Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Teknologi

Telepon Ditakuti Anak Muda, Banyak yang Lebih Nyaman “Bicara” Melalui Chat

Ken Elsaning Savitri oleh Ken Elsaning Savitri
20 September 2024
A A
Telepon Ditakuti Anak Muda, Lebih Nyaman Bicara Melalui Chat

Telepon Ditakuti Anak Muda, Lebih Nyaman "Bicara" Melalui Chat (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sadar nggak sih kalau kebanyakan anak muda sekarang menghindari telepon dan merasa lebih nyaman “bicara” melalui chat?

Dulu, ketika saya masih SD, telepon adalah alat komunikasi yang paling sakti. Kebetulan di rumah saya kala itu ada telepon rumah statis yang available untuk digunakan. Saya sering sekali menelepon teman sekelas untuk sekadar bertanya, “Ada PR nggak?” atau hal lainnya yang kalau dipikir-pikir sekarang kurang penting.

Seiring dengan perkembangan zaman, telepon bergeser ke genggaman. Jadi lebih canggih, lebih ringas, tapi… semakin ditakuti.

Betul, kalian nggak salah baca. Ditakuti. Sebagian besar generasi muda sekarang—terutama yang tumbuh besar dengan YouTube, TikTok, dan segala hal sophisticated lainnya—malah nggak nyaman kalau diminta telepon langsung. Kebanyakan lebih suka chat atau voice note.

Kenapa telepon ditakuti saat ini?

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya bisa menilai bahwa telepon itu menyeramkan. Kenapa? Kondisinya sering banget saya lagi duduk santai, scrolling IG sambil tiduran, tiba-tiba nama Bos nongol di layar dengan ikon telepon berdering yang secara mutatis mutandis membuat perut langsung mules.

Astaga, ada apa ini? Kenapa telepon? Disuruh apa lagi nih? Semua pertanyaan nggak penting yang nyerempet overthinking berloncatan di kepala dalam hitungan detik. Rasanya, detik itu juga kamu pengin balik ke zaman Flinstone yang semuanya masih pakai batu.

Sebenarnya apa yang terjadi? Padahal kan kalau dipikir-pikir, tinggal angkat telepon dan bilang, “Halo, Pak?” Tapi buat generasi sekarang, termasuk saya, mengangkat telepon rasanya seperti disuruh public speaking di depan orang sekampung. Halah.

Takut nggak ada skrip

Lagi-lagi berdasarkan pengalaman pribadi, menurut saya metode komunikasi tertulis a.k.a chat memberikan kita privilese: bisa mengetik, hapus, lalu mengetik lagi sebelum mengirim. Salah ketik bisa langsung dibenerin. Kalau nggak yakin mau ngomong apa, bisa ngeles dulu. Ada jeda waktu untuk berpikir.

Baca Juga:

Lamongan, Kota yang Tak Pernah Lahir untuk Menjadi Rumah bagi Anak Mudanya

Alasan Saya Tidak Suka Menerima Telepon Tanpa Janjian Dulu

Sementara kalau telepon, kita harus langsung tahu apa yang mau dikatakan, dan sialnya, nggak ada tombol “undo”. Mau nggak mau, apa yang terucap, ya udah terucap. Kalau mau diperbaiki, harus dikemas dalam kalimat permintaan maaf yang berlapis-lapis.

Selain itu, karena chat bentuknya tertulis, jadi ada “bukti” yang bisa kita simpan kalau sewaktu-waktu disalahin. Tinggal tunjukin saja buktinya, “Lha, waktu itu ngomong begini…” Beres, kan?

Voice note = zona aman dan nyaman

Nah, di sinilah voice note menjadi penyelamat. Mau ngomong langsung tapi nggak mau terlibat percakapan real-time? Voice note jawabannya! Kita bisa ngomong sebanyak mungkin, mengulang berkali-kali kalau perlu, lalu tinggal kirim.

