Normalnya dalam sebuah klub olahraga tidak akan ada dua pemain yang luar biasa hebat. Kalaupun ada, salah satu atau keduanya merupakan pemain yang mendahulukan prestasi klub ketimbang pencapaian pribadi. Akan jadi masalah jika dua pemain punya kemampuan dan ego yang sama hebatnya. Salah satu harus cukup legowo untuk menurunkan ego dan turun jabatan menjadi nomor dua. Atau pergi meninggalkan klub tadi demi kesempatan untuk menjadi satu-satunya si nomor satu.
Neymar pernah melakukannya. Dia angkat kaki dari Katalan demi bisa menantang Lionel Messi dari Paris. Biarpun hal tersebut sekarang terasa sangat bodoh dengan berita kepulangannya kembali ke pelukan Barcelona. Sebagai atlit yang berkutat di kondisi yang serupa, superstar NBA, Kevin Durant mengambil langkah yang sama. Dia tidak mempanjang kontraknya dwi Golden State Warriors. Dan lebih milih mendefenisikan ulang karirnya di New York bersama Brooklyn Nets.
Bintang dalam Bayang-Bayang
Karir basket Kevin Durant sangat cemerlang. Baik dilihat secara pencapaian individu maupun pencapaian tim. Juara dan pemain terbaik musim reguler dan babak final sudah di tangan. Begitupun, dia tidak pernah menjadi ‘yang utama’ di dua klub sebelumnya, Oklahoma City Thunder dan Golden State Warriors.
Perjalanannya di Oklahoma City Thunder adalah langkah petama dan larian pertama untuk menjadi yang terbaik. Menjadi pusat segalanya, bahkan sempat mengantarkan klubnya mencapai babak final di tahun 2012. Sebelum akhirnya takluk oleh ‘King’ LeBron James yang sedang membara untuk meraih gelar juara pertamanya setelah sekian lama jadi bahan tertawaan.
Durant tetap menjadi muka dari OKC Thunder. Terus berusaha membawa timnya kembali ke final. Di 2016 kesempatan itu nampaknya akan singgah ketika mereka berhasil unggul 3-1 di babak final wilayah barat. Sampai kemudian harapan itu pupus oleh Warriors, timnya setelah Thunder.
Tak ingin larut dalam kesedihan, dia melakukan dua hal. Yang pertama adalah kebiasaan yang sungguh dekat sekali dengan kearifan lokal kita. Sambat. Pake akun alter.
Yaelah, apa gue bilang dah? Mana bisa si Kevin sama Westbrook juara kalau temennya batang kayu doang!!!
Udahlah, emang udah ga suka dia di Thunder. Kalau ga ada dia sama Russell, udah lama abis tuh tim ah elah…
Goblok sih lu @russwest44…
-@BukanAlternyaKD35
Hal kedua adalah bergabung dengan Golden State Warriors. Tim yang mengalahkan mereka sebelumnya. Sebuah keputusan yang membuat heboh jagat NBA pada waktu itu. Warriors adalah tim yang sudah kuat sekali. Pada tahun 2016 mereka berhasil menang 73 kali dari total 82 pertandingan dalam semusim. Dalam roster mereka juga ada tiga orang pemain berkaliber All-Star yaitu Steph Curry, Klay Thompson dan Donkey Draymond Green.
Terlepas dari kontroversi yang terjadi, perekrutan Durant pada saat itu sangat masuk akal. Durant butuh tim untuk memfasilitasinya menuju gelar juara. Dan Warriors… sebenarnya tidak butuh apa-apa tapi karena Durant yang pengen gabung, yaudah hayuk sini. Jadilah Durant seorang Warriors dengan cibiran dan cap pengkhianat dari sana-sini. Tapi hal itu terbayar lunas dan tuntas. Dua gelar juara dan pemain terbaik final sebagai hasil yang sungguh sepadan.
Namun dia bukan sang alpha di Warriors. Dia tidak ada apa-apanya dibandingan rekan dan binaan asli Warriors sejak 2009, Steph Curry. Apapun torehan yang berhasil diukir, dia tidak akan bisa mengaku Warriors adalah ‘miliknya’. Itu adalah ‘milik’ Curry. Bahkan Curry sudah melakukan apa yang Durant lakukan untuk Warriors. Singkatnya, Durant menang tapi tidak merasa ‘menang’.
New York dan New ‘Durant’
Bukan Kevin Durant kalau tidak membuat kejutan. Pada pembukaan masa free-agency NBA pada tanggal 1 Juli waktu Amerika Serikat, kejutan kembali diberikan. Dia bergabung ke Brooklyn Nets alih-alih memperpanjang kontrak di Warriors.
Sebuah jalan yang benar-benar baru bagi dirinya. New York dan Brooklyn bukan tempat yang sarat makna baginya. Bukan kampung halaman, bukan juga tim dengan tradisi juara. Tapi disitu, dia akan memulai semuanya. Lembaran baru bagi karir basketnya akan di mulai ulang di Barclays Center, rumah barunya.
Disana dia bisa menjadi sang alpha dan mempunyai peluang juara. Menjadi vokal utama tim yang berisikan pemain sebagus Kyrie Irving dan DeAndre Jordan juga pemain-pemain potensial yang berhasil tembus playoffs musim lalu. Dia juga menukar nomor punggung 35 yang sudah digunakannya sejak jaman kuliah. Nomor sarat makna itu akan digawntikan dengan nomor 7 ketika dia akan bermain nanti. Sebuah bukti bahwa dia bukan sosok yang dulu. Dia akan menjadi Kevin Durant ‘yang’ baru.
Ketika cabut dari Barcelona, Neymar tetap pemain yang kita kenal. Pemain sayap lincah yang penuh trik… maaf ralat. Maksudnya penuh kelicikan dan hobi gelindingan ketika ada pemain yang mendekat. Masih rutin juga cedera, terutama ketika dekat-dekat dengan ulang-tahun adiknya (saya penasaran kenapa kebetulan begitu, hm…). Dan masih juga tidak bisa menjadi alpha ketika sinarnya mulai redup tertutup golden boy pemenang Piala Dunia, Kylian Mbappe. Besar kemungkinan diakhiri dengan rengekan minta pulang ke pelukan Leo Messi.
Sedangkan Durant dengan tegas dan tegar untuk memulai segala sesuatu kembali. Dia pergi untuk menulis ceritanya sendiri. Tanpa perlu menengok kebelakang, hanya menatap jalan terbentang ke depan. Begitu cedera Achillesnya sembuh, sekali lagi dia akan menggetarkan dunia basket Amerika.