Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Saya Takut Nganggur, Nanti Disuruh Jadi Guru

Rinaldi oleh Rinaldi
11 Oktober 2023
A A
Saya Takut Nganggur, Nanti Disuruh Jadi Guru

Saya Takut Nganggur, Nanti Disuruh Jadi Guru (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bukan rahasia lagi bahwa gaji guru di Indonesia hanya seuprit dari hasil pendapatannya penulis esai di Mojok, itu pun dirapel. Seperti yang sudah-sudah, isu tentang gaji profesi ini kembali menguak di masa-masa yang, kalian tahu sendiri lah.

Bahkan Merdeka.com melaporkan bahwa rata-rata gaji guru PNS di Indonesia per tahun adalah Rp126 Juta, selevel lebih rendah dari gaji guru di India, yang sebesar Rp147 juta per tahun. Itu yang PNS. Belum lagi guru honorer yang gajinya di bawah Rp1 juta per bulan. Sebuah realitas yang pahit, tapi begitulah keadaannya.

Fakta yang lebih pahit lagi, gaji yang rendah ini juga berbarengan dengan kualitas mereka yang rendah. Ahli World Bank, pada 2021, menilai bahwa kualitas guru di Indonesia masih rendah. Sedangkan menurut rilis wordtop20.org, kualitas Pendidikan di Indonesia dua tahun terakhir ini masih betah di urutan ke-67 dari 209 negara. Padahal BPS Melaporkan jumlah guru layak ajar di Indonesia meningkat pada 2022/2023, naik 2,70%, yaitu sebanyak 3,31 juta.

Gaji rendah ditambah dengan kualitas pendidikan yang juga rendah seolah-olah jadi lingkaran setan di dunia pendidikan. Menuntut guru untuk berkualitas agaknya berat, mengingat pendapatannya tak mencukupi buat beli buku. Jangankan buku, kuota internet buat nonton video Youtube Guru Gembul saja belum cukup. Di sisi lain, menuntut kenaikan gaji bagi guru juga berat, mengingat kebanyakan mereka tidak berkompeten dalam mengajar.

Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa yang memulainya terlebih dahulu?

Asal S1, bisa jadi guru

Saya akan memulainya dari tahun 2020, ketika dunia sedang dilanda pandemi dan pengangguran ada di mana-mana. Saat saya pulang ke kampung halaman, tak sedikit teman-teman saya yang tiba-tiba jadi guru bermodalkan ijazah S1. Ini buruk, karena kebanyakan mereka bukan S1 keguruan.

Karena sudah jadi kebiasaan, saya pun, yang kebetulan juga S1, lebih tepatnya jurusan Sastra Inggris, juga pernah disuruh jadi guru. Ya, sesuai dengan jurusan saya, saya disarankan untuk mengajar Bahasa Inggris.

Ya, saya memang lulusan Sastra Inggris. Dulu waktu di kampus saya pernah belajar 6 Tenses, Vocabulary, Ilmu Terjemahan, dan segala tetek bengek kebahasa-Inggrisan. Tapi masalahnya ada satu hal yang tak diperhatikan oleh orang-orang: kami tidak pernah diajarkan cara mengajar.

Baca Juga:

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Mungkin ada yang bakal membantah, “Emang kenapa? Kan bisa belajar sambil melakukan?”

Ya, inilah penyebabnya kenapa lingkaran setan dunia pendidikan tadi terjadi. Ironisnya, profesi guru tidak ditempati oleh orang-orang yang bukan bidangnya. Semua orang, tanpa peduli apa latar belakangnya bisa menjadi guru.

Bayangkan orang nganggur tiba-tiba disuruh jadi pilot

Sayangnya hal yang sama tak berlaku bagi profesi yang lain. Bayangkan misalnya, orang yang nganggur tiba-tiba disuruh menjadi dokter bedah, jadi pilot, jadi polisi, dan jadi tentara. Saya rasa siapa pun bakal sepakat jika lembaga-lembaga yang saya sebutkan barusan diisi oleh sembarang orang, tanpa perbekalan dan sertifikasi apapun, pasti profesi-profesi tersebut akan diisi orang-orang yang tak berkualitas.

Diperlukan tenaga yang profesional untuk menangani orang sakit. Perlu orang-orang yang ahli untuk mengendalikan pesawat. Apalagi objek yang ditangani sesuatu yang menyangkut kemaslahatan orang banyak. Tapi sayangnya, konsep yang sama jarang berlaku di dunia pendidikan.

“Belajar sambil melakukan” pasti penuh dengan trial and error. Belajar bermain piano, kendati suaranya sumbang, tak bakal merusak piano. Tapi belajar mengajar di kelas, di mana di sana ada manusia-manusia yang sedang bertumbuh, baik secara psikis maupun fisik, tentu saja apa pun yang kita lakukan di kelas, pasti akan membekas sampai mereka tua.

