Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Uneg-uneg untuk Guru Indonesia dari Pelajar: Jadilah Orang Tua, Bukan Tetangga

Redaksi oleh Redaksi
23 September 2023
A A
Uneg-uneg untuk Guru Indonesia dari Pelajar: Jadilah Orang Tua, Bukan Tetangga MOJOK.CO

Uneg-uneg untuk Guru Indonesia dari Pelajar: Jadilah Orang Tua, Bukan Tetangga MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Halo perkenalkan saya Imanah, saya seorang pelajar yang masih duduk di bangku SMK. Dari tulisan ini saya ingin berbagi keluh kesah saya dan beberapa teman saya selaku pelajar Indonesia untuk guru Indonesia. 

Banyak hal yang menjadi kekesalan para pelajar Nusantara, berteriak ingin didengar, tapi nyatanya tidak sama sekali. Saya selaku pelajar Indonesia juga merasakan hal ini. Berdirinya sekolah seharusnya bisa menjadi wadah bagi pelajar untuk bisa menjadi individunya sendiri.

Tujuan belajar harusnya untuk bahagia bukan nilai mata pelajaran

Seperti yang Ki Hadjar Dewantara utarakan, bahwa tujuan belajar di sekolah adalah untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Sedangkan kami di sekolah, mendapat tuntutan untuk dapat memenuhi kriteria penilaian semua mata pelajaran. 

Seperti nilai yang tidak boleh di bawah KKM, harus bisa di semua mata pelajaran. Seakan lupa bahwa kami juga punya kemampuan yang berbeda, tidak dapat disamaratakan. 

Guru juga tak jarang membanding-bandingkan antara siswa pandai dan tidak, “Kamu lihat dia, dia belajar keras jadi nilainya bagus semua,” katanya. Seakan lupa kalau kemampuan kami berbeda. 

Bukannya mendorong kami untuk semangat belajar, tapi sebaliknya. Mereka yang belum paham materi, setelah belajar akhirnya paham dan mendapat nilai bagus. Bukannya mendapat apresiasi malah mendapat tuduhan, “Kamu nyontek ya? kok bagus nilainya”. Oke, kalau memang siswa tersebut benar menyontek, kalau tidak?

Guru Indonesia harusnya menyesuaikan kemampuan siswanya

Guru seharusnya bisa menyesuaikan kemampuan siswanya. Jika nilai memang harus di atas KKM, harusnya mereka yang belum bisa, mendapat bimbingan khusus supaya bisa. Ketika materi satu sudah selesai, guru lanjut ke materi kedua. Benar mereka tanya “sudah paham atau belum?”. 

Ketika ada yang bilang belum paham “belajar sama si ini” katanya. Tanpa tahu orang yang ditunjuk mau tidak mengajari temannya ini. Kalaupun mau, tidak semua orang mampu mengajari temannya. 

Syukur untuk mereka yang bisa mengajari dan sudah mampu memahami pelajaran, kalau yang tidak? Itu tugas guru, bukan untuk memastikan siswanya paham dengan materi yang diberikan.

Tak sedikit guru yang hanya memberikan nilai kepada siswa favorit. Jika ada, tak peduli sekeras apapun usaha siswa tersebut untuk dapat nilai baik, akan sia sia karena mungkin mereka bukan siswa favorit mereka. 

Dimana guru ketika kami kena bullying?

Tak hanya itu, ribuan sekolah yang berdiri. Hanya beberapa yang betul-betul peduli dengan yang terjadi kepada siswanya. Salah satu hal yang masih menjadi momok kami adalah bullying. 

Memang benar, sekolah menyuarakan No Bullying. Tapi nyatanya, tidak ada penanganan lebih lanjut terkait hal itu. Tulisan No Bullying saja yang besar, kepedulian gurunya tidak. Bahkan tak jarang yang masih menyepelekan bullying, menurut mereka bullying hanya soal kekerasan fisik. Faktanya banyak dari korban bully yang merasa lebih tersakiti di luar penindasan fisik, dan berdampak kepada psikis korban. 

Banyak guru yang bilang, kalau kami adalah generasi lemah. Bagaimana mungkin seorang guru yang seharusnya mendorong kami untuk maju malah mengatakan hal sebaliknya?

Teman-teman kami yang punya masalah malah dikata “kamu masih terlalu kecil untuk punya masalah pribadi” padahal masalah tidak pernah memandang usia, wajar bukan kami yang sudah SMA punya masalah pribadi? Seakan menyepelekan dan bilang bahwa masalah kami masalah kecil, tanpa tau yang kami hadapi. 

Iklan

Adanya bimbingan konseling di sekolah nyatanya tidak berperan sama sekali di sekolah. Yang katanya rahasia akan tersimpan rapi jika curhat kepada guru BK. Yang ada malah tersebar ke seluruh sekolah, ada memang yang betul-betul guru BK yang baik, tapi sedikit jumlahnya. 

Ketika ada siswa yang bermasalah, banyak juga guru yang menggosipkan. Guru yang seharusnya menjadi contoh yang baik malah melakukan hal yang tidak baik seperti itu.

Guru Indonesia, jadilah orang tua, bukan tetangga pindah rumah

Di beberapa kesempatan ada guru yang bilang “Kami ini manusia biasa yang bisa merasakan sakit hati, kesal, dan marah” saya akui benar, mereka manusia. Tapi kami juga manusia. Kami juga tidak dapat mengutarakan opini kami, ketika berdiskusi opini kami seakan ditolak mentah-mentah. 

Mereka menyuapi paksa opini ke kami, tidak boleh ada protes dan sanggahan. Guru mengajari kami, bahwa ketika tidak ada keadilan harus melayangkan protes, selama itu benar. Namun, jikalau kami protes malah mendapat cap murid yang tidak sopan.

Saya harap dari tulisan saya ini, guru-guru di Indonesia bisa sadar. Tak sedikit dari kami yang merasa guru bukanlah orang tua kedua, namun hanya tetangga yang pindah rumah. 

Kami juga ingin dapat barokah ilmunya. Tidak perlu juga membandingkan kami dengan siswa lain. Karena kami jelas-jelas individu yang berbeda.

Nur Imanah, Kab.Mojokerto, Prov.Jawa Timur [email protected] 

BACA JUGA Uneg-uneg dari Guru PNS yang Tak Dapat Sertifikasi karena Belum Sarjana  dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 September 2023 oleh

Tags: guruguru indonesiapelajar indonesiauneg-uneg
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO
Ragam

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Guru tak pernah benar-benar pulang. Raga di rumah tapi pikiran dan hati tertinggal di sekolah MOJOK.CO
Ragam

Guru Tak Pernah Benar-benar Merasa Pulang, Raga di Rumah tapi Pikiran dan Hati Tertinggal di Sekolah

8 November 2025
Pemkot Semarang dorong dukungan finansial layak untuk guru agama, marbot, hingga pemandi jenazah MOJOK.CO
Kilas

Mendorong Dukungan Finansial Layak untuk Guru TPQ, Marbot, hingga Pemandi Jenazah: Selama Ini Berkontribusi Nyata tapi Terabaikan

23 September 2025
Ketulusan guru di Sekolah Gajahwong Jogja. MOJOK.CO
Liputan

7 Tahun Mengabdi Jadi Guru di Jogja, Tak Tega Melihat Realita Siswa Putus Sekolah meski Diri Sendiri Tidak Sejahtera

9 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.