Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sebenarnya, Identitas Orang Indonesia Itu seperti Apa?

Ade wahyu Wulandari oleh Ade wahyu Wulandari
22 Oktober 2020
A A
tempat angker aksara jawa orang indonesia identitas karakter merapi mojok

angker aksara jawa orang indonesia identitas karakter merapi mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Baru saja saya terpaku melihat podcast endgame Gita Wirjawan dan Dian Sastro episode Jangan Patah Hati Lagi sama Indonesia, yang baru beberapa hari tayang. Singkat kata, mereka mempertanyakan, seperti apa sih identitas orang Indonesia? Seperti orang Jepang yang dikenal disiplin, orang India pintar, orang Cina gigih, nah, apa karakteristik orang Indonesia?

Iya juga ya, saya jadi ikutan mikir. Dan rasanya ini memang perlu dipikirkan oleh setiap manusia Indonesia. Nggak usah dipikirkan bersama-sama, sendiri-sendiri aja, nanti kebanyakan biaya kalau pakai embel-embel bersama. Minimal nasi bungkus.

Sambil nyupir, obrolan mbak Dian yang ayu dan Pak Gita (mau bilang ganteng kok gimana yaaa) terbawa serta menyusuri highway Sultan Qaboos, Muscat, ibukota Oman, tempat saya tinggal selama hampir 14 tahun ini. Saya mencoba mengingat-ingat karakter yang menonjol dari orang Indonesia secara umum, baik yang di dalam maupun luar negri.

Lalu tiba-tiba mata saya tertuju pada papan nama jalan yang ukurannya besar bertuliskan : Azaiba. Ini nama tempat yang seandainya berada di Indonesia bisa menjadi perbincangan panjang tiada akhir. Entah apa sebabnya, tulisan Azaiba versi Latin berbeda-beda di beberapa papan penunjuk jalan : Ataiba, Athaiba, Udaiba, Uzaibah. Bahkan ibukota Oman : Muscat, kadang ditulis dengan Masqat atau Maskat, beda-beda nulisnya. Andai orang Indonesia yang strict dengan transliterasi ini berkunjung ke Oman, sungguh malang nasibnya . Bayangkan betapa lelah jiwa raga dan alam pikirnya.

Sudah beberapa kali kan, jagat medsos diramaikan dengan perdebatan cara penulisan kata dalam bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Ambil saja contoh soal cara menulis in syaa Allah. Sesuai dengan panduan resmi Qur’an terbitan Departemen Agama, maka mereka yang menulis dengan in shaa Allah, dianggap salah. Huruf syaa juga dibaca panjang, maka yang menulis in sya Allah juga salah. Selain itu nun terpisah dengan syin jadi tidak boleh menulis insyaa Allah. Nah, lucunya, di KBBI tertulis insyaallah. Hahaha.

Jika dijelaskan dengan gamblang, dengan kata-kata yang manis, tentu tidak akan menjadi masalah, tetapi kemudian ada yang menambah dengan kata-kata ancaman semacam: ini kesalahan fatal, belajar woy,jangan asal nulis, kaum jahiliyah. Akhirnya yang tadinya salah dan mau belajar pun keluar sungutnya. Membalas dengan gaspol, jangan sok tau woy, pake bahasa persatuan aja deh, nggak usah ikut bahasa kadrun. Haiyaaa, saling bersahut-sahutan dari grup ke grup, dari twitter ke Facebook lanjut ke platform lainnya. Panasss.

Apakah ini karakter asli orang Indonesia? Tukang ribut?

Sering kali perdebatan panas dimulai dari sebuah wacana sederhana, tetapi kemudian ditanggapi dengan gegap gempita. Sayangnya, karena kurangnya koleksi kata-kata yang bisa mewakili perasaan, ditambah dengan wacana pengetahuan yang terbatas pada buku sekolah, dan drama di layar hape, perdebatan non esensial pun seperti tak berkesudahan.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Bahkan sesuatu yang berasal dari dunia khayal semacam film pun, bisa menjadi sumber pertikaian. Lihat saja film Tilik dengan tokoh sentral Bu Tedjo. Kehadirannya yang mengisi kesepian hati di kala pandemi, viral dalam waktu yang tak berapa lama setelah tayang di YouTube pada 2020. Tilik menjadi pembicaraan seluruh negeri, bahkan hingga kami di luar negri. Film yang memotret kehidupan masyarakat Bantul pada saat menengok Bu Lurah yang sedang sakit ini dikupas tuntas, dibedah belah sangat rinci teliti.

Film ini bukanlah film dakwah, dokumenter, atau film bermuatan pengetahuan. Mestinya dikategorikan sebagai tontonan yang menghibur. Jadi tidak selayaknya disikapi sebagai tuntunan. Boleh salah, boleh beda, boleh tidak mengandung pesan moral tertentu. Sah saja jika apa yang dimaksudkan pembuat film berbeda dengan kenyataan yang ditangkap masyarakat.

