Gelaran Piala Dunia yang berakhir memberi tahu kita akan banyak hal. Yang pertama, jelas, status GOAT Lionel Messi. Kita tak akan berdebat lagi. Fans CR7 tolong terima fakta. Yang kedua, penegasan bahwa “age is just a number” untuk Luka Modric. Kroasia boleh kalah, tapi tak ada yang menyangkal bahwa Modric tetaplah pemain yang mengerikan meski usianya jelas-jelas tak muda.
Luka Modric berusia 37 tahun. Hanya sedikit pemain yang masih tampil hebat di usia tersebut, dan lebih sedikit lagi pemain yang tetap luar biasa di usia tersebut. Dan ini jadi dilema, entah untuk Kroasia dan klub yang ia bela, Real Madrid.
Real Madrid jelas pusing. Trio gelandang mereka sudah menua. Casemiro sudah pergi menghabiskan masa tua dengan santai di klub semenjana, Kroos dan Modric tinggal menunggu kontrak mereka habis. Dan mau tak mau, mereka harus meregenerasi trio gelandang mereka. Tempat Casemiro biasa berdiri sudah diisi dengan hebat oleh Tchouameni. Tapi untuk tempat Kroos-Modric, ini masih jadi perdebatan.
Baiklah, Madrid punya Ceballos dan Camavinga. Tapi masih sering fans bicara tentang mencari pengganti Kroos dan Modric. Nama terakhir bahkan lebih kencang dibicarakan. Seakan-akan, mundurnya Modric adalah akhir dari Real Madrid. Masalahnya, situasinya tak menyenangkan untuk Los Blancos.
Modric jadi pemain yang hampir tak mungkin lagi diberi kontrak yang panjang, tapi jelas tak mungkin untuk tak dimainkan. Jelas ini jadi dilema. Tak mungkin memaksa pemain tua untuk tetap diperas tenaganya, sebagus apa pun. Tapi tak mudah juga menaruhnya di bangku cadangan.
Dan mau tak mau, yang klub lakukan adalah mencari penggantinya. Dan kita sebagai fans berharap sebisa mungkin, penggantinya ya carbon copy dari Modric. Tapi, bagi saya, itu jelas nggak mungkin.
Kenapa tidak mungkin? Sebab Modric itu adalah anomali dalam dunia sepak bola. Seperti Messi, Ronaldo, Mbappe, dan pemain hebat lainnya, Modric itu adalah satu dari keajaiban sepak bola. Mencari penggantinya, apalagi carbon copy, adalah tindakan sia-sia. Berapa banyak pemain yang digadang jadi the next Messi/Maradona/Zico/Pele dan jadinya gagal total?
Saya justru tak ingin mencari pengganti Modric. Trio baru nanti, tak boleh diberi embel-embel pengganti A, the next B, atau predikat-predikat lain. Biarlah Tchouameni dkk mencetak nama sendiri. Lagipula, mencari pengganti Modric itu sia-sia. Ia anomali, dan anomali jarang terjadi dua kali.
Bahkan jika nantinya Madrid tidak memakai formasi yang sama, tak masalah. Apa pun hasilnya, siapa pun pemain yang nantinya mengisi ruang Lukita, kita harusnya tak perlu ambil pusing. Kalau hasilnya hancur, ya sudah, itulah hukum alam. Tinggal cari pemain lagi, dan nggak harus juga yang mirip Lukita, nantinya malah terbebani.
Lihat kegagalan spektakuler Jovic, yang dibebani sebagai pengganti Cristiano Ronaldo. Madrid berusaha mencari the new fox in the box yang seperti Ronaldo, dan justru gagal meski Jovic bukanlah pemain yang buruk.
Pada akhirnya, ketika Madrid nanti tak lagi diperkuat Modric, ya, kita sebaiknya nggak usah berharap pemain baru nanti akan seperti Lukita. Siapa tahu trio baru nanti justru memberi kita permainan yang berbeda, dan tetap memberi gelar. Era sudah berganti, dan saatnya memberi waktu para pemain muda unjuk gigi.
***
Saya jadi teringat dialog Yanagi Shinji dengan Takeda Kousei di manga Worst!. Takeda ragu Armament generasi keenam nanti akan hancur. Tapi, Yanagi Shinji justru tak khawatir, karena kalau memang itu nasib dari Armament generasi keenam, ya sudah. Yang hancur bakalan hancur, apa pun yang kita lakukan, hasilnya akan sama saja.
Dan inilah yang saya pegang. Mau Bellingham, mau Enzo Fernandez, Locatelli, atau siapa pun itu yang didatangkan untuk mengisi pos Modric, saya tak begitu peduli. Andai hancur, ya sudah, Madrid pernah hancur, toh mereka akhirnya bangkit. Saya lebih bermasalah dengan ketakutan kita tentang pemain A tak akan bisa menggantikan Luka Modric. Sebab, ya, siapa yang bisa?
Apa pun bentuk Real Madrid setelah Luka Modric pergi nanti, ya sudah, terima saja. Real Madrid selalu punya petarung baru yang akan membela harga diri Santiago Bernabeu. Nggak usah takut kita nggak dapet pengganti Modric yang sepadan. Tim sebesar ini, nggak seharusnya takut karena kehilangan satu pemain.
Ingat, Madrid itu kaya, beli pemain itu masalah sepele. Nggak harus pake aktifin tuas ekonomi. Tinggal tunjuk, dapet. Kek gini kok khawatir to, Lur?
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bukan Ronaldo Atau Bale, Luka Modric Pemain Terbaik Real Madrid 3 Tahun Terakhir