengan biaya transfer 85 juta euro, terasa seperti pembelian yang sangat murah.
Peningkatan performa dan lenyapnya kebiasaan blunder akibat tambahan satu pemain adalah sesuatu yang tidak bisa dinilai. Jika melihat data statistik, keberadaan bek asal Belanda ini memang begitu krusial. Ketika Virgil van Dijk menjadi kapten, Liverpool tak pernah kalah!
Rinciannya: vs Cardiff (4-1), vs Fulham (2-0), vs Everton (1-0), vs Manchester United (3-1), vs Arsenal (5-1), vs Burnley (4-2), vs Fulham (2-1), dan vs Southampton (3-1). Tanpa menepikan kapten terhebat dan favorit fans, Jordan Henderson, sosok van Dijk punya harga “seperti Lionel Messi”.
Detail keberadaan Virgil van Dijk, yang selalu bermain di 33 pertandingan The Reds yang akan menentukan hajatan buka puasa 28 tahun. Sementara itu, bagi City, sesuatu seperti berjalan dengan begitu lancar.
Manchester City punya sistem yang sudah pakem. Kemampuan adaptasi mereka terhadap lawan termasuk kelas dunia. Yang menentukan bagi mereka adalah lini depan.
Setelah melawan Fulham, kecemasan sedikit terasa karena Sergio Aguero cedera. Maklum, bisa dikata hanya Aguero striker utama mereka. Gabriel Jesus, selain jarang mendapatkan kesempatan bermain 90 menit, juga tak berada dalam performa yang menarik.
Maka, ketika menang atas Cardiff City dengan skor 2-0, kita tahu kalau lini depan City tak benar-benar dalam masalah. Gol biasa berasal dari mana saja, dan dari siapa saja. Gabriel Jesus, yang mendapatkan kesempatan starter yang langka itu, bikin satu asis cantik. Gol dibuat oleh Leroy Sane dan Kevin De Bruyne.
Mencegah City juara adalah pekerjaan yang cukup berat. Mencegah mereka membuat gol artinya bermain dengan konsentrasi penuh selama 90 menit, yang mana sangat sulit dilakukan, untuk menyumbat semua kanal peluang. Dan celakanya, Liverpool sudah tidak punya kesempatan untuk melakukannya.
The Reds harus menggantungkan nasib mereka kepada kesialan Manchester City dan kemampuan klub lain untuk tidak kalah. Apalagi ketika City masih menyimpan satu laga, yang akan mereka mainkan di akhir minggu ini. Jika menang melawan Brighton, The Citizens akan unggul satu poin dari The Reds.
Jika sudah begini, seperti sejarah yang terus berulang, asuhan Pep Guardiola itu sulit dicegah, meskipun selisihnya hanya satu poin saja. Kedua tim ini masih akan bertemu lawan berat di paruh akhir musim ini. Mungkin itulah saat-saat di mana jantung fans The Reds dan The Citizens dipacu paling kencang.
Dan, detail performa Virgil van Dijk dan daya gedor lini depan City yang akan berbicara. Mana yang paling punya resistensi akan blunder?