Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Trotoar Jatinangor Bukan Tempat Jalan Kaki, tapi Tempat Uji Kekebalan Tubuh dan Memperpendek Usia

Dodik Suprayogi oleh Dodik Suprayogi
27 November 2025
A A
Trotoar Jatinangor Tempat Paling Celaka di Muka Bumi (Wikimedia Commons)

Trotoar Jatinangor Tempat Paling Celaka di Muka Bumi (Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Sore itu, niat saya hanya sederhana. Saya ingin mencari udara segar, membakar sedikit kalori setelah seharian duduk, dan menikmati keramaian trotoar Jatinangor yang khas dengan jalan kaki santai.

Saya salah besar, ritual berjalan kaki ternyata berubah secara paksa menjadi sesi uji nyali. Seolah-olah saya sedang mengikuti seleksi stuntman tanpa bayaran. Dalam jarak tempuh hanya dua kilometer, saya mencatat beberapa kali hampir celaka diserempet motor lawan arah dan disiksa oleh arogansi mobil yang parkir tanpa nurani.

Hal yang paling menggelikan, Jatinangor itu kota pendidikan. Di sini berdiri kampus-kampus bergengsi seperti Unpad, ITB, dan bahkan institut kedinasan sekelas IPDN. Logikanya, area yang dihuni ribuan intelektual muda dan calon pemimpin ini seharusnya memiliki tata kota yang ramah, minimal untuk pejalan kaki.

Namun, kenyataannya, trotoar Jatinangor adalah lelucon tata ruang. Ia sama sekali bukan ruang aman. Ini bukan lagi soal jalan kaki, ini adalah medan perang aspal, tepat di jantung intelektual Jawa Barat.

Lebar trotoar Jatinangor yang nggak ideal dan menerbitkan dosa

Dibangun dengan dana yang pasti tidak sedikit, lebar trotoar Jatinangor terasa seperti hasil kompromi yang merugikan. Lebarnya hanya cukup untuk satu orang berjalan normal. Begitu berpapasan dengan tiang listrik atau tenda pecel lele ruang gerak langsung habis.

Ironisnya, lebar yang pas-pasan ini malah dianggap cukup oleh motor lawan arah untuk menyelinap. Mereka memaksa saya yang berjalan kaki dengan hak penuh untuk mengalah bahkan turun ke bahu jalan.

Mobil parkir di trotoar

Jika motor mencuri hak pengguna trotoar Jatinangor dengan bergerak, mobil mencuri hak dengan diam. Saya sering menemukan mobil-mobil mewah hingga mobil keluarga yang santai saja diparkir tepat di badan trotoar. Atau setidaknya di bibir trotoar sehingga mematikan hak jalan saya.

Sopirnya turun, mengunci mobil, dan pergi belanja tanpa raut rasa bersalah. Saya terpaksa turun ke jalan raya, di mana laju kendaraan sedang tinggi. Anehnya ruang parkir di sini juga justru digunakan untuk lapak berjualan, logika yang terbalik.

Baca Juga:

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Motor lawan arah di trotoar Jatinangor seolah ini jalur bypass

Ini adalah teror paling intens. Trotoar Jatinangor berubah menjadi jalur ekspres bagi motor yang malas mengantre. Mereka melaju berlawanan arah dengan kecepatan tinggi, membunyikan klakson seolah-olah saya adalah rintangan yang harus disingkirkan.

Pengalaman hampir diserempet tiga kali dalam sekali jalan sore sudah cukup membuktikan bahwa pengendara motor di sini menganggap trotoar sebagai jalur bypass pribadi mereka. Nyawa pejalan kaki adalah risiko yang harus kami tanggung sendiri.

PKL menduduki trotoar Jatinangor

Selain motor dan mobil, trotoar Jatinangor juga harus berbagi dengan gerobak dan lapak PKL. Saya menghargai usaha mereka. Tapi, ketika satu petak trotoar sudah diduduki oleh gerobak, tempat duduk, dan tumpukan barang dagangan, ke mana lagi saya harus berjalan?

Situasi ini memaksa saya untuk semakin sering turun ke jalan raya, memperpendek umur saya demi kenyamanan komersial.

Suara knalpot geng motor saat malam tiba

Saat malam menjelang, trotoar Jatinangor ini semakin suram dan bising. Suara knalpot brong dari rombongan motor mengubah Jatinangor menjadi ajang pamer kebisingan.

Getaran suara knalpot itu tidak hanya mengganggu telinga saya, tetapi juga menambah teror fisik bagi yang masih nekat berjalan kaki. Trotoar, yang seharusnya tenang, kini menjadi sarana uji coba sound system ilegal yang menyiksa telinga.

Berjalan kaki di trotoar Jatinangor bukan kegiatan rekreasi, melainkan kegiatan revolusioner. Di tengah hiruk pikuk intelektualitas dan kemajuan ilmu pengetahuan yang dijanjikan oleh Unpad, ITB, dan IPDN, ironisnya infrastruktur dasar untuk mobilitas manusia justru berada di titik nol.

Kami, sebagai pejalan kaki, tidak meminta karpet merah, kami hanya meminta pengembalian fungsi trotoar sebagai hak publik yang aman. Selama motor masih bebas ngebut lawan arah, mobil masih seenaknya parkir, dan PKL masih berdagang di atas ubin, trotoar ini akan tetap menjadi fasilitas imajiner.

Saya berharap, sebelum ada korban jiwa sungguhan, pihak berwenang di Jatinangor segera sadar bahwa trotoar yang mereka bangun bukan tempat uji kekebalan tubuh, melainkan tempat kami seharusnya bisa menikmati hak untuk hidup dan berjalan dengan tenang. Sampai saat itu tiba, saya memilih untuk berjalan di dalam mimpi saja.

Penulis: Dodik Suprayogi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Bahaya bagi Jatinangor Jika Kampus Menghilang, Bakal Menjadi Daerah Paling Sepi di Jawa Barat

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 November 2025 oleh

Tags: bahaya trotoar JatinangorIpdnITBjatinangorJawa Baratkampus di trotoar Jatinangorpkl di trotoar Jatinangortrotoar jatinangorunpad
Dodik Suprayogi

Dodik Suprayogi

Pegiat pertanian yang sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Trisakti.

ArtikelTerkait

Tasikmalaya Nggak Kalah Cocok untuk Slow Living tapi Sayang Namanya Jarang sampai ke Kuping

Tasikmalaya Nggak Kalah Cocok untuk Slow Living tapi Sayang Namanya Jarang sampai ke Kuping

23 Februari 2025
Ridwan Kamil, ibu kota Jawa Barat pindah ke Cikarang saja (Unsplash.com)

Ridwan Kamil, Cikarang Bakal Cocok Jadi Ibu Kota Jawa Barat

16 Oktober 2022
4 Hal Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa Unpad terminal mojok

4 Hal Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa Unpad

26 November 2021
Calo Kerja, Sisi Gelap di Balik Gemerlapnya Cikarang Kota Industri

Calo Kerja, Sisi Gelap di Balik Gemerlapnya Cikarang Kota Industri

21 Desember 2023
Jalan Dr Setiabudi, Jalan Megah di Kota Bandung yang Paling Menyengsarakan Pengendara

Jalan Dr Setiabudi, Jalan Megah di Kota Bandung yang Paling Menyengsarakan Pengendara

28 Juli 2024
Dayeuhkolot, Pusat Pemerintahan Bandung yang Terlupakan terminal mojok

Dayeuhkolot, Pusat Pemerintahan Bandung yang Terlupakan

29 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.