Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Video

Ketika Negara Membungkam: Fakta Kelam Peristiwa Genosida Papua 1977

Redaksi oleh Redaksi
3 Mei 2025
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Episode JasMerah kali ini, Muhidin M. Dahlan mengangkat kembali sebuah tragedi kelam yang hampir terhapus dari memori nasional, “Genosida Papua tahun 1977”. Tragedi ini terjadi menjelang Pemilu Orde Baru, tepat di masa “minggu tenang”. Saat itu, operasi militer besar-besaran digelar di Lembah Baliem, Wamena. Ribuan warga sipil menjadi korban, dibantai, disiksa, dan desa-desa mereka dibom dari udara.

Namun, semua kekejaman genosida ini nyaris tak tercatat dalam sejarah resmi. Media nasional seperti Kompas, Tempo, dan Sinar Harapan tidak memberikan sorotan berarti. Peristiwa sebesar itu hanya muncul samar di pojok-pojok berita, dan para korban justru dilabeli sebagai “pengacau”, bukan sebagai manusia yang dizalimi.

Laporan-laporan dari luar negeri justru memberi gambaran yang lebih jelas tentang tragedi ini. Komisi HAM Asia dan organisasi TAPOL di Inggris mencatat bahwa korban jiwa diperkirakan mencapai 5.000 hingga 10.000 orang. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke Papua Nugini akibat kekejaman aparat.

Bahkan, pesawat tempur OV-10 Bronco yang merupakan bantuan militer dari Amerika Serikat, yang seharusnya hanya digunakan untuk latihan, digunakan untuk membombardir kampung-kampung. Semua kekerasan ini terjadi demi mengamankan wilayah sekitar Freeport, tambang emas dan tembaga yang menjadi pusat kepentingan ekonomi elite Jakarta dan mitra-mitra globalnya.

Lantas mengapa tragedi genosida ini begitu sunyi? Mengapa ribuan nyawa melayang, tetapi hanya menjadi catatan kecil di halaman belakang surat kabar?, dan Siapa yang diuntungkan dari penghapusan ingatan kolektif ini? Temukan jawabannya di JasMerah, karena mengingat adalah bentuk paling radikal dari melawan.

Tags: genosidajasmerahPapuaperistiwasejarah

Terpopuler Sepekan

elang jawa.MOJOK.CO

Raja Dirgantara “Mengudara”, Dilepasliarkan di Gunung Gede Pangrango dan Dipantau GPS

13 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.