Mesir adalah negara yang santri sangat minati untuk mencari dan mendalami ilmu agama khususnya di Al-Azhar University. Universitas ini sudah terkenal akan keilmuannya yang memiliki sanad sampai Rasulullah SAW. Tak heran jika banyak orang lulusan pondok pesantren yang sangat ingin pergi ke sana untuk melanjutkan studinya.
Syaratnya untuk menjadi seorang mahasiswa di sana adalah harus mengikuti tes yang Kemenag adakan. Setelah Kemenag menyatakan lolos calon mahasiswa di Mesir harus memilih apakah ia ingin mengikuti kelas bahasa di Indonesia atau di Mesir. Hal ini karena mengikuti kelas bahasa adalah salah satu syarat untuk bisa menjadi mahasiswa di Al-Azhar University.
Setelah Kemenaga menyatakan saya lolos seleksi, saya memutuskan untuk memilih kelas bahasa di Mesir. Ini karena harganya yang sangat berbeda jauh dibandingkan dengan kelas bahasa di Indonesia. Karena Tes Mesir 2024 ini maju pendaftarannya, saya kira akan cepat berangkat untuk menimba ilmu di sana.Â
Sudah lolos seleksi tapi tak bisa langsung berangkat ke Mesir
Akan tetapi sama saja bagi para peserta yang lolos dan memilih kelas bahasa di Mesir. Kami mengalami waktu menunggu visa yang sangat lama dibandingkan dengan teman-temanku yang memilih kelas bahasa di Indonesia. Itu karena mereka sudah lebih dahulu berangkat ke Mesir untuk mengejar ujian Termin (ujian yang berlangsung setelah selesainya kelas bahasa dan daftar ulang).
Saya pun berputus asa di kala kedua teman seperjuanganku pergi duluan ke Mesir. Hingga suatu hari ada yang memasukan saya ke dalam grup WA yang berisikan orang-orang yang mengambil kelas bahasa di Mesir.Â
Dan bersyukurnya, saya menyadari bahwa bukan hanya saya sendiri yang menunggu visa turun untuk berangkat kesana, melainkan msih ada seribu lebih orang yang masih menunggu visa untuk pemberangkatan.
Sampai akhirnya saya pun sadar di balik semua ini Allah SWT memberikan banyak hikmah/pelajaran yang besar untuk diriku. Di antaranya: saya bisa menunggu waktu yang panjang untuk mengamalkan ilmu yang sudah saya pelajari dengan mengajar di salah satu pondok pesantren yang belokasi di Tasikmalaya.Â
Saya punya banyak waktu untuk lebih mengembangkan personal brandingku, dan akan saya manfaatkan sisa-sisa waktu di Indonesia untuk berbakti kepada kedua orangtusaya.”
Siti Subakti Desa Caracas-Kec.Cilimus-Kab.Kuningan-Jawa Barat [email protected]
BACA JUGA Rasanya Tidak Menjadi Guru Favorit Siswa karena Tidak Pernah Ada Jam Kosong  dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini