Dulu waktu jaman kuliah, salah seorang teman sekelas pernah nyeletuk: sekarang lah waktu terbaik untuk mencari teman sebanyak mungkin orang, make friends. Sayangnya, saya nggak serius mengindahkan kata-kata teman saya itu. Akibatnya sekarang saya menuai hasil dari sifat cuek dan ogah bergaul saya.Â
Di usia 34 ini jujur saya ngerasa kesepian. Pacar jauh di Jakarta, saya di Jambi. Tinggal seorang diri di perumahan semi elit. Di lingkungan kerja juga orangnya nafsi-nafsi, cenderung individual. Duh, nggak enak banget sumpah.Â
Saya hanya memiliki pacar dan beberapa teman yang jauh di pulau Jawa untuk teman curhat, teman cerita.Â
Memang sih, ada orang berpendapat bahwa di usia dewasa tuh yang dibutuhkan bukan banyak-banyakan teman, tapi cukup beberapa teman yang sefrekuensi dan berkualitas. Selain tabungan yang banyak tentunya.Â
Tapi, di curhatan kali ini saya kepengen menyampaikan uneg-uneg betapa menyesalnya saya tidak memanfaatkan masa kuliah dulu dengan mencari teman, ikut organisasi, dan membangun jaringan.Â
Dulu, saya kuliah di Solo. Awal-awal ngekost saja saya sudah punya masalah dengan sesama teman kost. Di rumah kost pertama saya di Makamhaji, ada empat penghuni baru, termasuk saya.Â
Awalnya saya bisa kok berteman dan bergaul baik dengan para maba. Kami bahkan beli perlengkapan ospek bareng-bareng di Pasar Klewer dan PGS. Tapi, nggak tahu tiba-tiba di kemudian hari salah satu dari mereka mengabaikan saya.Â
Alih-alih bertanya baik-baik ke teman yang sikapnya berubah itu, saya justru menambah masalah dengan menyindir dia dengan mengatainya ‘pesek’. Alhasil, hubungan kami semakin renggang dan malah seperti bermusuhan. Ditambah dua orang lainnya seperti lebih akrab sama dia daripada sama saya. Nggak punya teman deh, saya di kost.Â
Baca halaman selanjutnya…
Ingin mencari teman, tapi saya mageran