Padahal masih menggunakan provider yang sama, kok bisa harga paket internetnya beda? Kenapa nggak sama rata saja? Apa yang mendasari perbedaan itu, wahai Telkomsel?
Sebagai sebuah provider yang dibawahi langsung oleh pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN), anggapan bahwa sinyal Telkomsel menjadi yang terbaik di antara provider-provider swasta lainnya menyebar luas di kalangan masyarakat. Sinyal kuat, internet cepat, menjadi idaman semua kawula muda.
Meskipun di rumah dua kakak ipar saya—satu di Ampel, Boyolali dan satu di Tasikmadu, Karanganyar—agak lemot, saya masih tetap setia dan nggak ada sedikitpun niat untuk menggunakan provider lain. Walaupun saat di sana, ya, saya harus luntang-lantung karena handphone saya tidak bisa digunakan untuk apa-apa. Bagaimana ya, hidup tanpa kuota bagai taman tak berbunga~
Kunjungan saya ke rumah dua kakak ipar itu terbilang jarang, paling cuma beberapa kali saja, itu pun jarang menginap. Maka dari itu, saya memutuskan untuk bersabar ketika di sana. Pun, kalau ada hal urgen yang harus segera saya kirimkan dan memerlukan akses internet, ya tinggal minta tethering saja, hehe.
Namun, daripada masalah sinyal yang sepengalaman saya kurang merata, ada hal yang lebih pantas untuk saya suarakan kepada pemilik Telkomsel ini. Saya nggak kenal sama beliau, saya juga belum browsing siapa nama beliau, tapi saya ingin mengeluhkan masalah ini melalui tulisan saja. Siapa tahu, salah satu pembaca kenal dengan beliau dan aspirasi saya dapat didengar secara empat mata.
Masalah yang saya maksud adalah diskriminasi harga. Saya nggak tahu kenapa harga paket internet antara pengguna satu dengan pengguna lainnya berbeda. Tidak dijelaskan secara rinci, apa yang menjadi penyebab perbedaan harga itu. Ketimpangan harga ini saya rasakan, bahkan pada dua nomor Telkomsel milik saya sendiri.
Baca halaman selanjutnya
Harga bisa beda gini gimana ceritanya?