Urusan metaverse, mungkin masih banyak rakyat Indonesia yang belum paham. Tapi urusan metafisika, sudah pasti mereka paham. Baik itu dari pamali-pamali penuh makna sampai ide ratu adil, semua kental dengan urusan metafisika. Ilmu yang jauh dari logika saintifik ini memang masih laris dibicarakan.
Hal yang terbaru adalah perkara spirit doll. Menurut berbagai sumber, spirit doll adalah boneka yang berisi roh gaib. Umumnya, spirit doll adalah boneka anak kecil yang berisi roh anak kecil juga. Ini bukan hal yang istimewa, sih. Terutama bagi Anda yang akrab dengan urusan klenik seperti jalangkung, bambu gila, atau keris.
Dalam beberapa waktu terakhir, boneka ini kembali viral. Terutama semenjak Ivan Gunawan memiliki atau mengadopsi boneka ini. Boneka bayi tersebut benar-benar diperlakukan seperti anak. Public figure lain pun kemudian ikut-ikutan memiliki boneka yang katanya berisi roh gaib tersebut.
Alasan adopsi ini berbagai macam. Ada yang bilang butuh teman. Ada juga yang menyatakan sebagai media terapi psikis. Boneka berisi roh halus ini juga makin ramai dijual. Beberapa marketplace didapati menjual boneka tersebut dengan harga beragam, tapi harga terendah sekitar dua jutaan. Jadi, untuk Anda yang bergaji UMR Jogja, sila pikirkan kembali sebelum mengadopsi boneka yang katanya berisi roh ini.
Apakah fenomena ini menunjukkan masyarakat mulai syirik? Apakah spirit doll adalah tanda akhir zaman? Apakah benar Puan Maharani adalah ratu adil? Itu sih urusan agama dan kepercayaan masing-masing. Tapi satu yang jelas: masyarakat di sekitar kita masih gampang percaya dan malas mencari tahu ketika berurusan dengan metafisika dan influencer.
Kalau bicara metafisika, sudah pasti berurusan dengan roh bukanlah hal aman. Salah-salah, spirit doll yang diharapkan jadi media healing bisa menjadi boomerang. Siapa tahu kan, spirit doll Anda akan berubah menjadi psikopat metafisis? Atau, ia malah menghantui Anda dengan mimpi buruk seperti Pertalite dihapus?
Betapa tidak masuk akalnya, hanya karena beberapa public figure memiliki spirit doll, masyarakat berebut untuk mengadopsi boneka serupa. Dengan ikhlas mereka menelan bulat-bulat review para public figure ini tanpa berpikir, “Emang beneran bisa gitu? Dua juta untuk sebuah boneka yang katanya punya roh?”
Inilah alasan mengapa public figure dan influencer masih dipelihara industri. Masyarakat kita masih mudah mengonsumsi sesuatu hanya karena “iklan-iklan” mereka. Apakah Anda tidak berpikir bahwa ada kemungkinan kalau tren spirit doll di public figure adalah sebuah konspirasi? Jangan-jangan, ini justru teknik marketing baru dari pabrik boneka untuk menjual produknya?
Kalau memang butuh healing dan terapi, mending Anda datang ke psikolog. Penanganan yang diberikan akan lebih akurat sesuai dengan kebutuhan Anda. Dan yang paling utama, Anda tidak terlihat gampang “dibodohi” karena langsung mempercayakan kesehatan mental pada sebuah boneka yang katanya berisi roh itu.
Sulit dimungkiri bahwa fenomena spirit doll ini menunjukkan situasi masyarakat kesepian dan butuh interaksi sosial. Sialnya, situasi ini diejawantahkan menjadi industri metafisika yang tidak masuk akal dan konyol.
Jadi, untuk sekarang nggak perlu kita berpikir untuk masuk ke dunia metaverse. Karena masyarakat kita masih sibuk urusan metafisika yang sungguh ra mashok ini.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Audian Laili