Adakah Dana Istimewa untuk Sampah yang Tidak Istimewa? – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Pojok Tubir

Adakah Dana Istimewa untuk Sampah yang Tidak Istimewa?

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
14 Mei 2022
0
A A
Adakah Dana Istimewa untuk Sampah yang Tidak Istimewa?

Adakah Dana Istimewa untuk Sampah yang Tidak Istimewa? (Hariyanto Surbakti via Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Maukah pemerintah mengalokasikan Dana Istimewa untuk mengurus sampah, ketimbang habis untuk hal-hal yang tak berefek kepada masyarakat?

Jika kau sudi meninggalkan Instagram sebentar saja, dan masuk ke dalam diskusi anak-anak muda di burjonan atau warung kopi, tidak akan kau temukan romantisme Jogja di sana. Kau mau mencari sampai subuh pun, di benak mereka yang sudah gumoh akan romantisasi berlebihan, kota ini hanyalah sebuah kota yang perlu banyak dilakukan perbaikan.

Belum usai masalah klitih (kita harus tetap ingatkan hal ini kepada Pemda Jogja supaya tidak lupa bahwa klitih adalah pekerjaan abadi), kemacetan (ya, ini juga tugas rumah yang nyaris mustahil untuk diurai dalam waktu singkat), kini masalah sampah. Walau masalah sampah di TPST Piyungan itu bukan hal baru.

Tumpukan sampah di Piyungan (M Harits Fadhli via Shutterstock.com)

Warga pernah demo besar pada tahun lalu (5/7/2021). Piyungan mengungkapkan ada 180 Kepala Keluarga menolak rencana perluasan TPST ke sisi barat. Alasannya, area tersebut merupakan ruang hijau. Terdapat sumber air di sana. Kalau dibangun, justru akan membahayakan penduduk di sekitar.


Dan tahun ini, masalah makin parah. Warga memblokade TPST Piyungan dan Jogja dinyatakan darurat sampah. Jika kau anggap tiap sudut Jogja adalah kenangan, mohon maaf, saat ini tiap sudut Jogja adalah tumpukan sampah. Demo, penutupan secara paksa oleh warga, dan pemerintah yang selalu memandang remeh perihal sampah menjadi masalah menahun.

Dalam kondisi penuh sampah, akun-akun buzzer romantisasi tidak mungkin membuat tumpukan sampah menjadi sesuatu yang romantis. Tidak mungkin mereka bikin caption macam ini, “Jogja terbuat dari secarik rindu, seberkas kenangan, dan setumpuk sampah.”

Namun, kalau tugas akun-akun itu memang meromantisasi apa pun—bahkan kesenjangan sosial di Jogja saja mereka romantisasi—saya tidak akan nggumun ketika ujug-ujug mereka meromantisasi sampah di Jogja, ya karena meromantisasi apa-apa yang ada di Jogja adalah tugas mereka.

Kembali ke hal sampah, Sekda DIY menyatakan sulit mencari tempat lain selain TPST Piyungan. “Hal itu agak sulit dilakukan mengingat belum ada tempat lain yang dapat menggantikan TPA Piyungan,” dikutip dari CNN Indonesia.

Ia menambahkan bahwa itu bukan hanya masalah hulu, namun juga hilir. Masalah pemilahan sampah juga faktor menentukan. Tentu saja saya setuju. Namun saya juga ingin bertanya, seberapa besar usaha Pemda untuk mensosialisasikan hal ini? Berapa besar presentasi sosialisasi itu menyasar ke masyarakat secara luas? Pun seberapa persen kira-kira masyarakat yang sudah menerapkan apa yang sudah disosialisasikan tersebut?

Sepanjang peradaban manusia berlangsung, soal sampah memang tidak pernah istimewa. Sampah yang dihasilkan manusia modern itu menyebabkan kerusakan alam. Tidak seperti Kjokkenmoddinger, sampah dapur berupa tumpukan kerang pada Zaman Mesolitikum yang dijadikan sebuah “pembelajaran”. Sampah pada zaman kiwari adalah permasalahan.

Kjokkenmoddinger (Shutterstock.com)

Ketidakistimewaan perihal sampah, apakah itu menjadikan urusan sampah tidak pernah melibatkan sebuah dana yang katanya istimewa tersebut? Sampah memang tidak seindah Tugu Pal Putih. Sampah juga tidak segagah pagar yang mengelilingi Alun-alun Utara.

Namun, saya rasa, urgensi perihal sampah lebih mendesak ketimbang revitalisasi dan pembangunan hal-hal remeh yang tidak bertautan dengan keberlangsungan masyarakat. Dana Istimewa yang cal-cul dilepaskan miliaran untuk pembangunan pusat kota, ada baiknya dialokasikan untuk pengurusan sampah.

