Sudah saatnya Wonosobo lebih dilirik
Wonosobo memang nggak sepopuler Jogja. Kita semua tahu itu. Tapi justru karena itu, Wonosobo jadi terasa lebih tulus. Nggak terlalu riweh. Dan tentu saja tidak ada yang menyapa hanya karena berharap review bintang lima.
Jika disimak, Wonosobo juga belum dilanda kemacetan parah. Belum perlu ada antrean berjam-jam hanya untuk makan pisang goreng. Kemacetan mungkin ada, tapi masih masuk akal. Yang ramai hanya sekitar Dieng. Untuk kotanya sendiri masih aman untuk wisata.
Saya tidak bilang Jogja jelek. Tidak juga menyuruh semua orang pindah destinasi. Tapi kalau kamu ingin liburan yang lebih manusiawi, yang warganya masih bisa diajak ketawa dan ngerokok bareng di pinggir jalan, mungkin sudah waktunya melirik Wonosobo.
Satu pesan penting dari saya: kalau ke Wonosobo, jangan cuma ke Dieng. Rasakan kotanya. Jalan di alun-alunnya. Ngobrol sama tukang ojek dan penjual makanan di sana. Karena di situ kamu akan tahu, bahwa ramah itu bukan tentang slogan wisata, tapi tentang kebiasaan warganya.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















