Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Program Pinjaman Kuliah atau Student Loan: Sebuah Solusi, Ilusi, atau Jeratan Riba Bergaya Akademik?

Janu Wisnanto oleh Janu Wisnanto
7 April 2025
A A
Program Pinjaman Kuliah atau Student Loan: Sebuah Solusi, Ilusi, atau Jeratan Riba Bergaya Akademik?

Program Pinjaman Kuliah atau Student Loan: Sebuah Solusi, Ilusi, atau Jeratan Riba Bergaya Akademik?

Share on FacebookShare on Twitter

Skema student loan ini bisa berubah jadi jebakan batman. Bukannya membantu, malah menjerumuskan.

Suatu malam di angkringan dekat kampus, seorang mahasiswa semester belasan membuka percakapan dengan getir, “Bro, UKT naik lagi. Kayaknya abis lulus langsung jadi buronan debt collector, bukan sarjana.” Kami semua tertawa. Bukan karena lucu, tapi karena nelangsa berjamaah.

Belakangan ini, dunia kampus diramaikan bukan oleh demonstrasi atau debat filsafat, tapi oleh wacana student loan alias pinjaman biaya kuliah yang digagas Kementerian Pendidikan Tinggi. Konon, katanya sih ini solusi atas mahalnya biaya kuliah. Tapi ya, seperti slogan warung makan, rasanya bisa bohong, harganya nggak.

Masalahnya bukan di situ, Bos

Pertama-tama, mari kita jujur, kuliah itu mahal. Bahkan di Jogja, yang dulu terkenal murah dan penyandang status Kota Pelajar, nggak semurah dulu. Kalau zaman Paklik kita dulu bisa bayar SPP pakai hasil panen singkong, sekarang mesti setor UKT yang kayak cicilan apartemen. Biaya kuliah naik, uang gedung makin absurd, dan yang katanya kampus negeri pun kini semangat cari cuan kayak startup baru dapet funding.

Lalu datanglah ide “canggih”, pinjaman pendidikan, atau student loan, istilah yang lebih sering dikenal. Skemanya mirip paylater (ya memang), tapi untuk jadi sarjana. Kalau dulu kita ngutang buat beli HP atau motor, sekarang bisa ngutang buat beli ijazah. Welcome to EduFinTech!

Belajar dari sejarah (yang sayangnya jarang dipelajari)

Ini bukan pertama kalinya Indonesia mencoba skema pinjaman pendidikan. Di era Orde Baru, program bernama BPPC (Bantuan Pembiayaan Pendidikan oleh Kredit) pernah dijalankan. Tujuannya serupa: membuka akses pendidikan tinggi untuk semua kalangan. Tapi hasilnya kita sama-sama tahu: gagal total

Tapi tahu nggak kenapa gagal? Ya karena sistemnya jeblok.

Banyak mahasiswa yang tak sanggup bayar setelah lulus. Ijazah ditahan, semangat hidup ikut ditahan, dan akhirnya negara merugi. Program ini resmi dihentikan karena dianggap tidak efektif dan malah menambah beban generasi muda. Ya, masa depan suram itu bukan cuma efek patah hati, tapi juga cicilan pendidikan.

Baca Juga:

Nyambi Jadi Ojol Adalah Realita Kerasnya Hidup Mahasiswa yang Tertekan oleh Mahalnya UKT

Mahasiswa Kelas Menengah: Tidak Miskin Menurut Data, Tetap Sengsara Menurut Realitas

Student loan: antara solusi dan ilusi

Dalam versi kekinian, pemerintah ingin bekerja sama dengan lembaga keuangan (alias bank) untuk menyalurkan student loan ini. Tapi pertanyaannya: dengan bunga berapa? Sistem penagihannya seperti apa? Apakah akan ada jaminan? Jangan-jangan KTP orang tua ikut disita kalau anaknya telat bayar?

Skenario buruknya: mahasiswa lulus belum sempat kerja, sudah ditagih cicilan. Cari kerja susah, saingan banyak, dan ijazah belum tentu menjamin pekerjaan. Kalau akhirnya kerja di luar bidang studi, apakah itu berarti kita ngutang buat belajar hal yang tak terpakai? Pahit, ya, tapi bisa terjadi.

Apalagi untuk keluarga dengan ekonomi kurang mampu, skema student loan ini bisa jadi bukan solusi, tapi benalu. Alih-alih membuka peluang, justru memperpanjang mata rantai kemiskinan struktural. Anak ngutang buat kuliah, orang tua harus bantu bayar, adik-adiknya nggak kebagian biaya sekolah. Ujung-ujungnya, semua kerja keras cuma buat bayar bunga pinjaman.

Student loan: bantuan kuliah atau perangkap finansial?

Skema student loan ini bisa berubah jadi jebakan batman. Bukannya membantu, malah menjerumuskan. Apalagi di era sekarang, banyak perusahaan mulai tak peduli lulusan kampus mana, lebih penting skill dan portfolio. Jadi kalau ternyata gelar S1 hanya jadi formalitas, untuk apa harus berutang?

