Sebagai seorang sarjana pendidikan aku dapat tuntutan dari mertua dan orang tua untuk kerja kantoran atau jadi guru di sekolah. Sudah 11 tahun sejak aku lulus kuliah, dan tuntutan itu masih terus ada.
Perkenalkan aku adalah seorang wanita berumur 33 tahun kelahiran tahun 1990. Pekerjaanku saat ini adalah sebagai ibu rumah tangga biasa yang mengurus anak dan suami.
Menginjak usia 33 tahun ini seharusnya sudah banyak prestasi yang aku raih. Terutama di bidang karier. Namun, sampai saat inipun aku masih belum meraih apapun dalam kehidupanku.
Putus asa, kecewa, bahkan marah pada diri sendiri
Aku sering merasa putus asa, merasa kecewa dan bahkan marah pada diri sendiri. Karena sampai saat ini aku masih seperti ini saja. Aku belum bisa mencapai cita-cita dan belum bisa membahagiakan orang tuaku.
Aku sering merasakan sedih sampai menangis sesenggukan karena teman-temanku semasa kuliah dulu sekarang kariernya sudah bagus. Bukannya merasa iri tapi aku merasa bahwa mengapa aku tidak bisa seperti itu.
Aku merasa ada beban begitu berat yang belum aku tuntaskan sebagai anak dan menantu. Apa karena sudah takdir hidupku yang sudah ditentukan begini. Namun, terkadang aku juga mencoba untuk mengikhlaskan semuanya.
Sebab, aku yakin bahwa semuanya sudah diatur oleh maha kuasa dan kita sebagai manusia hanya bisa menjalani segala skenarionya. Akupun berkeyakinan bahwa sukses dan rezeki itu tidak harus menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai kantoran.
Kita bisa sukses dengan cara lain yang penting halal dan jalannya benar. Namun, perasaan kecewa, sedih dan merasa tidak berguna itu sering muncul lagi, karena memang aku selalu dituntut untuk bekerja baik oleh orangtuaku sendiri maupun mertuaku.
Gelar sarjana pendidikan yang belum juga terpakai
Aku menyelesaikan pendidikanku S1 di salah satu perguruan tinggi di kotaku selama 4 tahun. Aku masuk kuliah tahun 2008 kemudian wisuda tahun 2012, aku mendapatkan gelar S.Pd. (Sarjana Pendidikan).
Setelah wisuda, kekasihku yang sama-sama kuliah di perguruan tinggi tersebut melamarku. Kami hanya beda jurusannya saja. Tahun 2013 aku menikah, setelah menikah aku tinggal serumah dengan mertuaku.
Di awal pernikahanku aku mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Mertuaku selalu menuntutku untuk bekerja di kantoran atau honorer di salah satu sekolah di tempat suamiku. Pernah suatu Ketika ibu mertuaku mengatakan langsung ke suamiku, “andi…, mbok ya istrimu itu dicarikan kerja di kantoran atau honorer guru, timbang di rumah aja”.
Lalu suamiku menjawab “gak usah buk….., biarlah istriku di rumah saja biar bisa bantu ibu mengurus rumah sambil buka jasa rental ketikan”. Memang pada saat itu aku di rumah membuka jasa ketik untuk anak-anak sekolah maupun kuliah untuk mengerjakan tugasnya. Sebab pada masa itu masih banyak yang belum memiliki laptop maupun komputer. Namun, bagi mertuaku bukan pekerjaan ini yang ia inginkan. Mertuaku menginginkan pekerjaan yang lain yang lebih layak sesuai dengan pendidikanku.
Sebenarnya tak hanya mertuaku yang menuntutku seperti itu, orangtuaku juga menuntut hal tersebut. Bahkan adik-adikku pun menyalahkanku. Sebab akulah yang membuat mereka tidak dikuliahkan oleh orangtuaku. Karena aku yang sarjanapun tidak bekerja jadi untuk apa sekolah tingi-tinggi.
Mereka menganggap bahwa yang sekolahnya tinggi bergelar sarjana harus mendapatkan pekerjaan yang waaah!!. Kurasa semua orang awam di lingkungan kita pun memiliki pemikiran tersebut. Sebab sudah menjadi momok di lingkungan masyarakat bahwa seorang sarjana harus mendapat pekerjaan yang bagus dan tidak pantas bekerja sebagai pedagang, petani, atau wirausaha.
Sejujurnya hatiku sakit dan kecewa
Sejujurnya perasaanku begitu sakiiit, sedih dan kecewa pada diri sendiri, rasanya bercampur aduk perasaan ini. Tapi mereka tidak memperdulikan aku sama sekali. Hampir mengalami depresi karena memikirkan tuntutan tersebut, suamikulah yang selalu menenangkanku.
Namun, mereka tidak tahu bahwa untuk mencapai itu bukanlah hal yang mudah meski aku seorang sarjana pendidikan. Akupun sudah berusaha untuk melamar untuk honorer mengajar hampir semua sekolah aku datangi dan akupun ditolak dengan alasan tidak ada lowongan. Selain itu pun aku juga berusaha selalu ikut mendaftarkan diri Ketika ada lowongan CPNS, tetap saja belum berhasil.
Yah karena rezeki itu sudah ada yang mengaturnya, kita sebagai manusia hanya bisa berusaha sebaik mungkin tapi hasilnya Tuhanlah yang menentukannya. Kalau memang rezekinya kita untuk menjadi pegawai negiri sipil (PNS) atau pegawai kantoran atau pekerjaan lainnya yang membuat kita sukses ya tetap akan terjadi dan ada saja jalannya untuk mencapai semua itu. Sebab semuanya sudah menjadi bagian rezekinya masing-masing dan rezeki itu tidak kan pernah tertukar.
Singkat cerita usia pernikahanku sekarang sudah menginjak hampir 11 tahun ini masih saja tuntutan itu tetap dilontarkan kepadaku. Namun, aku saat ini selalu belajar untuk menerima dengan Ikhlas ocehan-ocehan orangtua dan mertuaku.
Aku menganggap itu sebagai do’a untukku, semoga keinginan mereka entah kapan waktunya akan terkabul. Akupun berusaha untuk menjaga kewarasanku agar tidak stress dan depresi akah tuntutan itu, karen ada anakku yang harus aku urus dengan baik.
Pesan untuk yang bergelar sarjana
Aku berkeyakinan bahwa segala apa yang terjadi dalam hidup kita saat ini adalah yang terbaik untuk kita dan semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Kita sebagai wayang yang memerankannya harus menjalani dengan Ikhlas dan selalu berprasangka baik dengan Tuhan.
Untuk kalian yang bergelar sarjana di luar sana janganlah merasa minder dengan diri kalian sendiri karena melihat teman-temanmu lebih sukses, kamu seharusnya bangga pada dirimu sendiri. Lakukanlah yang terbaik untuk dirimu, bekerjalah apapun pekerjaanmu yang terpenting halal dan tidak merugikan orang lain.
Jangan hiraukan omongan orang di sekitarmu yang merendahkanmu. Karena mereka hanya melihat dan berkomentar saja tidak menjalaninya. Kamu sendirilah yang menjalaninya yang tahu betul bagaimana proses nya.
Ruminah, Tugumulyo, Kab. Musirawas, Sumatera Selatan, [email protected]
BACA JUGA Dilema P3K untuk Guru TK Swasta dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini