MOJOK.CO – Ketika pejabat daerah lain masih ribut urusan politik, Ganjar Pranowo malah gencar promo bus anti-corona. Wah, wangun.
Kabar peluncuran bus anti-corona produksi karoseri Laksana, yang dipromosikan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, telah memberi warna baru dalam proses perjuangan rakyat melawan virus corona.
Setelah ide konyol kalung antivirus yang digaungkan Kementan di awal masa pandemi, rasa-rasanya belum ada terobosan lain yang diinisasi oleh Pemerintah, baik itu Pusat maupun Daerah. Kebanyakan hanya sekadar mengandalkan protokol kesehatan 3M saja.
Maka, di penghujung 2020 ini, di saat vaksin masih belum tersedia secara de facto, peluncuran bus anti-corona sungguh menjadi angin segar, utamanya bagi para pelancong dan pekerja mobile di Jawa Tengah. Kekhawatiran menaiki kendaraan umum, seperti bus, seakan sirna.
“Bus untuk penanganan corona. BSL (Biosafety Lebel) 2 dan didesain oleh karoseri dari Jawa Tengah. Laksana,” ujar Ganjar saat memperlihatkan bagian dalam bus tersebut.
Terdapat dua varian bus yang diluncurkan, yaitu bus penumpang umum dan bus laboratorium.
Untuk bus penumpang, rancangan kursi adalah seat 1-1, yang tentunya memenuhi salah satu butir trimatra suci protokol kesehatan, yaitu jaga jarak. Tentu saja dengan seat 1-1, kenyamanan para penumpang sangat terjamin.
Para penumpang tak akan terganggu dengan gesekan siku dari penumpang sebelah, atau kepala tetangga yang tiba-tiba bersandar di pundak, gegara ngantuk, atau jurus modus.
Nah, sebagai seorang penikmat perjalanan menggunakan bus, untuk perjalanan antarkota di Jawa Tengah, kadang saya harus menggunakan bus berlabel Maju Makmur. Dari namanya saja, Anda bisa menebak, apapun zamannya, bus ini berketetapan untuk selalu maju, sekaligus ingin makmur.
Tak heran, demi kemakmuran si bos, seringkali mesin bus yang digunakan sudah berusia tua. Beruntunglah bila Anda sedang mengemudikan motor di belakang bus ini. Siraman asap knalpot hitam hasil pembakaran solar, akan kemebul menyelimuti sekujur tubuh Anda.
Tentu saja, performa bus anti-corona keluaran Laksana tak akan senestapa Maju Makmur. Mesin baru dan jaminan kebersihan serta kesehatan menjadi nilai jual dari bus baru ini.
Saya mengharapkan, asap knalpot yang dikeluarkan bus ini adalah gas berisi cairan desinfektan, yang berguna membunuh virus dan kuman para pengguna jalan raya. Mutakhir sekali, bukan?
Sementara itu, tatkala harus berkendara antarkota antarprovinsi, saya biasa menggunakan bus malam macam Eka, yang menawarkan fasilitas makan malam gratis saat penumpang beristirahat di Ngawi. Penumpang dapat menikmati makan secara prasmanan, sesuai menu yang sudah disediakan.
Untuk bus anti-corona, fasilitas macam ini pasti juga akan tersedia. Namun, atas nama kesehatan di masa pandemi, alangkah baiknya bila menu yang disediakan adalah menu sehat, macam minuman empon-empon dan makanan bergizi tinggi, serta suplemen yang mengandung vitamin C 500mg.
Bila semua harapan tersebut terlaksana, maka bus ini dapat menjadi bus percontohan bagi semua provinsi di Indonesia. Nantinya, nama Laksana akan semakin terkenal, bukan hanya sebatas nama seorang penulis tersohor, namun juga sebagai karoseri pionir bus anti-corona di Indonesia.
Memang, Jawa Tengah adalah juara untuk urusan inovasi tiada henti.
Ganjar Pranowo menjadi contoh figur kepala daerah yang tak mudah terdistraksi oleh urusan-urusan yang tak berguna.
Lihat saja, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, sedang disibukkan oleh twitwar dengan sang Menkoplhukam, Mahfud MD. Gubernur DKI masih saja disibukkan dengan urusan aturan perayaan Natal dan Tahun Baru. Ganjar tidak demikian. Blio memilih terus fokus bikin prestasi dan inovasi di Jawa Tengah.
Demikian pula, walau zona merah covid di Jawa Tengah masih cukup banyak, dan angka penularan masih cukup tinggi, inovasi industri alat transportasi tak boleh ditinggalkan.
Bahkan, bisa jadi, bus anti-corona menjadi solusi paling logis untuk meningkatkan testing dan tracing di Jawa Tengah. Dengan bus varian laboratorium, testing akan menjadi semakin mudah dilakukan.
Bus ini menjadi laboratorium mobile yang dapat mengakses tempat-tempat yang sulit dijangkau. Alhasil, testing dan tracing yang biasanya memakan waktu tak sedikit, menjadi semakin ringkas dan mudah dilakukan.
Memang, tak dapat dipungkiri, ada suara-suara miring yang mempertanyakan efekstivitas bus anti-corona. Apakah bus ini sudah melewati beragam tahap uji dari lembaga kesehatan yang berwenang? Apakah label anti-corona hanya sekedar gimik saja?
Tentu, suara-suara miring tersebut biasanya berasal dari penduduk luar Jawa Tengah yang hanya dilandasi rasa iri, dengki dan putus asa, karena kepala daerahnya tidak secakap dan setanggap Pak Ganjar. Para komentator tersebut biasanya akan terdiam ketika ditanya Pak Ganjar, “KTP-mu alamatnya mana?”
Yah, semoga saja harapan terhadap bus anti-corona dapat benar-benar terwujud nyata, dan bukan hanya menjadi fatamorgana bagi para pengelana gurun pandemi.
Nggih tho, Pak Ganjar?
BACA JUGA 3 Fitur Tersembunyi Kalung Anti-Corona yang Terlalu Diremehkan Banyak Orang dan tulisan Yesaya Sihombing lainnya.