Surat Terbuka untuk Gubernur Baru Jogja: Semoga Lebih Baik ya, Pak!

Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik pemilihan gubernur jogja

Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik (Bangoland via Shutterstock.com)

Selamat untuk rakyat Jogja! Karena pada tahun 2022, Jogja (baca: Daerah Istimewa Yogyakarta) akan menjadi satu-satunya provinsi yang memiliki gubernur baru. Pengangkatan gubernur baru Jogja pada 10 Oktober 2022 ini pasti dinanti masyarakat. Tentu banyak yang berharap gubernur yang akan dilantik ini.

Maka bersama dengan surat ini, saya ingin menyapa, memberi semangat, dan tentunya, memberi ucapan selamat kepada gubernur Jogja yang “baru”. Siapa lagi yang butuh support moral lebih daripada gubernur di daerah serba istimewa. Beruntung juga sih, ada Sri Sultan, sang raja Jogja yang akan mendampingi dan membimbing kerja gubernur Jogja yang “baru” ini.

Banyak PR yang harus dikerjakan. Ya maklum, gubernur sebelumnya memang belum maksimal dalam menjaga Jogja tetap berhati nyaman. Apalagi gubernur kemarin kena tampar pandemi yang sukses mempermalukan Jogja. Tentu gubernur baru ini harus lebih trengginas, satset, presisi, dan ojo dumeh.

Dari urusan pembangunan saja, mohon Pak Gubernur segera memetakan kebutuhan. Masak yang dipoles dan dipercantik Alun-alun Utara lagi. Kan itu (katanya) halaman rumah Sultan. Pasti Ngarso Dalem tidak masalah kalau urusan halaman rumahnya tidak dibantu Pemprov.

Mending fokus di perbaikan fasilitas umum. Masak jalan utama di jantung kota sekelas jalan desa. Yang paling mencolok ya Jalan Mayor Suryotomo. Itu lho, yang depan Progo dan hotel Melia. Mosok jalur utama menuju Malioboro tidak ada perbaikan. Kasihan wisatawan yang jadi sumber pemasukan Jogja.

Belum lagi menyelesaikan polemik TPST Piyungan. Sudah beberapa kali pengangkatan gubernur, hasilnya masih saja sama. Sampai kapan Jogja yang termasuk penghasil sampah tinggi ini berharap pada sistem landfill? Bisa-bisa TPST ini harus diperluas sampai mengubur Gunungkidul. Makanya ini kesempatan Gubernur yang baru untuk menunjukkan kerja nyata!

Urusan keamanan dan ketentraman juga jadi PR. Klitih belum beres, dan tindakan preventif harus segera dilakukan. Masalahnya, gubernur kemarin kan hanya serba mengimbau. Nah, Pak Gubernur yang baru bisa belajar dari kesalahan sebelumnya, dan menciptakan formulasi baru dalam penanganan klitih. Yang jelas, harus sampai akar rumput. Toh mau ditangkapi juga tidak membuat pelaku klitih takut.

Masalah gesekan antarsuku dan ras ini juga jadi PR besar. Mosok geger gedhen Babarsari jadi annual event khas Jogja? Belum lagi gesekan antar supporter yang sampai menghilangkan nyawa. Bahkan dengan saudara satu daerah lho? Opo tumon, pak gub? Jogja ganti slogan menjadi “Jogja berhati panas”?

Padahal Jogja selalu digadang sebagai daerah ayem tentrem dan penuh keramahan. Kalau tidak ambil tindakan tegas, bisa-bisa para wisatawan mikir dua kali untuk menghamburkan uang di Jogja. Sekali lagi, sampai akar rumput Pak Gubernur!

Bicara daerah yang ayem tentrem, ternyata yang menggoyang bukan hanya isu rasial. Isu agama juga mulai menunjukkan riaknya. Dari perusakan tempat ibadah sampai pemaksaan jilbab itu cuma riak lho. Jadi maklum saja kalau urusan toleransi, Jogja kalau jauh dengan Salatiga. Bahkan pernah menyandang gelar kota paling tidak toleran versi Wahid Foundation.

Padahal peran kepala daerah sangat penting dalam urusan toleransi. Jadi, monggo dipertimbangkan usaha yang bisa meningkatkan toleransi. Kalau hanya seminar dan bikin spanduk, apa bedanya dengan gubernur Jogja sebelumnya?

Tapi dari semua itu, ada satu hal yang ingin saya sampaikan ke gubernur baru Jogja. Pertanahan pak, urusan papan. Harga tanah yang tidak terkontrol sudah sampai pada titik sulit terbeli. Bahkan untuk daerah pinggiran sekalipun. Padahal hidup di pinggiran Jogja itu tidak mudah. Transportasi umum seadanya dipadukan jalanan rusak dan penuh simpang jalan.

Saya tidak akan bahas UMR. Bahkan dengan UMR Jakarta sekalipun, tetap tidak mudah untuk punya rumah di Jogja. Kecuali menunggu warisan orang tua atau mertua, baru generasi muda Jogja bisa punya rumah.

Tolong, Pak Gubernur Jogja. Beri regulasi tegas perkara harga tanah di daerah pemukiman. Jangan sampai fenomena harga tanah ini makin mencekik warga Jogja. Beri ambang batas harga jual beli tanah area pemukiman, sehingga tanah pemukiman tidak alih fungsi jadi tanah investasi konglomerat.

Perlu juga ada regulasi tentang rumah kosong. Kebanyakan orang ingin investasi rumah di Jogja. Imbasnya, banyak rumah kosong yang jadi sarang bertelur jin. Sedangkan masyarakat Jogja malah ketok goblok karena clingak-clinguk cari tanah dijual yang tak pernah terbeli.

Sebenarnya saya masih banyak sambat dengan gubernur baru Jogja. Tapi jangan sampai mood gubernur baru kita rusak sebelum dilantik Oktober mendatang. Pokoke, rakyat Jogja percaya pada Anda. Dan saya yakin, Sri Sultan HB X akan selalu mendampingi dan aktif membantu kerja gubernur baru Jogja.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version