Maraknya kasus-kasus patah hati, kehidupan yang toxic, mental illnes, pekerjaan yang menguras tenaga, bahkan falling in love with people can’t have sering membawa kita berhadapan dengan istilah ‘self love’.
Contohnya yang paling kita alami sehari-hari deh, yaitu ketika falling in love with people can’t have. Disaat merasa seperti itu, kerap kali kita merasa ada kekurangan dalam diri kita dan berujung pada insinyur—maksudnya insecure. Di situlah, self love perlu ditingkatkan untuk manusia-manusia kesepian. Karena sejatinya, self love ialah suatu cara untuk bisa menghargai diri sendiri dan bersyukur dengan kualitas diri.
Bersandingan dengan self love pasti kamu juga pernah mendengar istilah tentang self rewards. Karena mencintai diri sendiri perlu sebuah apresiasi, maka tidak lain tidak bukan, kita juga perlu melakukan penghargaan terhadap diri kita sendiri.
Sebagai contoh misalnya, ketika kamu berhasil move on dari mantan, kamu mengikhlaskan, mengevaluasi diri, lalu kembali menghargai dirimu sendiri. Contoh lainnya ialah ketika kamu terus-terusan kerja tapi tetep gitu-gitu aja, lalu memutuskan untuk rehat dan mengambil cuti dengan cara rebahan, itu juga sudah self rewards kok. Ia adalah sebuah hadiah untuk diri sendiri karena sudah berhasil mencapai apa yang ingin dicapai atau merelakan apa yang seharusnya direlakan.
Bentuk self-rewards pun bermacam-macam, lho. Ada yang melakukan ‘me time’, keluar dari comfort zone, atau bahkan membuat semacam sertifikat atau piala untuk diri sendiri. (catatan: untuk opsi terakhir ialah kelakuan kreatif muda-mudi di negara+62).
Sebenernya seberapa penting sih self rewards untuk diri sendiri? Berdasarkan penelitian oleh… (Nggak usah gitu deh, ribet amat kayak mau skripsian aja).
Berdasarkan beberapa artikel yang pernah saya baca dari berbagai media, self rewards bukan hanya sebagai bentuk mencintai diri sendiri (self-love) tetapi juga berguna untuk meningkatkan produktivitas, lho. Apabila kita sudah berhasil menuntaskan sebuah titik yang pernuh tantangan lalu memberikan jeda dan bernafas sejenak dengan menghadiahi diri sendiri, maka akan berpengaruh pula untuk produktivitas kita berikutnya. Kalau diibaratkan yaitu seperti ngecas HP nih, kalau baterai sudah habis, pasti handphone semakin lemot. Kalau sudah di-charge, tentu saja kelemotan HP minimal berkurang.
Dengan lagi booming-nya orang-orang melakukan self rewards, saya pun mempunyai beberapa teman yang bisa berbagi cerita tentang pengalaman self rewards-nya.
Yang pertama, sebut saja Mawar (biar kayak nama samaran di berita investigasi) sering kali melakukan self rewards dengan memakan apa pun yang diinginkan dan jalan-jalan kemana pun kakiknya melangkah. Apabila budget dia sedang menipis, ia akan jalan-jalan di Taman Kencana Bogor yang makanan-makanannya masih bisa dijangkau dengan keuangan bulanan. Apabila memang sedang ingin berhedon ria, ia akan menyusuri kios-kios mall dengan memilih makan beef, ramen, atau korea-korean. Walaupun, tetep saja ia harus mengirit keuangan untuk bulan berikutnya. Xixixi.
Ada pula teman saya yang lain, sebut saja Andriani (karena dia ingin ikut eksis di tulisan, makanya namanya pun ingin disebutkan terang-terangan). Ia juga termasuk jenis orang yang jarang melakukan self rewards. Tapi, sekalinya melakukan, ia bakal melakukannya habis-habisan: makan makanan enak, berbelanja baju, sampai maroton nonton film di bioskop. Hingga di akhir setelah selesai, hanya satu kesan yang ia sadari: SELF REWARDS MULU ALIAS ATM GUE NANGIS NOH.
Teman saya yang ketiga ini, luar biasa sholehahnya (Masyaallah…). Bagaimana tidak? Salah satu bentuk self rewards-nya ialah salat sunah. Agar hati tenang, jiwa lapang, dan tentunya duit pun tidak menghilang. Hingga, hikmah yang bisa diambil darinya ialah dapat mengubah insecure menjadi bersyukur. Allahuakbar, Ughtea!
Jadi, kamu tipe self rewards yang mana nih?
Jika dianalisis, ketika kita ingin melakukan self rewards, kita cenderung ingin melakukan hal yang belum pernah dilakukan. Padahal, bentuk menghadiahi diri sendiri tidak melulu soal kehedonan dan bersenang-senang berlebihan sampai kamu kehilangan banyak uang. Ada beberapa tips nih biar kamu tetap bisa melakukan self rewards yang menyenangkan tapi sesuai dengan kondisi keuangan.
Yang pertama, atur jadwal. Kamu juga perlu melakukan self rewards dengan rutin, loh. Ingat ya ‘rutin’, bukan ‘sering’. Misalnya dua bulan sekali me time karena sudah terlalu penat dengan berbagai kerjaan atau masalah. Contoh yang lebih sederhananya ialah setiap minggu membaca buku dan bersantai sambil maskeran. Dengan rutin atau teratur, maka kamu pun sudah mantap mencintai dirimu sendiri. Kalau sering, yang ada kamu terlena dan melupakan aktivitas lainnya.
Yang kedua, atur budget keuangan. Jika sudah mengatur jadwal self rewards, maka langkah selajutnya ialah mengatur budget keuangan. Ketika kita dua bulan pertama ingin makan di salah satu restoran, maka pengeluarannya pun harus sudah ditentukan. Atau dua bulan berikutnya ingin travelling, maka kamu pun perlu melihat-lihat kembali bagaimana pengeluaran bulan ini sehingga bisa menghadiahi diri sendiri dengan cara travelling.
Yang ketiga, ialah hal yang paling sakral, yaitu, ingat dan sadarlah kamu misquuen. Titik tidak ada koma. Sudah, itu saja.
BACA JUGA Manfaat Self-Love Ala YouTuber Maurilla Sophianti Imron dan Kenapa Kita Harus Tahu? atau tulisan Fauziannisa Latief lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.