Syarat pendaftaran magang mahasiswa zaman sekarang bikin repot. Tahu sih eranya media sosial, tapi nggak perlu semuanya di-repost juga kali!
Jenjang perguruan tinggi merupakan masa yang tepat bagi mahasiswa untuk mendapatkan banyak ilmu. Tak hanya melalui kuliah rutin, tapi juga melalui program dalam dan luar kampus. Misalnya, ikut organisasi, kepanitiaan, UKM, komunitas, dan yang akhir-akhir ini menjadi primadona adalah program magang mandiri.
Magang memang menjadi andalan para mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman ketimbang mengikuti organisasi. Bukan berarti organisasi nggak bagus ya, hanya saja magang menawarkan manfaat yang lebih diminati mahasiswa. Misalnya, skill yang diasah lebih spesifik dan mendalam karena mahasiswa mendapatkan pengalaman secara nyata dan dilatih oleh mentor yang berpengalaman. Selain itu, mahasiswa juga mengantongi pengalaman kerja, mendapatkan koneksi yang lebih luas, serta berpotensi memperoleh uang saku. Gimana nggak pengin coba?
Saya kira sejak sekitar tahun 2020, magang virtual sudah mulai bermunculan akibat pandemi Covid-19. Banyak sekali saya temukan program magang WFH untuk mahasiswa di Instagram, baik dari start-up baru, agensi, maupun organisasi non-profit baru. Posisi yang dibuka terkadang sangat banyak sehingga terlihat sangat menggiurkan. Apalagi ada embel-embel paid internship yang mana biasanya hanya ada di perusahaan-perusahaan besar. Kapan lagi coba ada tempat magang underrated yang menerapkan paid internship dengan posisi melimpah?
Sayangnya, kebanyakan calon peserta menghela napas setelah tahu syarat magang yang nirfaedah dan mbulet. Alih-alih mudah, daftar magang buat mahasiswa jadi terasa merepotkan.
Daftar Isi
Syarat magang pertama, disuruh upload Twibbon di media sosial
Sebelumnya saya pernah menulis artikel tentang upload Twibbon secara spesifik di Terminal Mojok, kalian bisa membacanya di sini. Nah, syarat pendaftaran magang yang satu ini memang bagi saya sebagai mahasiswa nggak guna banget. Saya paham kalau mau mendaftar magang itu harus percaya diri dan antusias, tapi ya nggak usah gini juga.
Media sosial itu ranah privasi. Sebagai pengguna, kita punya hak mau mengunci akun atau nggak, pakai foto profil atau nggak, nggak upload foto sama sekali, dll. Kalau mau daftar magang saja disuruh upload Twibbon, tentu hal ini bikin kaum yang sangat private menghela napas. Gimana nggak, mereka harus buka kunci akun Instagram misalnya. Lalu mengambil foto selfie dan upload Twibbon di feed yang sialnya nanti dilihat banyak orang. Kalau saya sih sebenarnya malu banget melakukan itu.
Selain itu, upload Twibbon ini juga merusak feed bagi mereka yang akunnya berisikan foto estetik. Kadang ada lho mahasiswa yang terpaksa harus bikin akun Instagram baru khusus untuk upload syarat-syarat magang.
Syarat kedua, repost poster di feed
Syarat magang kedua ini juga nggak kalah merepotkannya bagi mahasiswa. Malah tak jarang syarat ini bikin saya malas daftar magang lantaran persis seperti upload Twibbon, yaitu merusak privasi Instagram.
Memang sih repost poster ini nggak menunjukkan wajah dan karenanya jauh lebih aman. Tapi tetap saja repost poster ini merugikan karena merusak feed kita. Bagi orang-orang yang menjaga privasinya, syarat satu ini juga bikin kesel lantaran orang-orang jadi tahu mereka mau ngapain.
Kenapa sih daftar magang harus heboh? Memangnya seluruh followers saya harus tahu kalau saya sedang daftar magang di situ? Proses mencari pengalaman itu tersembunyi saja, ngapain orang-orang harus tahu? Bisa-bisa malah nambah saingan!
Syarat magang yang satu ini juga bikin saya sebagai seorang mahasiswa nggak habis pikir. Untuk apa juga share poster di grup WhatsApp atau Telegram dijadikan syarat daftar magang???
Saya mengerti, kok, kalau perusahaan atau organisasi yang mengadakan program magang memang butuh rekognisi sehingga kegiatan share poster ini bisa jadi sarana marketing juga. Tapi yang bener aja, dong. Masa iya kalian se-desperate itu sampai harus menyuruh calon peserta magang promosi ke grup WhatsApp atau Telegram?
Belum lagi ada syarat tambahannya juga, lho. Nggak tahu kenapa target grupnya harus ganjil, kalau nggak 3, harus 5 grup. Apakah ini Sunnah Rasul apa gimana? Ada juga yang mematok member minimal. Kalau satu grup isinya di bawah 20 orang, nggak valid. Buset, ini mau magang apa mau promosi?
Syarat magang mahasiswa terakhir, repost poster di story dan tag 5 teman
Nah, kalau syarat terakhir ini menurut saya nggak begitu memberatkan. Tapi buat beberapa orang mungkin syarat ini juga bikin malas daftar magang. Sudah oke nggak ada upload Twibbon sampai share poster ke grup WA, eh, ternyata ada pula syarat repost poster di Instastory dan tag 5 teman.
Lagi-lagi yang Instagram-nya dikunci, mendadak harus buka akunnya gara-gara syarat ini. Belum lagi kudu nge-tag 5 orang teman di kolom komentar. Padahal saya yakin, si admin perusahaan atau organisasi tempat daftar magang nggak bakal ngecek satu per satu. Capek, Gaes! Lha, kalau syarat gini saja sudah merepotkan calon peserta magang, gimana pihak perusahaan atau organisasinya coba? Saya ragu kalau mereka beneran mengecek satu per satu.
Itulah keempat syarat pendaftaran magang yang bikin calon kandidat mundur. Saya nggak habis pikir, kenapa harus dipersulit, sih? Sulitnya hampir sama kayak mau bikin KTP. Harus share sana sini dan di-screenshot jadi satu dokumen, lalu di-rename sesuai aturan. Bagi saya, harusnya perusahaan atau organisasi memberikan alur rekrutmen yang lebih cerdas. Misalnya, cukup isi form, tapi adakan FGD atau 2 kali interview. Saya rasa hasilnya bakal jauh lebih baik ketimbang merekrut mahasiswa magang yang ribet share poster sana sini.
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.