Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Unpopuler Opinion: Menabung Adalah Sumber Kemiskinan dan Kejahatan pada Kemanusiaan

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
14 September 2021
A A
Cara yang Saya Lakukan Saat Menabung di Celengan agar Prosesnya Menyenangkan terminal mojok.co

Cara yang Saya Lakukan Saat Menabung di Celengan agar Prosesnya Menyenangkan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sekali lagi, saya perlu memberi disclaimer pada tulisan saya. Apalagi saya membahas sebuah budaya yang sudah berlangsung sejak era prasejarah. Segala yang saya tulis ini pasti sulit Anda terima. Namun, saya ingin menyampaikan sudut pandang alternatif tanpa bermaksud black campaign pada budaya luhur ini.

Budaya yang saya maksud adalah menabung. Sejak kecil kita sudah diajarkan betapa pentingnya menabung. Bahkan sejak SD, kita sudah dipercayakan buku tabungan sebagai bagian pengembangan diri. Konsep menabung dan hidup hemat selalu diwartakan, sampai ada seminar perkara menabung ini.

Namun, tidak selamanya menabung itu hal mulia. Jika kita bicara dalam lingkup luas, hal ini adalah kejahatan kepada kemanusiaan. Menabung adalah sumber kemiskinan dan ketimpangan sosial.

Mungkin pandangan ini mengingatkan pada Sudjiwo Tedjo. Dalam acara A Day With Sudjiwo Tedjo, seniman kontemporer ini menyatakan bahwa menabung itu meragukan Tuhan. Sudjiwo Tedjo juga menyatakan bahwa jika Anda ada uang, segera gunakan. Pandangan ini jelas memicu pro dan kontra, apalagi disuarakan sosok yang dipandang sebagai guru.

Akan tetapi, saya kurang berminat pada pandangan Mbah Djiwo ini. Pendekatan Mbah Djiwo memang dalam konsep ilahiah. Padahal, menabung ini bukanlah perkara spiritual saja.

Pertama, tentu kita pahami konsep menabung. Aktivitas ini adalah upaya menyisihkan sedikit barang pemenuhan hidup untuk digunakan di masa mendatang. Dulu manusia menabung bahan pangan untuk dikonsumsi pada masa paceklik. Lalu kehadiran alat tukar mengubah konsep penyimpanan ini menjadi menabung hari ini.

Dari konsep di atas, ada upaya pengepulan sumber daya oleh segelintir individu. Baik pangan sampai uang, semua dikepul dan dikonsumsi ketika sangat membutuhkan. Dan konsep inilah yang membuat menabung itu kejahatan secara idea.

Kejahatannya tentu di bagian mengepul tadi. Pasalnya, yang ditabung atau dikepul adalah sumber daya moneter. Pola ini membuat tidak semua orang bisa mengakses sumber daya yang ditabung. Yang terjadi tentu saja monopoli sumber daya dan modal. Uang yang bisa jadi alat tukar banyak orang ini dimonopoli oleh mereka yang menabung.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Dengan menyimpan uang ini, perputaran uang makin sempit di ranah perbankan. Uang ini menjadi sumber permodalan segelintir orang tadi. Dan karena karakter monopolistik ini, banyak orang yang tidak punya akses menuju sumber daya kapital ini. Pada akhirnya, orang-orang terjebak dalam kemiskinan karena keterbatasan akses ini.

Mau sekeras apa pun bekerja, kalau tidak punya akses ke sumber daya kapital, ya sama saja. Lihatlah orang-orang yang mengemis atau jadi buruh lepas sepanjang hidup. Mereka bekerja lebih keras dari orang-orang dengan tabungan miliaran, tapi tetap di bawah garis kemiskinan. Sedangkan yang memiliki tabungan tadi bisa memanfaatkan sumber dayanya sebagai modal usaha atau sekadar deposito. Dan dengan berdiam, tabungan tadi menghasilkan pendapatan.

Mungkin ini susah diterima. Apalagi menabung selalu dipromosikan sebagai perbuatan mulia. Tentu kita akan sulit membenci menabung karena penanaman ide sejak kecil. Seperti kolom komentar di salah satu cuitan Mas Puthut EA. Banyak yang menyerang pandangan (yang kayaknya cuma iseng) Mas Puthut dengan menyebut menabung sebagai, “Sedia payung sebelum hujan”.

Nah, inilah yang membuat menabung menjadi hal normal. Kita diajarkan untuk mengepul sumber daya atas ketakutan pada ketidakpastian masa depan. Kita diminta melakukan ini untuk survive di kemudian hari. Apakah ini salah? Tentu tidak ketika kita bicara sistem moneter hari ini.

Semua dinilai dengan harga. Dari celana dalam, nasi, sampai sepetak tanah kini dihargai dengan uang. Sedangkan nilai fungsi dari objek tadi sudah luruh di benak kita. Gampangnya, Sisca Kohl membuang-buang makanan itu sah-sah saja. Karena ia mampu membeli makanan tadi. Sedangkan fungsi makanan sebagai sumber energi tubuh sudah luruh.

Nah, kembali ke urusan menabung, pola pikir di atas ini adalah alasan kita melakukan hal itu. Lantaran semua dinilai dengan harga, maka kita berlomba-lomba menemukan cara untuk mengakses sumber daya (baca: mencari uang). Perlombaan ini disempurnakan dengan mental mengepul seperti menabung.

Tidak ada mental simbiosis mutualisme lagi dalam benak kita. Yang ada hanya takut dan takut besok tidak bisa makan. Yah Mbah Djiwo ada benarnya. Tapi di luar konsep kebatinan yang embuh, realitanya menunjukkan bahwa hal ini memang sebuah kejahatan.

Tapi siapa yang salah? Tentu saya tidak akan menunjuk orang-orang yang menabung. Toh, hari ini mau tidak mau kita harus berebut dan mengepul sumber daya. Orang-orang perbankan juga tidak bisa disalahkan. Mereka hanya memenuhi kebutuhan pasar.

Yang terjadi adalah sebuah sistem yang terpelihara setua peradaban. Kita semua berdiam dengan nyaman seperti katak yang direbus. Selama sistem moneter masih menuntut adanya persaingan dan bukan simbiosis, semua akan mengepul uang. Ketika semua diminta berkompetisi untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar, semua akan terus menimbun kekayaan. Dan ketika seseorang dinilai dari kepemilikan sumber daya, kita tidak akan beranjak dari kejahatan kemanusiaan bernama menabung ini.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 September 2021 oleh

Tags: Menabungpilihan redaksisumber kemiskinan
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Losmen Bu Broto: Kupas Tema Prasangka dalam Keluarga terminal mojok.

Losmen Bu Broto: Kupas Tema Prasangka dalam Keluarga

22 November 2021
Menangis di Stasiun Shinjuku, Stasiun Tersibuk di Dunia

Menangis di Stasiun Shinjuku, Stasiun Tersibuk di Dunia

24 Mei 2023
Pertigaan Fishipol UNY, Tempat Berkumpulnya Gondes Tukang Catcalling yang Meresahkan!

Pertigaan Fishipol UNY, Tempat Berkumpulnya Gondes Tukang Catcalling yang Meresahkan!

27 Agustus 2024
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

27 November 2023
4 Episode Upin dan Ipin yang Bikin Saya Menyesal Telah Menontonnya Mojok.co

4 Episode Upin dan Ipin yang Mengecewakan

1 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.