Saya adalah seorang lulusan Sastra Indonesia. Selama empat tahun, banyak hal yang saya pelajari. Pada awalnya, saya pikir menjadi mahasiswa sastra hanya belajar tentang bagaimana menulis cerita yang bagus. Itu saja.
Bahkan, alasan saya pada awal mendaftar jurusan ini pun, demikian. Ingin menjadi penulis dengan karya-karya yang menarik. Tetapi selama kuliah, saya justru merasa program studi ini tidak hanya memberi perspektif kepada mahasiswanya untuk menjadi penulis kreatif. Malah, saya merasa lebih disiapkan untuk menjadi “kritikus sastra”.
Terdapat mata kuliah seperti pengkajian sinema, kritik sastra, dan kritik teks yang tugas-tugasnya menuntut mahasiswa untuk mereview beragam karya sastra. Mata kuliah dengan tugas menulis karya sastra justru hanya ada dalam satu mata kuliah yang ditawarkan pada semester enam.
Ya, ada untungnya, tapi juga ada tidaknya. Untungnya adalah saya jadi punya perspektif lain selama menjadi mahasiswa sastra. Tetapi, ini sekaligus menjadi tantangan bagi saya untuk menentukan apa yang ingin saya jadikan patokan sebagai karir saya ke depannya.
Hal itu saya sadari ketika pada semester tujuh terdapat mata kuliah Kuliah Kerja Praktik (KKP) atau sebut saja magang kerja. Karena perspektif yang luas dalam perkuliahan, jadi mempertanyakan apa spesialisasi saya sebagai seorang mahasiswa sastra.
Selama saya magang di beberapa perusahaan, tidak jarang para atasan atau mentor menanyakan bidang kerja saya ketika lulus nantinya.
Baca halaman selanjutnya…
Sebenarnya apa spesialisasi lulusan Sastra Indonesia?