Isu gender hingga kini masih menjadi topik yang hangat dibicarakan, baik di ruang akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari. Perdebatan mengenai peran laki-laki dan perempuan, kesetaraan, hingga stereotipe sosial kerap muncul dalam berbagai kesempatan. Bagi sebagian orang, topik ini sekadar wacana. Namun bagi bintang tamu Putcast kali ini “Desinta Dwi Ariani”, isu gender merupakan hal yang dekat dengan pengalaman pribadinya sekaligus menjadi bidang yang menarik untuk dikaji lebih dalam.
Awal Ketertarikan pada Kajian Gender
Ketertarikan Desinta terhadap kajian gender berawal sejak kuliah S1, tepatnya ketika ia memasuki semester enam. Saat itu, ia mengambil mata kuliah tentang gender dan feminisme. Dari sanalah ia mulai banyak mengamati, merasakan, sekaligus mengalami langsung persoalan-persoalan yang berkaitan dengan gender dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pengalaman yang membekas adalah ketika ia memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Ia ingin mempelajari hal-hal baru, termasuk mata kuliah yang tidak tersedia di Indonesia. Namun, niat tersebut sering kali mendapat komentar negatif, misalnya: “Ngapain sekolah jauh-jauh?” Komentar semacam itu justru semakin mendorong Desinta untuk lebih memahami bagaimana konstruksi sosial memengaruhi pandangan terhadap pilihan hidup perempuan.
Antara Tradisi Jawa dan Realitas Gender
Dari situ, pembahasan tentang gender pun semakin luas. Salah satunya berkaitan dengan tradisi Jawa, yang masih menyimpan anggapan bahwa sebuah keluarga belum lengkap bila belum memiliki anak perempuan. Padahal, dalam fikih, tanggung jawab utama tetap berada di pundak laki-laki.
Desinta menanggapi hal ini dengan memberi contoh dari kehidupan sehari-hari. Ia juga menyinggung istilah generasi sandwich, di mana perempuan kerap mengalami double burden atau beban ganda. Kondisi ini muncul akibat konstruksi sosial berbasis gender, salah satunya melalui labeling yang menempatkan perempuan seolah-olah hanya berperan di ranah domestik.
Olahraga dan Kesehatan Perempuan
Pembahasan mengenai gender juga sampai pada isu kesehatan. Salah satu yang menarik perhatian Desinta adalah bidang olahraga. Perempuan memang banyak bergerak, tetapi jarang ada olahraga yang secara spesifik ditujukan bagi mereka. Dari literatur yang ia baca, ternyata secara global perempuan lebih rentan mengalami katarak.
Kajian-kajian inilah yang membuat Desinta semakin paham bahwa olahraga dan pola hidup sehat sangat penting dan selayaknya menjadi bagian dari kehidupan perempuan.