Perempuan naik truk itu bisa dilihat setiap hari di Bantul sana, kadang bareng sama kambing atau ayam, ya biasa saja. Kalau ini dianggap pelecehan terhadap perempuan, yang dikritisi harusnya ya bukan filmnya. Bantu mereka di sana agar punya kendaraan yang aman dan nyaman. Nanti akan ada film yang memotret kehidupan ibu-ibu tilik dengan menggunakan kendaraan yang aman dan nyaman

Tapi, lihat betapa perdebatan tak berkesudahan ini bahkan diwacanakan oleh para pakar, semi pakar dan “pakar” yang sudah melanglang buana melintasi dunia pendidikan dan batas negara. Para pengamat sosial, insan perfilman, rameee membahas film ini. Kalau sebatas diskusi dengan bahasa yang santun dan enak dibaca dan didengar tentu ok saja, Tapi kalau sudah bernada menjelek-jelekkan, rasanya ini bukan karakter asli orang Indonesia.

Apakah ini karakter orang Indonesia? Suka menjelek-jelekkan?

***

Sebagai orang yang merantau hampir 14 tahun di Oman, saya punya pengalaman lain terkait dengan karakter orang Indonesia. Di sini, yang paling kuat saya rasakan adalah kuatnya solidaritas sesama warga Indonesia. Dan inilah karakter orang Indonesia yang paling menonjol dalam pengamatan saya: Suka menolong, ringan tangan, enthengan.

Mengajak orang membantu saudara setanah air, adalah salah satu yang paling mudah dilakukan di sini. Ini adalah karakter orang Indonesia yang lekat dalam pandangan saya selama 14 tahun terakhir. Sama persis dengan yang terlihat di masa kecil saya saat di Jogja, maupun ketika sudah menikah di Duri, Riau.

Pertama kalinya, saya mengajak teman-teman urunan rak buku untuk perpustakaan di Jawa Barat, 2013 silam. Dalam hitungan hari, bantuan mengalir deras, bahkan melebihi target, akhirnya selain rak, buku-buku baru pun terbeli dari patungan beberapa orang.

Selanjutnya setiap kali ada kebutuhan di daerah miskin, entah makanan, pengobatan gratis, pendidikan, pengadaan instalasi air, MCK, mushola, dan lain-lain, seringkali melampaui target. Hingga kita harus menyimpan dana untuk keperluan serupa di tempat lain. Komunitas donatur pun membesar dan menjangkau 34 provinsi di tanah air.

Saat awal pandemi, masker menghilang dari pasaran. Sudahlah pasokan terbatas karena kebutuhan yang melonjak naik, eeeh ada yang terlalu kreatif menciptakan lapangan kerja bagi dirinya: menimbun masker, lalu menjualnya dengan harga selangit. Padahal tenaga kesehatan sudah menjerit. Apa boleh buat, manusia berakal iblis ini memang selalu hadir di saat manusia sedang sulit.

Jauh dari tanah air, ekspatriat asal Indonesia di Muscat, Brunei, Abu Dhabi, dan yang sudah kembali ke Indonesia ikut pontang panting mencari masker, sarung tangan, dan hazmat yang bagai menghilang dari pandangan manusia. Sim salabim! Terkumpul bantuan masker dan kawan-kawan untuk 38 Puskesmas dan RS hingga ke Kalimantan dan Lombok sana. Jangan tanya kesibukan jempol ibu-ibu penggeraknya. Untung saja jempol ini tak bisa bicara, apalagi pasang status di Facebook. Bisa riya nanti, hahaha.

Kami tidak sendiri, ada banyak sekali orang Indonesia yang bergerak membantu saudaranya, dalam skala besar maupun kecil, seperti memberi makan tetangganya, meskipun untuk diri sendiri pun sulit. Mereka ini, tidak banyak tahu urusan negara apalagi UU Cipta Kerja. Mereka tidak peduli apakah negara hadir atau tidak hadir untuk mereka. Demi melihat tetangganya lapar, ya sudah, apa saja yang ada di rumah dibagi dua. Kecuali ya suami atau istrinya.

Dengan kualitas seperti ini, maka berita pertikaian tak henti-henti di medsos memang seperti wajah lain dari karakter manusia Indonesia. Apa saja bisa jadi bahan pertikaian. Padahal yang senang berdebat ini sebagian juga yang sangat suka membantu saudaranya di dunia nyata. Riil.

Apa kita hilangkan saja medsos dari bumi pertiwi? Supaya kita kembali pada jati diri bangsa yang suka menolong, tanpa embel-embel tukang ribut?

BACA JUGA Sebenarnya Guru pada Kangen Ngajar, tapi…

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Oktober 2020 oleh

Tags: Indonesiaoman
Ade wahyu Wulandari

Ade wahyu Wulandari

Ibu empat anak, psikolog

ArtikelTerkait

hagia sophia mojok

Melihat Hagia Sophia dengan Perspektif Pancasila

25 Juli 2020
10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang Terminal Mojok

10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang

13 Desember 2022
Menebak Pekerjaan Orang Tua Susanti "Upin Ipin" di Malaysia Mojok.co

Menebak Pekerjaan Orang Tua Susanti “Upin Ipin” di Malaysia 

6 Maret 2025
rekomendasi film pendek

Rekomendasi Film Pendek Bagus di YouTube yang Wajib Kamu Tonton

8 Oktober 2019
Episode Upin Ipin yang Sebaiknya Tidak Tayang di Indonesia Mojok.co

Episode Upin Ipin yang Sebaiknya Tidak Tayang di Indonesia

2 April 2025
3 Cara Minta Maaf Terbaik yang Bisa Dilakukan Panitia All England 2021 kepada Rakyat Indonesia terminal mojok

3 Cara Minta Maaf Terbaik yang Bisa Dilakukan Panitia All England 2021 kepada Rakyat Indonesia

22 Maret 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.