Logikanya juga lucu. Negara yang seharusnya memberi pendidikan sebagai hak warga negara, malah menyodorkan utang. Ini seperti orang tua yang bilang, “Nak, kamu harus sekolah tinggi,” tapi tagihannya dikirim ke rumah.

Kalau memang niatnya membantu, kenapa bukan memperbesar beasiswa? Kenapa bukan memperketat regulasi biaya kampus, terutama kampus negeri? Kenapa bukan menyubsidi langsung pendidikan dasar sampai tinggi?

Bisa juga dicoba pendekatan hybrid: sebagian dibiayai negara, sebagian melalui kerja sama magang industri yang dibayar. Jadi mahasiswa dapat pengalaman, perusahaan dapat SDM, dan negara dapat warga yang tidak terlilit utang sejak muda.

Jogja Itu Kota Pelajar, atau Kota Cicilan?

Kita agak detour dikit, karena meski kita ngomong student loan, tapi sulit juga untuk tidak menyangkutkannya dengan Jogja, Kota Pelajar dan salah satu penghasil mahasiswa terbesar.

Jogja, yang (dulu) dijuluki Kota Pelajar, kini mulai bertransformasi jadi Kota Investasi Pendidikan. Di satu sisi memang bagus, kampus tumbuh, ekonomi menggeliat. Tapi di sisi lain, akses ke pendidikan semakin sulit. Yang mampu akan tetap kuliah, yang tak mampu mungkin akan bertanya, “Apakah ijazah harus dibeli dengan utang?”

Pinjaman pendidikan ini bisa jadi solusi—jika dan hanya jika—dieksekusi dengan adil, transparan, dan benar-benar berpihak pada rakyat. Tapi kalau cuma jadi proyek mercusuar biar terlihat keren, ya siap-siap jadi kasus student debt crisis seperti di Amerika sana.

Penutup yang (agak) bijak

Pendidikan adalah hak, bukan barang dagangan. Negara mestinya hadir sebagai pelindung, bukan sebagai makelar. Kalau kuliah harus pakai utang ala student loan, lalu kapan generasi muda bisa benar-benar merdeka belajar?

Atau jangan-jangan, skema ini hanya cara baru agar mahasiswa belajar satu hal penting, bertahan hidup dalam jeratan kapitalisme, sejak di bangku kuliah.

Selamat datang di era baru, era student loan, dari wisuda langsung ke tagihan cicilan pertama. Kalau kamu masih mahasiswa dan membaca ini sambil nyeruput kopi susu, ingatlah satu hal, hidup memang pahit, tapi jangan biarkan negara menambahkan gulanya lalu menjualnya ke kamu dengan bunga.

Penulis: Janu Wisnanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Student Loan Adalah Skema Perbudakan Modern, Solusi Gila yang Bikin Masyarakat Indonesia Dicekik oleh Utang!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 April 2025 oleh

Tags: biaya pendidikanpinjaman biaya kuliahstudent loanUKT
Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

Mahasiswa semester akhir Universitas Ahmad Dahlan, jurusan Sastra Indonesia. Pemuda asli Sleman. Penulis masalah sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta.

ArtikelTerkait

4 Calon Mahasiswa yang Cocok Lanjut Kuliah di Universitas Trunojoyo Madura (UTM)

4 Calon Mahasiswa yang Cocok Lanjut Kuliah di Universitas Trunojoyo Madura (UTM)

2 Juni 2024
UKT Mahal dan Buruknya Fasilitas Belajar Menghantui Mahasiswa (Unsplash)

Mahasiswa Sengsara Dihantui UKT Mahal dan Ruang Kelas Menyedihkan, Sementara Kampus Lalai Meningkatkan Fasilitas Belajar

5 April 2024
Bayar UKT ITB Pakai Pinjol Itu Miris dan Jelas Tidak Bisa Dimaklumi, Niatnya Mencerdaskan Bangsa atau Menyengsarakan Rakyat nih?

Bayar UKT ITB Pakai Pinjol Itu Miris dan Jelas Tidak Bisa Dimaklumi, Niatnya Mencerdaskan Bangsa atau Menyengsarakan Rakyat nih?

27 Januari 2024
4 Alasan Kuliah di UNS Itu Menyenangkan

Surat Terbuka untuk Rektor UNS yang Baru: Selesaikan 5 Masalah Ini Secepatnya, Pak!

16 November 2022
suka duka KRS mojok

Di Kampus Saya, Waktu KRS Adalah Waktu Penuh Drama yang Menggemaskan

27 Juli 2021
Nyatanya, Ijazah S2 Memang Nggak Ada Artinya di Dunia Kerja. Mau Jadi Peneliti, Nggak Bisa, Mau Kerja, Tambah Nggak Bisa kuliah s2

Kuliah S2, Nyatanya Memang Bukan untuk Orang Miskin. Lo Punya Duit, Lo Punya Kuasa!

23 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.