Dunia berputar semakin cepat tatkala kebutuhan hidup ikut meningkat. Kita selalu menyibukkan diri dengan berbagai macam resolusi setiap awal tahun. Berharap bisa mencapai segala keinginan. Resolusi dengan target baru atau target tahun lalu yang belum tercapai. Semua mengharap tentang pekerjaan yang jauh lebih baik.
Aku sebagai lulusan baru nggak banyak berharap akan pekerjaan baru yang bisa membuatku cepat kaya. Ya mau gimana lagi, gap lulus kuliah sama orang yang berpengalaman kan beda jauh. Jadi sejak awal, fokusku ya cuma mementingkan bagaimana cara agar aku bisa belajar dan memperbanyak pengalaman. Bagi lulusan baru akuntansi, kerja sebagai auditor bisa jadi ‘batu loncatan’ untuk berkarir secara profesional di dunia kerja.
Auditor bertugas memeriksa laporan keuangan dari sisi bisnis suatu perusahaan secara umum dan menyeluruh. Mereka biasanya menggunakan metode-metode tertentu untuk menguji laporan keuangan perusahaan apakah sudah layak atau belum. Di bidang akuntansi sendiri, semua pencatatan dan laporan keuangan memiliki standar yang berlaku. Perlakuan pencatatan, pengakuan, sampai pembukuan harus berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.
Tugas auditor ini sangat krusial. Tidak banyak orang bisa melihat laporan keuangan perusahaan hingga memeriksanya karena masalah kerahasiaannya. Jika ada temuan salah menyajikan akun tertentu di dalam laporan keuangan, tugas auditor yaitu perlu konfirmasi dan mempertanyakan.
Dari penjelasan tersebut, apakah tugasnya sederhana karena hanya cek sana dan cek sini? Tidak semudah itu. Auditor juga bisa mengalami human error. Namanya juga manusia, kan. Kerjaannya di depan laptop terus jadi ya ada saja faktor yang membuat auditor jadi error. Auditor harus berhati-hati dan bersikap profesional.
Saat peak season tiba
Kita kembali lagi dengan resolusi awal tahun. Auditor cuma minta dua hal aja. Apa itu? yaitu kuat saat menghadapi peak season dan rezeki yang cukup saat bekerja.
Peak season merupakan masa paling sibuk sebagai auditor. Pada masa ini auditor harus mengaudit laporan keuangan secara menyeluruh. Biasanya mereka akan menangani tiga hingga lima klien bersamaan. Alhasil, banyak dari auditor memilih untuk lembur agar dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
Pada masa inilah tantangan auditor dimulai. Prosedur yang dikerjakan belum tentu dapat berjalan dengan lancar. Bisa saja kurang komunikasi antar tim atau klien, ada kendala dari klien, atau kejadian di luar rencana audit.
Menurut staf di kantor akuntan publik tempatku bekerja, masa peak season adalah masa paling sensitif dari seorang auditor. Mereka bisa saja marah saat saat diberi pertanyaan atau jawaban yang tidak bermutu. Belum lagi harus menghadapi klien yang permintaannya banyak. Masih bersyukur kalau klien bisa diajak kerja sama.
Ada klien yang sulitnya minta ampun saat diminta data untuk diaudit. Bahkan ada pula yang sukanya marah-marah kalau sampai auditor tahu banyak tentang perusahaan kliennya. Lembur pun tidak main-main. Bisa dua sampai tiga hari berturut-turut nggak pulang ke rumah karena harus membuat laporan dan release.
Tak jarang, banyak auditor yang bisa saja terserang penyakit akibat lelahnya bekerja. Ini yang harus menjadi perhatian bagi orang-orang yang bekerja sebagai auditor. Kehidupan mereka jauh dari work life balance. Walaupun demikian, ada juga auditor yang tetap bisa mengatur kehidupannya sedemikian rupa agar tetap waras sepanjang mereka berkarir.
Di balik kerasnya bekerja sebagai auditor, kita bisa jalan-jalan gratis, makan gratis, dan dapat uang lembur. Tapi itu hanya bonus saja ya. Sisanya, ilmu yang didapatkan juga bertambah seiring dengan jam terbang menangani perusahaan klien dengan beragam industri.
Laurentius Romy Kameubun
Gamping, Sleman
[email protected]