Baiklah, akan ada dalih Dana Istimewa yang diperuntukan pembangunan-pembangunan pusat itu ada gunanya untuk masyarakat dan wisatawan. Tapi, argumen tersebut gugur sebab di TPST Piyungan sana, ada masyarakat yang jauh dari peluk istana. Jika hujan, mereka akan kebanjiran air lindhi atau sampah. Belum lagi limbah berbahaya yang diakui oleh Sekda DIY bahwa masalah sampah itu juga ada di hulu, yakni pemilahan sampah. Lalu, di bagian mana Dana Istimewa itu berguna untuk masyarakat?

Menurut data statistik Eurostat, setiap tahun, masyarakat Uni Eropa membuang tiga miliar ton sampah, 90 juta ton di antaranya adalah sampah beracun. Mereka memperbaiki cara pengawasan di hulu dan hilir pembuangan sampah.

Kalau di Amerika, menurut data Lembaga Perlindungan Lingkungan AS (Environmental Protection Agency) pada 2010 penduduk Amerika menghasilkan 250 juta ton sampah padat. Yang patut dicontoh adalah program mereka mengatasi sampah. Mereka punya bayangan sepuluh hingga dua puluh tahun lagi, kala kapasitas sampah sudah kian membeludak, mereka harus melakukan apa.

Jangan bilang bahwa Eropa dan Amerika itu negara kaya, tidak cocok untuk diterapkan di kota kere seperti Jogja. Sebab, mana ada kota kere yang bangun pagar saja habis dua miliar lebih? Jika uang ada, berarti yang patut dipertanyakan ya jelas kapasitas mereka dalam membuat kebijakan.

Kita paham, permasalahan sampah ini adalah fenomena global yang harusnya dipandang secara lebih luas. Jika pemerintah kita melulu membuang muka dan hanya melihat keindahan pusat kota, Jogja akan ditelan bulat-bulat oleh sampah dalam beberapa tahun ke depan.

Jika Istilah Klitih Diganti, Apakah Jogja Akan Lebih Baik-baik Saja? Terminal Mojok.co
Kawasan Tugu Jogja (Shutterstock.com)

Anak cucu kita kelak, mungkin ia akan melihat gagahnya pagar Alun-alun Utara. Namun ketika menengok ke arah lain, mereka akan melihat gunungan sampah di pusat kota. Kaki mereka akan bermain dengan cara menginjak sampah. Hidung mereka akan terus dihantui oleh bau panguk sampah. Sehat adalah hal mahal, rasanya mengeluarkan miliaran untuk mengurus sampah, itu hal kecil bagi pemerintah yang gemar mencari cuan saat liburan.


Apalagi, ketika mereka punya Dana Istimewa yang bisa saja dikucurkan untuk hal yang lebih jelas urgensinya. Itu kalau mereka mau sih. Catat, kalau mau lho yaaa.

Penulis: Gusti Aditya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Warga Jogja Jangan Mimpi Kaya kalau Separuh Gajinya untuk Ongkos Transpor

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 Mei 2022 oleh

Tags: Dana Istimewapilihan redaksiTPST piyunganYogyakarta
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

Artikel Lainnya

Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink Terminal Mojok.co

Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink

23 Mei 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022
4 Kesamaan Bekasi dengan Yogyakarta

4 Kesamaan Bekasi dengan Yogyakarta

21 Mei 2022
Surat Terbuka untuk Seluruh Pendukung Liverpool: Apa pun Hasilnya, Tetaplah Jatuh Cinta

Surat Terbuka untuk Seluruh Pendukung Liverpool: Apa pun Hasilnya, Tetaplah Jatuh Cinta

21 Mei 2022
Daihatsu Luxio dan Stigma Mobil Murahan yang Melekat Terminal Mojok

Daihatsu Luxio dan Stigma Mobil Murahan yang Melekat

19 Mei 2022
Yeom Bersaudara 'My Liberation Notes' dan Fenomena N-po Generation Terminal Mojok

Yeom Bersaudara ‘My Liberation Notes’ dan Fenomena N-po Generation di Korea Selatan

18 Mei 2022
Pos Selanjutnya
Qatar, Piala Dunia, dan Perbudakan Modern dalam Sistem Kafala

Qatar, Piala Dunia, dan Perbudakan Modern dalam Sistem Kafala

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran
    by Yvesta Ayu on 23 Mei 2022
  • Affandi dalam Pusaran Bulan Mei dan PKI
    by Ali Ma'ruf on 23 Mei 2022
  • Berhasil Merajut Transportasi Nusantara, Menhub Dianugerahi Gelar Doktor Hc dari UGM
    by Yvesta Ayu on 23 Mei 2022
  • Sultan Lantik Pj Walikota Jogja dan Pj Bupati Kulon Progo
    by Yvesta Ayu on 22 Mei 2022
  • 46 Tahun PSS Sleman: Masuk Dunia Metaverse tapi Manajemen Masih Lelet 
    by Gusti Aditya on 22 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In