Inilah yang jarang diperhatikan oleh insan pendidikan. Mereka cenderung menjadikan para murid sebagai kelinci percobaan para guru-guru yang baru nyoba-nyoba ngajar. Emang belum cukup selama ini para murid jadi bahan percobaan berbagai macam kurikulum? Ini mereka harus jadi bahan latihan mengajar para orang-orang nganggur yang terpaksa menjadi guru.

Semua orang bisa ambil PPG ini gimana ceritanya?

Mirisnya ini tak hanya terjadi lantaran para guru diisi oleh orang-orang yang tak dilatih jadi guru, tapi kurikulum dan pengajaran di jurusan Pendidikan di perguruan tinggi juga mendukung rendahnya kualitas guru. Mana buktinya? Ayo kita pertanyakan, mengapa lulusan S.Pd harus mengikuti Pendidikan Profesi Guru untuk menjadi guru? Tentu saja jawabannya adalah untuk menyeleksi insan-insan yang berkualitas dan berkompeten. Tapi apa gunanya mereka belajar empat tahun untuk jadi tenaga pendidik?

Itu artinya sistem sendiri seolah-olah tidak percaya dengan lulusan keguruan. Saya curiga penyebabnya adalah kurikulum di perguruan tinggi kurang mengajari calon guru untuk menjadi guru. Atau, seperti yang semua orang curigai, jangan-jangan benar mereka selama kuliah lebih diajarkan untuk jadi tenaga usaha sekolah, dibanding ilmu cara mengajar dengan baik.

Dan yang lebih mencurigakan lagi adalah, ternyata PPG tak cuma berlaku bagi lulusan keguruan. Semua jurusan juga boleh mengikuti yang namanya PPG Pra-jabatan. Ini sama halnya dengan, yang kuliah pendidikan harus kuliah dua kali, sedangkan semua jurusan cukup dengan pelatihan sekali, mereka bisa langsung jadi guru.

Dari beberapa masalah ini, kita jadi tahu bahwa dari awal tenaga pendidik tidak benar-benar dipersiapkan dengan benar. Dari mulai kurikulum yang diterapkan di perguruan tinggi keguruan, hingga siapapun bisa jadi guru, adalah lingkaran dilematis yang terjadi di dunia Pendidikan. Di satu sisi kita menuntut mereka jadi tenaga ajar yang berkualitas, di sisi lain, gaji mereka nggak naik-naik.

Jujur saja, ini yang membuat saya takut nganggur, karena khawatir nanti disuruh jadi guru. Bukan karena profesi ini hina, tapi jika saya jadi guru, maka jumlah guru yang tak kompeten akan bertambah satu.

Penulis: Rinaldi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Dear, Pemerintah, Gaji Guru Idealnya Segini, Harusnya Lebih Malah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Oktober 2023 oleh

Tags: gurukompetensikualitas guruPPG
Rinaldi

Rinaldi

Penulis adalah seorang sarjana lulusan Sastra Inggris di salah satu Universitas Islam Negeri di Jambi.

ArtikelTerkait

4 Hal Nggak Enaknya Jadi Guru Bahasa Jepang terminal mojok

4 Hal Nggak Enaknya Jadi Guru Bahasa Jepang

24 Desember 2021
Alih-alih Mengharuskan PPG, Bukankah Lebih Baik Meningkatkan Kualitas Mahasiswa yang Jadi Calon Guru Sejak Mereka Kuliah S1?

PPG Seharusnya Dibuka untuk Mahasiswa Pendidikan yang Jurusannya Linier, biar Adil dan Persaingannya Jadi Masuk Akal!

28 Juli 2024
pahlawan tanpa tanda jasa mojok

Selain Guru, Inilah 4 Orang yang Mesti Diberi Gelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

4 Agustus 2020
Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru Mojok.co

Menyesal Kuliah Jurusan Pendidikan, Tiga Tahun Mengajar di Sekolah Nggak Kuat, Sekolah Menjadi Ladang Bisnis Berkedok Agama

15 Juli 2025
Nasib Guru PAUD Nonformal: Sudah Gajinya Kecil, Dianggap Guru Saja Tidak, Perih!

Nasib Guru PAUD Nonformal: Sudah Gajinya Kecil, Dianggap Guru Saja Tidak, Perih!

16 Januari 2024
Mempertanyakan Orang-orang yang Masih Tertarik Kuliah Jurusan Pendidikan, padahal Lulusannya Banyak yang Sengsara Mojok.co

Mempertanyakan Orang-orang yang Kuliah Jurusan Pendidikan, padahal Jelas Lulusannya Bakal Sengsara

27 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

30 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.