Poin plusnya, nada bicara kita bisa tersampaikan dengan baik kepada lawan bicara. Jadi, meminimalisir salah paham seperti saat sedang telepon. Yang penting, kita sudah ngobrol tanpa ada rasa mules menunggu jawaban di detik itu juga.

Gimana dengan fenomena saat ini?

Sebetulnya, fenomena takut telepon ini bukan sepenuhnya soal takut bicara, tapi lebih ke arah perubahan pola komunikasi. Generasi sekarang tumbuh dengan budaya teks. Informasi diproses dalam bentuk tertulis, entah itu lewat WhatsApp, DM Instagram, atau bahkan meme yang lucu-lucu tapi penuh makna dan informasi.

Telepon menuntut kita untuk hadir, menjawab saat itu juga, dan langsung menanggapi, sementara teks memberi kita ruang untuk berpikir, mempertimbangkan, bahkan kabur sejenak kalau butuh. Telepon seperti menaruh kita di spotlight tanpa ada persiapan, sementara teks adalah panggung di mana kita bisa gladi dulu.

Kalau dipikir-pikir, ketakutan ini bisa dikelola jadi strategi hidup. Misalnya menjadikan budaya “takut telepon” sebagai perlawanan generasi. Kenapa harus telepon kalau bisa chatting? Kenapa harus bicara langsung kalau bisa diketik dan dibaca kapan saja?

Kebiasaan telepon langsung akan punah?

Jangan salah, telepon nggak akan punah. Tapi, mungkin ia bakal turun pangkat jadi alat komunikasi darurat. Kalau orang tua yang menelepon, berarti ada kabar penting. Kalau teman yang menelepon, siap-siaplah mendengarkan curhatan panjang lebar tentang drama hidupnya yang nggak bisa dijelaskan lewat chat. Sementara kalau pacar yang menelepon… ah, saya kurang tahu, soalnya saya jomblo.

Tapi pada akhirnya, menurut saya, generasi muda hanya ingin lebih praktis dan minim ketegangan. Mau nggak mau, telepon akan bergeser fungsinya, seperti halnya pager dulu yang akhirnya tumbang oleh SMS.

Jadi, kalau ada yang menelepon, jangan heran kalau anak muda zaman sekarang langsung panik. Karena buat mereka, telepon itu bukan lagi sarana komunikasi biasa. Itu adalah tantangan mental yang harus dihadapi dengan napas panjang dan persiapan batin.

Penulis: Ken Elsaning Savitri
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pacaran kok Wajib Chattingan Seharian, Hubungannya Waras Nggak, tuh?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 September 2024 oleh

Tags: anak mudachatkomunikasitelepon
Ken Elsaning Savitri

Ken Elsaning Savitri

Seorang yang suka mempersuasi orang lain, tapi gagal mempersuasi diri sendiri untuk hemat.

ArtikelTerkait

Penipu via Telepon Kalau Sudah Ketahuan kok Lebih Nyolot Dibanding yang Ditipu, sih?

Penipu via Telepon Kalau Sudah Ketahuan kok Lebih Nyolot Dibanding yang Ditipu, sih?

27 Februari 2020
ketawa

Mengenal Kepribadian Orang Lewat Caranya Ketawa Saat Chat

9 Agustus 2019
Mengungkap Alasan Mengapa Seseorang Menggerakan Anggota Tubuhnya Saat Berbicara via Telepon

Mengungkap Alasan Mengapa Seseorang Menggerakan Anggota Tubuhnya Saat Berbicara via Telepon

17 Desember 2019
5 Alasan Orang Suka Menumpuk Chat WhatsApp di HP Terminal Mojok

5 Alasan Orang Suka Menumpuk Chat WhatsApp di HP

18 November 2022
membalas pesan

Malasnya Berurusan Dengan Orang yang Online Tapi Enggan Membalas Pesan

2 Agustus 2019
toilet mal

Toilet Mal Sebagai Tempat Favorit Untuk Bercermin: Soalnya Selalu Terlihat Good Looking, sih

18 Juli 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.